Complicated - 11

818 81 10
                                    

Sekarang aku sedang dalam perjalanan pulang. Aku duduk di sebelah Nash yang mengendarai mobil. Nash sedang asik bercerita dengan Cam, dan aku juga sedang asik memandangi Nash daritadi. Aku tidak tahu, apakah dia benar-benar tidak menyadari kalau aku menandanginya, atau memang dia tahu tapi sengaja menghiraukanku. Mataku tidak henti-hentinya memandangi bibirnya saat dia bicara. Terlihat mesum memang.

Melihat ke kaca spion, terlihat Lexa yang menangkap basah aku sedang memandangi Nash. Dan dia tersenyum menggodaku. Bodoh sekali diriku. Aku terus merutuki diriku dalam hati karena Lexa daritadi terus memperhatikanku yang sedang curi-curi pandang dengan Nash. Karena sudah ketahuan, aku mengalihkan pandanganku ke jalanan. Dan sekarang Lexa tertawa puas karena aksi bodohku tadi. Dia sudah tidak kuat menahan tawanya, sehingga ia tertawa kencang sekali sekarang. Nash dan Cam langsung mengerutkan keningnya sambil melihat ke arah Lexa. Sudah dipastikan aku melihat ke arah Lexa dengan muka masamku. 

"Kamu sakit?" Cam meletakkan punggung tangannya di dahi Lexa.

"Aku enggak sakit, Cam." Lexa memutar bola matanya.

"Terus kamu kenapa? Tiba-tiba kamu tertawa tidak jelas seperti orang tidak waras." 

"Listen, aku normal. Dan aku tadi tertawa karena Oli--"

"Shut up, bitch." Aku langsung memotong ucapan Lexa. Bisa habis aku dipermalukan dia disini.

"Kalian berdua kenapa sih? Sepertinya ada yang kalian sembunyikan." Nash memandangku dan Lexa bergantian.

"Bukan apa-apa, Nash." Jawabku cepat.

"Sepertinya sekarang ada seseorang yang sedang mengagumi crush nya. Ia tidak henti-hentinya memandang crush nya tersebut. " Tiba-tiba saja Lexa berkata seperti itu. 

What the hell? Kenapa dia senang sekali mempermalukanku sih?

"Who are you talking about?" Nash bertanya kepada Lexa dari kaca spion.

"Siapa lagi kalau bukan Jessica Olivia yang cantik nan rupawan itu?" Lexa menjawab sambil memainkan kedua alisnya dan tersenyum puas. Kupastikan kalau aku ada di sebelahnya sekarang, dia sudah tidak bisa menghirup udara lagi. Ingin rasanya aku memutilasi dia. Sepertinya sekarang aku sudah memiliki jiwa psikopat.

"Kau memandangiku, Olive?" Nash langsung bertanya to the point padaku. 

"Memangnya kau adalah crush ku?" Tanyaku pada Nash.

Nash langsung diam mendengar pertanyaanku.

"Jangan mengelak wahai Jessica Olivia Grier." Ucap Lexa malas

Aku membelalakkan mataku. "Sejak kapan nama terakhirku Grier?" 

"Sejak kau berpacaran dengan Nash." Cam mulai ikut-ikutan memihak Lexa.

"Aku dan Nash tidak berpacaran." 

"Lalu, kejadian yang di taman tadi apa namanya?" Tanya Cameron.

"Nash memang menyatakan perasaannya padaku, tapi aku belum menjawabnya." Ujarku enteng.

"What? Jadi kau sedang digantung, Nash?" Tanya Cam heboh disertai semburan air liurnya. Ew dia jorok sekali.

"Cam! Haruskah kau berbicara sambil menyebarkan air liur seperti itu?" Yang ditanya hanya menyengir tidak jelas.

"Sorry Olive, aku tidak sengaja..."

"Nash jawab pertanyaanku." Cam melanjutkan ucapannya.

"Kau sudah tahu jawabannya, Cam. Lagipula, aku juga tidak memaksa Olive untuk menjawabnya sekarang kok. Semua butuh waktu. Dan Olive memang harus memikirkan matang-matang tentang hal ini." Nash menjawab pertanyaan Cam sambil tetap fokus menyetir. 

Complicated // n.gTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang