Di sudut ruang yang remang, bayangmu hadir membawa sejuta kenang. Aku mengumpamakan mu sebagai kunang-kunang; mampu menghadirkan cinta tatkala temaram mencekam.
Asal kau tahu, aku mencintaimu jauh sebelum rembulan menyebut warna bola matamu. Jauh sebelum mentari menyoroti lengkung badanmu. Dan aku tak mempermasalahkan hal itu. Aku paham setiap kata yang ku tulis dalam secarik kertas adalah pertanda bahwa aku memang masih mencintaimu sampai detik ini.
Aku tahu, menuliskanmu tak cukup sepenggal. Perlu beberapa lembar kertas yang panjang. Namun kau tak perlu khawatir, tangan kananku tak pernah pegal tatkala aku mendeskripsikan keanggunan dan kenestapaanmu.
Apa kabarmu, sayang? Ingatkah dulu ketika aroma di salah satu organ tubuhmu mampu meluluh-lantakkan seisi sudut sempit ruangan itu. Kala itu hujan turun, dan zat hara telah membau di dirimu. Saat itu, aku tengah bersandar di pelukanmu seraya menahan nafsu. Sebuah keinginan untuk mengecup bibirmu.
Meski kenangan itu telah lebur dimakan waktu, rinduku padamu acap kali memporak-porandakan jagatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Menjelma Serangkai Kata ( Sudah Terbit Di Guepedia)
PoetryBagiku, pergimu seperti bom yang meledak meluluh-lantakkan seisi bumi. Aku tak mengerti kenapa kau pergi, aku tak mengerti kenapa engkau mampu menghilang saat aku memejam mata, dan ketika aku membuka mata kau benar-benar tidak ada. Kau si kilat yang...