Bab.8b

78K 3.4K 112
                                    

Leon mengedarkan pandangan nya ke samping jendela. "Buka masker mu." Perintah Leon.

Leon juga memerintah sang supir untuk putar balik. "Mohon maaf pak, saya mau isi gas ban mobil dulu disebrang. Nanti saya jemput lagi disini ya." Ucap supir tersebut ketika Leon mengajak Rena untuk keluar dari mobil bersama nya.

Leon mengangguk pada supir nya, lalu menggengam tangan Rena masuk kembali kedalam restauran. "Pesan makanan sekarang." Ucap Leon dengan wajah galak yang tidak pernah pria itu tampilkan sebelum nya pada Rena.

Rena mengangguk nurut hingga saat nya makanan Rena datang. "Saya sudah boleh makan pak?" Tanya Rena pada Leon saat itu.

Leon menghela napas nya berat lalu mengangguki ucapan sekretarisnya. "Boleh, cepat habiskan dan jangan bicara sebelum kamu selesai makan." Ucap Leon yang di angguki wanita itu.

Rena makan dalam diam, sesekali mencuri pandangan pada Leon yang wajah nya masih terlihat kesal. Padahal yang seharusnya kesal kan Rena bukan pria itu, Rena hanya ingin memastikan bahwa Leon tidak lagi marah padanya.

"Jangan pernah ulangi lagi, kalau saya bilang gak mau lihat kamu itu tanda nya kamu hanya diharuskan menjauh sekitar dua sampai tiga meter saja dari tempat saya. Mengerti, Rena?!" Ujar Leon sembari menetap mata Rena.

Rena mengangguk dan tidak bicara seperti yang Leon perintahkan padanya sebelum nya. "Dasar!" Kesal Leon kepada sekretarisnya.

Selesai makan, Rena dan Leon keluar dari tempat makan tersebut. "Harusnya aku tunggu didalam saja tadi." Ujar Leon sendirian.

"Jalan aja pak, bengkel nya dekat kok." Ujar Rena sembari menujuk tempat bengkel disebrang sana.

Leon melihat langit yang tengah mendung pun mengangguk. Pria itu berlari dan meninggalkan Rena di belakang nya, merasa salah pria itu kembali lagi untuk menggengam tangan sekretaris nya menuju bengkel dengan berlari.

Tak pernah di duga sebelum nya hujan turun dari atas langit ketika mereka mencoba menyebrang. Alhasil pakaian kedua nya basah sebelum berhasil masuk ke dalam bengkel. "Apa sudah selesai?" Tanya Leon dengan basah kuyup pada montir disana.

Montir itu mengangguk. "Dimana supir saya yang membawa mobil ini?" Tanya Leon ketika tak melihat keberadaan supir nya.

"Tadi kata pergi beli bahan bakar sebentar naik motor saya sih." Ujar montir tersebut membuat Leon menyuruh Rena masuk kedalam mobil bersama nya.

Setelah kedua nya berada didalam mobil Rena dan Leon saling memandang dikarenakan baju kerja nya yang basah kuyup. "Masuk angin deh pak nanti." Ujar Rena yang tidak Leon mengerti.

"Angin masuk maksud mu?" Tanya Leon yang membuat pertanyaan nya sendiri menimbulkan tertawaan dari Rena.

Rena dengan rambut basah dan kemeja putih yang bisa menampakkan seluruh bentuk tubuh nya pun membuat fantasi Leon jadi muncul dikepalanya. Fantasi antara hubungan seorang bos dan sekretarisnya, membuat Leon tertawa sendirian.

"Memang nya ada yang lucu pak?" Tanya Rena melihat Leon tertawa terbahak-bahak sendirian.

Leon menghentikan ketawanya dan menatap Rena dengan pandangan mengintimidasi. "Saya salah ya pak?" Tanya Rena dengan raut wajah yang berubah ketakutan.

Leon mengangguk padahal hati nya bersorak karena berhasil mengerjain Rena. "Buka baju mu." Ucap Leon pada Rena.

Rena melebarkan matanya. "Disini, dihadapan bapak?" Tanya Rena kembali.

Leon mengangguk. "Saya juga akan membuka baju saya." Ucap Leon sembari membuka kancing kemeja nya satu persatu.

