Complicated - 10

843 73 3
                                    

"Oww jadi kalian berdua kapan berpacaran? Kalian berdua saling mencintai bukan?" Aku hanya tersenyum menjawab pertanyaan Cam. Saling mencintai? Sepertinya tidak. Mungkin maksud Cam, cinta yang bertepuk sebelah tangan. Aku mencintainya, sedangkan ia tidak mencintaiku.

"Secepatnya." Jleb. Tubuhku membeku. Tidak percaya dengan apa yang Nash ucapkan. Aku menunjukkan wajah bingungku. Apa maksudnya? Dia sedang melawak? Tapi ini sungguh tidak lucu.

"Mungkin saja Nash berkata seperti itu agar tidak membuatmu malu. Tidak mungkin dia mencintaimu, Olive. Sadar. Kau bukan orang terkenal. Kau bukan artis. Kau jelek. Nash pasti tidak level dengan orang biasa sepertimu." Batinku menyadarkanku. Aku mencoba melupakan hal ini. Terlalu sakit memikirkan seorang Nash yang tidak akan mungkin membalas cinta fans nya. 

"Jangan melamun, sayang." Tangan halus itu mengelus pipiku. Menyadarkanku dari lamunanku. Apa yang ia lakukan tadi? Aku semakin bingung dengan ini semua. Dengan cepat aku menjauhkan pipiku dari tangan Nash.

"Mungkin sebaiknya kita pergi ke kelas sekarang. Kita sekarang satu kelas bukan?" Nash bertanya padaku.

"Hmm ya, sepertinya sebentar lagi bel akan berbunyi." Dengan begitu aku langsung berdiri dan berjalan menuju kelas. Aku berjalan dengan cepat, tetapi Nash selalu saja bisa menyamakan jalannya denganku. Tiba-tiba dia langsung menarik tanganku. Mau tidak mau aku memberhentikan langkahku. 

"What's wrong with you?" Nash menatapku dalam.

"I'm fine." Nash langsung menggandeng tanganku dan membawaku ke taman. Kenapa dia  membawaku ke taman? Tadi dia bilang kalau dia ingin ke kelas. Setelah sampai di taman, Nash langsung duduk dibawah pohon yang cukup rindang. Aku ikut duduk di sampingnya.

"Kau kenapa?" Mata biru itu menatapku lagi. Menatap dalam mataku. 

"I'm okay." Aku mengalihkan pandanganku. Aku tidak ingin menatap lama-lama mata biru itu. Sepertinya rumput hijau yang ada di sekelilingku lebih menarik sekarang.

"Kau berubah. Sejak Lexa dan Cam membahas hmm ciuman itu." Dia memelankan kata ciuman. 

"Maafkan aku. Aku tidak tahu kalau Lexa akan membahas tentang ciuman itu." Aku menunduk. Masih enggan menatap matanya.

Nash mengangkat daguku. Memaksaku menatap matanya. "Kenapa kau meminta maaf? Aku tidak mempermasalahkan jika mereka berdua mengetahui tentang ciuman itu..." 

"Dan tentang apa yang Cam bicarakan menurutmu bagaimana?" Lanjut Nash.

"Maksudmu? Aku tidak mengerti." 

"Tentang pacaran. Menurutmu bagaimana? Kau mau menjadi pacarku?"

"Nash, ini sangat tidak lucu." Apa maksudnya ia berkata seperti itu? Apa ia baru saja menyatakan perasaannya padaku?"

Nash menaruh rambutku dibelakang telinga. Lalu kedua tangannya menangkup pipiku. "Aku tahu ini terlalu cepat. Tapi aku tidak bisa menahannya lagi. Aku jatuh cinta padamu, Olive. Kau cantik. Kau lucu. Aku serius tentang ini. Would you please be mine?" Lagi-lagi mata biru itu menatap dalam mata coklatku. Nash Grier baru saja menyatakan perasaannya padaku. Apa aku sedang bermimpi? Jika ini mimpi, siapa pun jangan bangunkan aku.

"Apa aku bermimpi?" Aku menyuarakan isi pikiranku.

"Tidak. Ini bukan mimpi. Aku benar-benar mencintaimu, Olive." Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus menerimanya? Atau tidak? Aku bingung. Ini masih sulit kupercaya. Ini terlau cepat. Tidak pernah terpikirkan olehku kalau Nash Grier akan jatuh cinta dan menyatakan perasaannya padaku.

"Aku tidak tahu, Nash. Ini terlalu cepat. Aku takut kalau aku salah mengambil keputusan. Aku butuh bukti kalau kau serius denganku. Kalau kau benar-benar mencintaiku. Kau hmm bisa memberiku waktu untuk menjawab?" Tanyaku hati-hati.

"Baiklah. Aku akan memberimu waktu 1 minggu. Selama 1 minggu juga aku akan membuktikan kalau aku benar-benar mencintaimu." 

Nash langsung mendekatkan hidungnya dengan hidungku. Aku bisa merasakan nafasnya. Begitu pun dia. Ku yakin dia bisa merasakan nafasku. "You're so beautiful." Bisiknya pelan. Bibirku dengan bbibirnya sudah menempel. Aku sangat ingin merasakan bibirnya sekarang. 

"Ekheem." Demi apapun aku akan mengutuk orang yang sudah mengganggu aku dan Nash sekarang. Aku mendongakkann kepalaku untuk melihat siapa orang itu.

"Shit! What the hell are you doing, Cam?" Teriak Nash. Dia rupanya sama kesalnya denganku.

"Oh my god. Kita sepertinya sudah menganggu pasangan yang akan bercumbu, babe. Hahaha." Lexa dan Cam tertawa lepas. Ingin rasanya aku memenggal kepala mereka berdua.

"Sebaiknya kita ke kelas sekarang. C'mon Olive." Nash mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri. Dan aku menerima uluran tangannya sambil berkata "Thanks." Dengan begitu aku meninggalkan Cam dan Lexa yang masih tertawa.

Sepanjang perjalanan ke kelas, Nash tidak henti-hentinya menceritakan hal-hal lucu yang membuatku tertawa lepas. "I love it when you laugh. It makes you more beautiful." Nash kembali menggodaku. Pipiku memanas. Aku yakin pipiku sekarang sudah melebihi merahnya kepiting rebus.

"Don't do it, Nash." Aku menyenggol lengannya.

"Ohh you more beautiful when you blushing like that." Nash menggodaku. Lagi.

Aku mengabaikan ucapan terakhirnya. Setelah sampai di kelas, aku mendapat bangku di deretan belakang. Aku dan Nash telat sepertinya. Padahal bel masih 5 menit lagi. Selama menunggu bel, aku dan Nash menceritakan masa kecil kita masing-masing sampai dosen yang mengajar sudah memasuki kelas.

*********

Kelas sudah berakhir, aku dan Nash sedang dikantin menunggu Lexa dan Cam. Kita berniat untuk pulang bareng. Walaupun tadi Lexa dan Cam cukup menjengkelkan, tapi itu bukan berarti aku membenci mereka. Toh, itu hanya masalah kecil saja kok.

"Aku ingin membahas tentang berita yang ada di twitter." Ucap Nash sambil memegang tanganku. Apa yang ia lakukan? Aku menautkan alisku, tapi sepertinya dia tidak menyadari keanehanku.

"Aku bahkan sudah melupakannya." Aku memang benar-benar melupakannya. Kalau dipikirkan, malah membuatku pusing.

"So, kita lupakan saja masalah ini. Oke?"

"Oke." Jawabku singkat.

Sekarang kita hanya diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Tidak ada yang memecah keheningan. Sebenernya aku ingin mengajaknya berbicara, tapi aku tidak memiliki topik untuk dibicarakan.

"Hey love birds." Teriak Cam tiba-tiba. 

"Oh God kau mengagetkanku." 

"Sorry haha. So, you're official now?" Tanya Cam sambil tersenyum-senyum.

Aku mengerutkan keningku, "What do you mean?"

"Jadi, kalian berdua pasti sudah yeah you know. Jadian. I mean, kalian berdua di kantin yang sedang sepi sambil berpegangan tangan seperti itu." Cam melirik ke arah tanganku. 

Aku yang baru menyadari Nash masih memegang tanganku, langsung menarik tanganku cepat. Sial, kenapa aku tidak menyadari hal itu dari tadi? Bodoh sekali.

"Aku ingin membunuhmu sekarang juga, Cam." 

"Whoa calm down, Nash. Aku hanya bercanda. Baiklah, lebih baik kita pulang sekarang." 

Cam dan Lexa jalan mendahuluiku dan Nash. Tiba-tiba Nash menggendeng tanganku dan aku sama sekai tidak menolak hal itu. Aku menyukai moment-moment seperti ini. Sempat kulihat Lexa dan Cam menengok ke belakang dan mereka tersenyum-senyum sambil melirik ke arah tanganku dan Nash. Aku hanya memutar bola mataku. Dan ku lihat Nash tidak menanggapi mereka berdua. Aku sekarang merasa yakin dengan jawaban yang akan ku berikan pada Nash nanti.

Heyy Tasya back yoo. It's a late late late update. I know. I'm sorry. Pr numpuk ya ampun aku gak kuat. Semoga masih minat sama cerita abal ini. Dan maaf bgt kalo makin kesini makin gak jelas. Gak punya ide :((

Yaudahlah gua banyak cincong. Intinya keep vomment, and sorry for da typo(s). Love youuu

Complicated // n.gTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang