Masih tentangmu, dan akan terus menuliskan perihal kamu. Aku memikul rindu sendirian. Karena aku yakin, rindumu padaku telah usang, dan mungkin itu dimakan musang. Hari ini, dihari yang gersang, aku membuatkan mu sepenggal prosa. Sebuah kata yang sudah tersimpan lama. Aku memberinya judul, 'untukmu yang aku cintai dari kejauhan'.
Rindu memang kerap datang tanpa diundang, entah itu pagi ataupun petang. Kata seorang penulis terkenal, rindu adalah hadiah dari keterpisahan jarak. Dan aku percaya akan hal itu. Dan anehnya, rindu ku padamu tak mengenal waktu, tempat dan keadaan. Kadang ketika aku tengah gembira, rinduku padamu hadir membawa petaka. Sebuah suka yang berubah duka.
Aku tak tahu mengapa setiap aku memejam, bayangmu kerap hadir dengan kejam. Mungkinkah kau hantu yang diutus untuk menakuti ku? Atau malaikat yang bertugas menjadikanku galau? Aku tak tahu persisnya bagaimana caranya melupakanmu. Tolong beri aku resepnya, aku ingin sepertimu; yang dengan mudah nya melupakanku.
Sepertinya aku sudah hilang kewarasan. Rasa ini kini sudah tak berkawasan. Cinta yang tadinya kawan, kini menjelma menjadi lawan yang menakutkan. Aku takut pada cintaku sendiri, aku takut pada perasaanku sendiri, dan aku takut terhadap rinduku sendiri.
Afeksi ku padamu rupanya sudah terlalu dalam. Sulit bagiku untuk naik lagi ke permukaan, sebab aku sudah lama tenggelam. Aku paham setiap cinta yang berlebih akan membuat perasaan mendidih. Aku paham akan hal itu. Kini, aku mengutuk diriku sendiri. Darimu, dari apapun perihal dirimu, sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Menjelma Serangkai Kata ( Sudah Terbit Di Guepedia)
PoetryBagiku, pergimu seperti bom yang meledak meluluh-lantakkan seisi bumi. Aku tak mengerti kenapa kau pergi, aku tak mengerti kenapa engkau mampu menghilang saat aku memejam mata, dan ketika aku membuka mata kau benar-benar tidak ada. Kau si kilat yang...