Rena mengangguk setelah melihat Leon juga membuka baju nya, wanita itu ikut membuka baju nya sendiri. "Asik nih." Gumam Leon sembari memperhatikan tubuh bagian atas Rena.

Leon sudah berhasil membuka kemeja nya dan menampilkan otot perut nya. "Wah, badan bapak bagus ya." Puji Rena kepada Leon.

Leon mengangguk setuju dan merasa bangga. "Gimana, kamu suka nggak?" Tanya Leon yang diangguki Rena.

Ia tidak terkejut karena bukan yang pertama kali nya bagi Rena melihat otot perut seperti itu, adiknya Ray juga memiliki nya. "Satu kancing lagi." Gumam Leon melihat Rena yang tengah membuka kancing teratas baju nya sendiri.

Pemandangan yang tak pernah Leon duga, ternyata Rena memiliki buah dada yang lumayan besar melebihi ekspektasi nya selama ini. "Lumayan." Gumam Leon melihat dua buah tonjolan di dalam bra hitam Rena kali ini.

Saat Rena berhasil membuka baju nya, supir Leon masuk dan sukses membuat pria itu dengan cepat melemparkan jas milik nya ke atas tubuh Rena. "Diam dan jangan bergerak sedikit pun." Perintah Leon.

Leon meminta sang supir untuk menunggu diluar sekitar sepuluh menit. Tak mau membuang waktu Leon mengambil kemeja putih kerja nya dan ia berikan pada Rena untuk dipakai oleh wanita itu. "Ganti dengan milik saya dulu." Ujar Leon yang diangguki oleh Rena.

Rena betul memakai kemeja nya dihadapan Leon dengan pandangan yang terlihat canggung. Ia merasa salah telah melakukan ini, tapi tatapan Leon kepada nya membuat ia terintimidasi dan mau tak mau harus menuruti ucapan pria itu.

Pria yang memiliki mata elang seperti Leon memang harus dihindari oleh wanita seperti Rena, tetapi takdir berkata lain bahkan sampai mempertemukan mereka sejauh ini.

Dilain tempat, Ray sedang berbelanja sesuai dengan apa yang dikirim kakak nya lewat pesan sebelum nya. "Pas banget tinggal satu." Gumam Ray sembari mengambil santan didepan sana.

"Aku duluan." Ucap seorang wanita menghentikan uluran tangan Ray untuk mengambil sebuah santan didepan nya.

Wanita itu merebut nya dengan cepat membuat Ray menatap tajam mata nya. "Kembalikan!" Ujar Ray dengan nada dingin.

Wanita itu menggeleng santai. "Aku duluan yang mengambil nya." Ujar wanita itu sembari tersenyum miring persis seperti siluman iblis yang cantik.

Ray mengepalkan tangan nya dan tetap tidak mau mengalah, demi sang kakak akan ia lakukan segalanya. "Hei tante, tolong kembalikan santan nya sekarang." Ucap Ray membuat wanita asing itu menoleh pada nya sembari tertawa kecil.

"Namaku Rose, jangan panggilan dengan sebutan itu." Ujar Rose.

Rose melihat lelaki tampan dihadapan nya ini dari ujung kaki sampai rambut. "Tampan." Ucap Rose dalam hati.

"Seperti nya kita juga seumuran." Ucap Rose yang memang terlihat lebih dewasa melebihi umur sebenarnya wanita itu.

Ray tersenyum mengejek. "Aku masih pelajar dan kamu, sekarang ini lebih mirip tante-tante." Ujar Ray kepada Rose yang tengah menggunakan dress juga sepatu hak tinggi. Belum lagi dandanan yang kelewat tebal, tapi tetap memberikan kesan cantik.

Rose mengerutkan kening nya merasa kesal dengan ucapan Ray. "Aku juga masih sekolah model tahu!" Kesal Rose membuat Ray tak habis pikir bahwa adanya perempuan model seperti ini.

"Masa bodoh." Ujar Ray dingin.

Pria yang kini sedang memakai seragam sekolah itu pun pergi meninggalkan sesosok perempuan yang terlihat menyebalkan itu.

Laki-laki sejati harus banyak mengalah Ray.

Perverted Boss ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang