Complicated - 18

433 58 28
                                    

Olive's POV

"I told you, he is an asshole."

Matt masih terus menenangkanku. Sekitar 3 jam yang lalu, Gilinsky menelfonku. Aku sempat teriak-teriak tidak jelas alias fangirling saat Gilinsky menelfonku. Bayangkan idolamu menelfonmu duluan. Rasanya saat itu aku ingin mati. Aku juga tidak tahu darimana Gilinsky mendapatkan nomorku. Hmm dia sangat mencurigakan. Haha baik, lupakan.

Tetapi saat mendengar alasan Gilinsky menelfonku, aku menjadi drop. Aku menangis sejadi-jadinya. Kau tahu? Ia bilang kalau Nash pergi ke pub. Pergi ke pub tidak menjadi masalah untukku. Yang ku permasalahkan adalah, Gilinsky juga bilang kalau Nash masuk ke kamar bersama seorang jalang.

Bisa kau bayangkan? Disaat kau sedang memikirkan seseorang, yang kau pikirkan malah bersenang-senang dengan orang lain. Aku tidak habis pikir dengan Nash. Apa maksudnya ia meniduri jalang? Ia bosan denganku, lalu ia memilih menyewa perempuan kotor seperti itu? Sungguh keparat.

"Sudahlah, daripada kau menangisinya mending kita pergi jalan-jalan. Seperti berbelanja mungkin? Bagaimana?" Sedari tadi Matt terus-menerus menghiburku. Aku merasa bersalah. Selama ini aku membenci dia karena masalahku dengan dia, dulu. Tapi itu kan sudah 2 tahun yang lalu. People always change, right?

Berbelanja? Aku bukanlah perempuan yang hobi berbelanja. Kepalaku menggeleng tanda menolak tawaran Matt untuk berbelanja. Sekarang Matt menaruh tangannya di dagu tanda mencari ide.

"Hey, bagaimana kalau aku mengajarimu bermain skateboard? Kau dulu sangat ingin sekali bermain permainan itu kan?"

Bibirku langsung melengkung ke atas mendengar tawaran Matt. Ya, aku memang ingin sekali bisa bermain skateboard. Tapi tidak ada yang bisa mengejariku. Dan sekarang adalah kesempatanku untuk bisa belajar skateboard. Aku menganggukkan kepalaku dengan semangat. Senyuman langsung tercetak di wajah Matt.

"Ok, kalau begitu kau mandi sana cepat. Oh apa perlu kau aku mandikan?" Matt bertanya sambil menunjukkan cengiran cabulnya. Pervert.

Tanganku bergerak memukul pundak Matt, "kau sungguh mesum." Sedangkan ia hanya cekikikan tidak jelas.

***

"Apakah masih jauh? Aku lelah."

Matt menaikkan alisnya, "sebentar lagi sampai."

Huh dasar menyebalkan. Daritadi ia bilang "sebentar lagi." Dan dia sudah mengucapkannya 5 kali. Tapi apa? Tidak sampai-sampai daritadi. Sudah 20 menit berjalan dan kakiku rasanya ingin lepas. Well, Matt mengajakku berjalan kaki untuk pergi ke tempat bermain skateboard yang katanya tidak jauh dari tempatku. Padahal aku sudah menyarankan untuk naik mobil saja. Kalau seperti ini mending aku tidak jadi belajar skateboard.

"Matt, masih lama tidak sih?" Aku mengerucutkan bibirku karena kesal.

"Kau berisik ya..." Bukannya menjawab, dia malah mengataiku. Untung tampan, kalau tidak dia sudah ku makan hidup-hidup. Hmm tunggu. Apa aku baru saja bilang dia tampan? Mungkin aku sedang melantur.

"Aduh." Matt gila atau apa? Dia tiba-tiba jongkok sudah seperti orang sedang poop. Dan aku hampir saja jatuh karena menabrak badannya.

"Kau sedang poop?" Tanyaku polos.

"Yang benar saja, Olive. Kau masih tetap bodoh rupanya." Ucapan Matt membuatku tambah kesal. Rasanya sekarang aku sudah memiliki tanduk di kepala saking kesalnya. Aku menjambak rambut Matt dengan keras. Ralat, sangat keras.

"Sakit, bodoh." Mataku melototi Matt mendengar kata bodoh. Yang dipelototi malah memelototiku balik. Dia sungguh menyebalkan.

"Cepat naik ke punggungku." Dahiku mengkerut mencari maksud ucapan Matt. Otakku lemot sekali, ya.

"Aku akan menggendongmu. Kau mau tidak?" Kepalaku mengangguk dengan sangat cepat. Kenapa dia tidak daritadi sih menggendongku?

Tanganku melingkar di leher Matt dan kakiku melingkar di pinggangnya. Sedangkan ia memegang kakiku agar tidak jatuh. Andai saja yang menggendongku saat ini adalah Nash. Ah sudahlah, lupakan bajingan itu. Hanya sekitar 5 menit aku sudah sampai di tempat bermain skateboard. Banyak sekali orang-orang yang bermain disini.

Melihat banyaknya orang yang bermain, membuatku semangat dan langsung turun dari gendongan Matt. Aku sudah tidak sabar untuk belajar skateboard. Tapi sebelumnya aku meminjam skateboard di tempat peminjaman.

***

Jam di pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul 4. Aku membutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk bermain skateboard. Bahkan aku melewatkan jam makan siangku hanya untuk belajar permainan papan beroda ini. Dan hasilnya memuaskan. Walaupun aku terus mengeluh saat diajari Matt, sekarang aku sudah bisa berdiri dan menjalankan papan ini sendirian tanpa bantuan Matt.

"C'mon, kita harus pulang. Ini sudah terlalu sore." Wajahku memelas berharap Matt mau menggendongku lagi. Ayolah, aku lelah bermain skateboard. Apa ia tidak kasihan melihatku? Dan ternyata ia tidak punya rasa kasihan sama sekali. Buktinya ia hanya memutar mata melihat wajah melasku.

Mataku menangkap mobil es krim keliling. "Matt aku mau itu," tanganku menunjuk mobil es krim. "Baiklah, ayo."

Dalam hati aku berteriak gembira. Sudah lama sekali aku tidak memakan es krim.

"Selamat sore, mau pesan es krim rasa apa?" Tanya penjualnya.

"Kau mau rasa apa?"

"Vanilla dan coklat." Jawabku dengan semangat.

"Dua? Kau tidak salah?" Matt bertanya padaku.

"Tentu tidak, Espinosa."

"Baiklah, aku pesan 2 coklat dan 1 vanilla." Ucap Matt kepada penjual.

Tak lama kemudian es krim nya sudah jadi. Lidahku menjilat atas es krim dan wow. Ini sungguh nikmat. Okay, aku seperti bocah yang tidak pernah makan es krim.

Kakiku kembali berjalan pulang ke rumah. Tentu saja berjalan sambil memakan es krim. Sekarang aku sudah memakan es krim keduaku. Memakan satu cone es krim hanya membutuhkan 5 menit. Kalian juga sama seperti itu, kan?

Ketika sudah sampai depan rumah, otakku berpikir dengan keras. Sepertinya aku sudah mengunci pintu sebelum pergi tadi. Kenapa sekarang pintunya terbuka? Matt sepertinya tahu apa yang ada dipikiranku. Dia berjalan cepat ke arah rumah, tetapi tanganku menahan Matt menyuruh dia untuk berhenti.

Kakiku terus maju menuju pintu rumah. Sepi. Tidak ada bunyi apapun. Kalau ada pencuri seharusnya ada bunyi gaduh dari dalam. Tetapi bisa juga sih ia mencuri tanpa suara. Sial, disaat keadaan seperti ini saja aku masih bertengkar dengan pikiranku.

Aku menangkap bayangan seseorang. Maju lebih dekat, aku menemukan seseorang sedang duduk di ruang tamu. Dia bukan pencuri. Dari bentuk rambutnya, sepertinya aku tahu orang ini. Secara tiba-tiba orang--yang duduk di ruang tamu--menengok ke arahku. Aku dapat melihat matanya dengan jelas.

Oh tidak.

"Matt kau harus pulang. Sekarang!"

Tapi sebelum Matt pulang, orang tersebut sudah keluar menunjukkan dirinya.

"Mencoba berselingkuh, eh?"

***

Little bit fast update.

Yayaya i know this story is boring as fuck. But at least, Leave ur vomments!! I REALLY NEED UR COMMENTS. NOT ONLY VOTES

ps : sorry for using capslock. I really upset with silent fooking readers

Sorry for typos. Bilang aja kalo ada typo, K?

Complicated // n.gTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang