☁️Kitten

307 50 13
                                    

Hari sedikit mendung. Beberapa mahasiswa pun berlari kecil memasuki pintu gerbang. Takut hujan akan segera turun.

Berbeda dengan gadis bersurai hitam yang satu ini. Mata kucing gadis itu berbinar melihat banyak orang yang menenteng buku. Ia berjalan perlahan sambil melihat-melihat sekeliling nya dengan takjub.

Ini pertama kalinya Kim Jennie menginjakan kaki di sini. Gadis itu merapikan almamater baru berwarna biru navy nya. Menepuk debu tak kasat mata di bahunya.

"MIN YOONGI!!" 

Dahi pemuda itu mengerut. Pasalnya di universitas tidak pernah ada yang memanggil namanya seperti itu. Yoongi tidak suka dengan perhatian. Jika bisa ia lebih memilih menjadi batu untuk kehidupan yang akan datang.

"Sial, gadis kucing itu lagi." gerutunya.

Sekarang Jennie terlihat seperti seekor kucing hitam yang sering Yoongi temui di dekat apartemen nya. Sesekali Yoongi memang suka memberi makan kucing jalanan itu.

"Hehe." gummy smile gadis itu lagi-lagi membuat Yoongi jantung nya bekerja lebih cepat. Namun Yoongi masih mengontrol ekspresi wajahnya.

Yoongi melanjutkan jalannya sedangkan Jennie mengekori di belakang sambil sesekali melempar senyum pada mahasiswa lain yang menatapnya heran.

"Yoongi-ssi, ruangan konsultan itu apa?" Pria dingin itu tidak menanggapinya.

Telunjuk gadis itu mengetuk bahu Yoongi, "Aku dengar di sini khusus untuk anak-anak yang menyukai musik. Di mana ruang musiknya?"

"Oh! Apa itu kantin? Tempat orang-orang berkumpul dan makan bersama? Pasti sangat menyenangkan makan beramai-ramai." Suara Jennie lagi.

Tanpa sadar Jennie menabrak seseorang. Tubuh munyil nya pun terpental.

"Mian, apa kau baik-baik saja?" Kim Hanbin, pria yang ditabrak Jennie adalah seorang cassanova di universitas. Tentu paras pria bertubuh lebih besar dari Yoongi itu tampan dan berkharisma.

Hanbin selalu menjadi pusat perhatian dikarenakan bukan hanya ia tampan dan kaya. Ia juga memiliki segudang prestasi dalam bidang musik.

"Gwenchana, kamsahamida." Jennie menerima tangan Hanbin.

"Wah, nona cantik, kau baru di sini?" 

Jennie mengangguk kecil. Sedikit canggung dengan sentuhan Hanbin yang belum melepas tangan nya.

"Aku Kim Hanbin. Jika kau butuh seseorang untuk membawa mu berkeliling panggil aku saja, sayang." Pemuda itu mengedipkan sebelah mata.

Baiklah, sudah cukup. Yoongi memang tidak berharap Hanbin mengenalnya. Tapi dengan mengabaikan nya bagai angin membuat Yoongi jengkel.

Apalagi ia menyadari ketidaknyamanan Jennie. Tubuh Yoongi bergerak maju lalu merebut tangan Jennie. Tanpa sepatah kata pun ia meninggalkan Hanbin yang membatu.

"Kelas pertama mu apa?" tanya Yoongi.

Jennie memberikan jadwal nya pada Yoongi. Pria itu mengernyit.

"Apa kau penguntit? Kenapa jadwal mu sama persis dengan ku?" Jennie menutup mulutnya rapat-rapat. Menipiskan bibirnya dan memandang ke segala arah selain tatapan tajam Yoongi.

Pria itu menghela nafas lalu kembali membenarkan ransel yang ia sampirkan di bahunya.

"Jangan jauh dariku." Senyum Jennie mengembang. Itu tandanya Yoongi sudah setuju akan menemani nya seharian.

D. R. E. A. M

Jennie berjalan sendiri di koridor setelah memenuhi panggilan alam. Sebenarnya Yoongi sudah menawarkan untuk mengantar dan menunggunya, tapi ditolak halus oleh gadis itu.

DREAM [YOONNIE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang