Complicated - 16

521 59 6
                                    

Dengan perasaan sakit aku menghampiri meja itu. Aku meyakinkan diriku untuk tidak menangis di depan Nash. Walaupun pada kenyataannya hatiku sudah hancur entah menjadi berapa keping. Atau mungkin sudah tidak berbentuk. Bayangkan saja, aku berpacaran dengan Nash belum ada 1 minggu tetapi Nash sudah seenaknya merangkul perempuan lain. Dan asal kalian tahu, muka perempuan itu masih bocah sekali. Masih kecil saja sifatnya sudah seperti jalang.

"Ehm." Dehamanku membuat semua orang yang ada di meja itu -termasuk Nash- mengalihkan perhatiannya kepadaku. Tetapi yang membuatku kesal adalah, Nash sama sekali tidak memindahkan tangannya dari perempuan sialan itu. Mataku menatap tajam wanita itu. Yang aku tatap hanya mengerutkan keningnya tanda tidak mengerti tatapanku. Tatapanku bepindah ke Nash yang ternyata sekarang sudah melepaskan rangkulannya ke perempuan itu. Tangan Nash secara cepat menarik tanganku untuk duduk disebelahnya. Aku menurutinya.

Dan ternyata aku disini sama sekali tidak dibutuhkan, mereka sibuk mengobrol dengan bocah jalang itu. Katakan aku kejam karena memanggilnya bocah jalang. Siapa suruh ia mengambil perhatian Nash-ku. Sekarang Nash kembali merangkul bocah ingusan itu. Bahkan ia mencubit pipinya dengan gemas. Uh aku tidak kuat.

"Ruangan ini panas sekali ya?" Ucapanku membuat mereka semua memandangku. Mereka bingung dengan ucapanku karena memang sebenarnya ini adalah ruangan AC dan tidak ada hawa panas sama sekali disini. Hanya saja bocah jalang itu membuat darahku mendidih, sehingga ruangannya terasa panas bagiku. Cameron dengan tampang datarnya melihat keseliling dan tiba-tiba tertawa seakan mengerti apa maksud dari ucapanku.

"Sepertinya ada yang merasa cemburu, eh?" Sialan Cam menyindirku. Nash yang bingung pun menatap Cam meminta penjelasan. Cam terlihat membisikkan sesuatu di telinga Nash.

"Ah Olive, aku ingin mengenalkanmu. Ini Sierra Whitesides. Yep dia adiknya Jacob." Mataku sekarang rasanya ingin keluar.

"What?" Gumamku pelan. Bodoh sekali diriku. Untuk apa aku cemburu terhadap adiknya Jacob? Aku merutuki diriku sendiri. Mungkin kalian bertanya-tanya mengapa aku tidak mengetahui kalau bocah tadi adalah Sierra. Karena, aku sama sekali tidak mengenal keluarga mereka- maksudku magcon. Aku termasuk fans baru. Dan awalnya aku hanya menyukai Nash saja. Karena memang aku menyukai Nash saat Magcon sudah bubar. Aku belum sempat untuk melihat biografi mereka semua. Bagiku mengetahui namanya saja sudah cukup. Kalian boleh mengatai ku fake fans.

"Kau cemburu karena Nash merangkul adikku?" Shit. Itu suara Jacob. Mau ditaruh dimana mukaku sekarang? Tawa mereka semua terdengar di telingaku. Bahkan nereka menertawakanku dengan kencang. Dan Sierra rupanya juga menertawaiku. Ya tuhan aku malu sekali. Aku menyesal tidak mencari tahu tentang keluarga mereka di internet.

"Hahaha" Nash terus menertawakanku. Aku hanya bisa memajukan bibir bawahku dan menundukkan kepalaku. Habis sudah mereka menertawaiku hari ini. Tiba-tiba aku merasakan Nash memelukku dari samping.

"Jangan cemberut seperti itu." Bisiknya di telingaku.

"Kau menertawaiku. Aku malu." Ucapku dengan suara amat pelan. Mataku melirik Nash dari samping dan dia terlihat sedang tersenyum sambil menahan tawanya. Huh.

"Baiklah, jangan menertawainya. Kasihan Olive." Nash berkata kepada teman-temannya masih sambil memelukku. Bayangkan saja, kalian ditertawakan oleh para pria tampan dan sekaligus idola kalian. Sangat memalukan.

Setelah Nash berkata seperti itu, mereka semua memberhentikan tawa mereka. "Sorry kalau kita membuatmu malu. Tapi itu sungguh lucu." Aku hanya tersenyum kecil kepada Taylor sambil menganggukkan kepalaku menandakan kalau aku tidak masalah dengan itu. Walaupun sebenarnya dalam hatiku aku sedang merutuki diriku sendiri karena bertindak sangat bodoh.

Aku meminta maaf kepada Sierra dan dia memaklumiku. Tapi aku tidak mengatakan kalau aku sempat memanggilnya jalang. Bisa-bisa aku dihajar oleh Jacob.

Sekarang aku sudah dekat dengan mereka, mereka sangat asik untuk diajak mengobrol apalagi bercanda. Saat sedang asik mengobrol, tiba-tiba Matt duduk di hadapanku. Aku baru sadar kalau dia tidak ada disini sejak kita berbincang dibelakang.

"Darimana saja kau, Matt? Lama sekali."

"Toilet." Toilet? Mana mungkin dia ke toilet lama sekali. Masa bodolah, aku tidak peduli. Aku melanjutkan obrolan dengan yang lain. Tapi si Matt hanya diam tidak mengatakan satu kata pun. Ada apa dengannya? Dan lagi, ia terus menatapku dengan tatapannya yang menurutku menyeramkan.

"Berhentilah menatap Olive seperti kau ingin memakannya." Nash memutar matanya setelah berkata seperti itu.

"Aku mau menatap dia dengan tatapan apa pun itu sama sekali bukan urusanmu, Grier." Mata Matt menatap Nash tajam. Dia makin menyeramkan sekarang.

"Jelas itu urusanku karena dia pacarku dan kau menakutinya." Tatapan Nash terhadap Matt tak kalah tajamnya.

"Kau sepertinya bangga sekali memiliki pacar jalang seperti dia." Ucapan Matt menusuk hatiku. Siapa yang tidak sakit dikatai jalang?

Brak

Gebrakan tangan Nash membuat aku dan seluruh orang di kafe ini terkejut. Mereka semua memusatkan perhatiannya ke meja tempatku berada. Sial, sekarang aku jadi pusat perhatian. Aku benci ini.

"Apa masalahmu mengatai dia jalang? Bahkan kau lebih kotor dari seorang jalang, Matt." Nash membentak Matt sambil berdiri dan dengan suara yang sangat kencang sampai membuatku menutup mataku. Tanganku berusaha menarik tangan Nash dan meremasnya dengan lembut untuk meredakan emosinya.

"Kau salah. Yang benar adalah, pacar yang sangat kau banggakan ini adalah yang sebenarnya lebih kotor dari jalang. Dan lebih menjijikan dari sampah." Ucapan Matt kembali menusuk hatiku. Apa masalahku dengan Matt? Tadi ia berkata kalau ia mencintaiku, tapi sekarang ia mengataiku. Air mataku tidak kuat lagi untuk ku bendung. Setetes demi tetes air mataku keluar karena ucapan Matt. Matt sungguh bajingan.

Author's POV

Suasana kafe menjadi sepi karena pertengkaran dua pemuda. Matt, sang pemuda yang memancing emosi Nash--lawannya-- juga tidak mengerti kenapa ia bisa mengatai Olive, yang notabene mantannya, dengan panggilan jalang. Kata-kata kasar itu keluar dengan sendirinya dari mulut Matt. Ia merasa emosi karena Olive lebih memilih Nash daripada dirinya.

Carter yang duduk di sebelah Matt berusaha menenangkan Matt yang emosinya sangat bergejolak. Tatapan Matt beralih ke Olive, ia menangis. Gadis kecilnya yang sangat ia sayangi menangis karenanya. Karena ucapannya. Matt terus mengatai dirinya bajingan dalam hatinya. Ingin rasanya ia memeluk gadis itu. Membuatnya tersenyum lagi dan berhenti menangis. Namun rasanya tidak mungkin karena diri Matt sendiri lah yang menyebabkan gadis itu menangis.

Matanya makin memanas ketika ia melihat Nash yang menyadari Olive menangis dan membawa Olive ke pelukannya. Memeluk gadis itu dengan erat sambil membisikkan kata-kata lembut yang membuat Olive tenang. Karena merasa tidak enak dengan para pelanggan di kafe, Cam menyuruh mereka semua pulang dan bertemu di lain waktu. Mereka memaklumi keadaan dan pergi tanpa ada perasaan kesal terhadap Matt ataupun Nash. Karena, mereka berdua lah yang membuat pertemuan mereka jadi berantakan. Atau mungkin juga Olive lah yang sebenarnya akar permasalahan ini. Tidak ada yang tahu kenapa tiba-tiba mereka berdua bertengkar. Dan tidak ada pihak yang mereka bela. Mereka berdua sama-sama salah.

Kafe sudah sepi, hanya tinggal Nash, Olive, Hayes, dan Matt. Entah kenapa Matt tidak meninggalkan kafe tersebut. Dia merasa bersalah terhadap Olive.

Matt berjalan ke arah Olive dan meraih tangannya yang dingin, "Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud mengucapkan itu. Kau tahu, aku selalu mencintaimu. Dan tidak akan berubah." Dengan begitu Matt pergi dengan meninggalkan wajah bingung dari kakak beradik bermata biru ini, Nash dan Hayes.

Hari yang buruk untuk Olive.

***

Late update as always. Gue sebenernya free HAHA, tapi gw gak punya ide buat lanjutin ceritanya. Makin lama makin gak jelas ceritanya ew. Pls gua butuh saran / kritik untuk cerita abal ini.
Sorry for typo(s) and give me your vomment!

Love,
Hayes's gf

Complicated // n.gTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang