「 열넷 」

9.3K 941 155
                                    

Sehari sebelum keberangkatan.

"Rubah, lu yakin bakalan pulang ke China?" Tanya Lucas.

Renjun menatap Lucas jengah lalu menutup kopernya yang sudah di penuhi oleh bajunya dan barang pribadi miliknya. Sudah berapa kali Lucas menanyakan ini dan tentu Renjun akan menjawabnya 'Iya'. Apa perlu Renjun ngamuk dulu baru pemuda tinggi di depannya ini akan diam.

"Iya Gorila! Jangan nanya lagi atau gw semein kak Jungwoo!" Ancem Renjun lalu menarik kopernya menuju ruang tamu.

Lucas menggaruk kepalanya lalu menyusul Renjun yang sudah duduk manis sambil menonton tv. "Gw baru banget di Korea tapi lu malah pulang ke China" katanya mengambil tempat di samping Renjun.

Renjun menyodorkan snacknya ke Lucas lalu fokus lagi menonton tv. "Yagitulah, kalo gw tetep di Korea kasian Jaeminnya" Renjun meneguk sodanya lalu tiduran di sofa dengan paha Lucas menjadi bantalan.

"Gw masih nggak nyangka tau kalau ternyata Jaemin itu kembaran lu, lagian juga sifatnya bertolak belakang banget" ucap Lucas sambil memakan snack yang di berikan Renjun tadi.

Renjun diam tak membalas perkataan Lucas, ia lebih memilih menonton acara yang sedang di putar oleh stasiun tv. Tapi ternyata ia tak bisa fokus, pikirannya melayang dimana saat-saat ia bersama Jaemin terlintas di otaknya. Saat Jaemin mengajaknya ke festival, saat ia tidur satu ranjang dengan Jaemin dan saat-saat dimana hanya ada dirinya dengan Jaemin.

Kalau di tanya apakah Renjun menyesal mengetahui bahwa ia adalah kembaran Jaemin maka jawabannya adalah iya. Renjun sangat menyesal saat mengetahui ia punya hubungan darah dengan Jaemin. Andai saja waktu bisa di putar kembali ia lebih memilih di pindahkan ke negara lain agar tak bertemu Jaemin. Jaemin adalah orang yang selalu membuatnya tersenyum di segala situasi. Renjun sangat menyayangi Jaemin, tapi bukan sebagai kembaran.

Tanpa sadar air mata Renjun lolos begitu saja hingga mengenai paha Lucas. Renjun tak bergeming saat Lucas menanyakannya kenapa, ia tetap menangis merutuki kenyataan yang sangat pahit ini. Hingga lama kelamaan tangisan Renjun berubah menjadi isakan, ia tak sanggup menerima semua ini secara bersamaan.

Lucas yang dari awal sudah panik karena Renjun menangis tanpa sebab kini semakin panik saat tiba-tiba Renjun terisak hebat. Ia menggoyang-goyangkan tubuh Renjun berusaha menyadarkan sepupu kecilnya itu sembari berdoa. Takut-takut kalau Renjun ternyata kesurupan dan mencekiknya.

"Sakit banget La, sampe rasanya mau mati!" jeritnya lalu memeluk Lucas.

Lucas tak mengerti apa yang di katakan Renjun tapi ia tetap memeluknya mencoba menenangkan sepupunya yang entah kenapa menangis.

"Gw sayang banget sama Jaemin, gw berharap bisa bersamanya tapi sebagai pasangan bukan kembaran" lirihnya.

Ah Lucas mengerti, ternyata tentang Jaemin. Lucas menepuk-nepuk punggung Renjun agar tangisannya mereda, ia juga ikut sedih merasakan apa yang di rasakan sepupunya ini.

Saat di rasa Renjun mulai berhenti menangis, Lucas menggendong tubuh mungil Renjun dan di bawanya ke kamar. Ia mendudukkan Renjun di tepi ranjang lalu menghapus sisa air mata yang masih mengalir keluar.

"Mungkin Jaemin emang bukan jodoh lu Jun, gw yakin pasti tuhan udah nyiapin orang yang lebih baik dari pada Jaemin. Tugas lu hanya mencari keberadaan dia ada dimana, jadi sekarang lu mending tidur dan siap-siap buat besok" Lucas mengacak-acak rambut Renjun gemas lalu mencubit pipi gembilnya dan meninggalkan Renjun menuju kamarnya.

Renjun sendiri masih duduk di pinggir kasurnya. Mungkin benar apa yang di katakan Lucas, Jaemin bukan jodohnya dan pasti jodohnya akan lebih baik dari Jaemin. Tapi menurut Renjun, Jaemin adalah orang terbaik yang pernah ia temui. Ah, memikirkannya membuat Renjun semakin sedih.

J N R | Norenmin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang