Gadis yang terbaring di kasur rumah sakit itu mengkedipkan mata nya. Mengatur cahaya silau yang tiba-tiba masuk ke matanya. Tanpa perlu melihat sekitar nya lagi, ia sudah kenal betul dengan tempat yang sekarang ia tempati.
Mencium bau obat-obatan di sekitaran nya sudah tidak membuat penciumannya kaget. Gadis itu kembali memejamkan matanya. Menghela nafas panjang karena tubuhnya kembali kaku akibat anestesi yang masih belum selesai bekerja di tubuhnya.
"Untuk seseorang yang tertidur selama hampir dua hari kau masih terlihat pucat. Perlu ku panggilkan dokter untuk mu, kitten?" Jennie langsung membuka kembali kedua mata nya.
Sedikit pusing di kepala gadis itu membuat Jennie sama sekali tak sadar dengan kehadiran pemuda Min yang sejak tadi duduk di samping kasurnya.
Melihat sebuah buku tebal dan kacamata yang sangat jarang bertengger di wajah nya, Jennie yakin Yoongi lama menunggu nya sadar.
Menjadi orang pertama yang Jennie lihat setelah bangun dari tidur panjang nya membuat hati gadis itu menghangat. Biasanya ia selalu terbangun melihat raut-raut sedih dan khawatir keluarga nya.
Entah mengapa wajah kaku Yoongi membuat nya begitu lega.
"Minumlah air terlebih dahulu sebelum berbicara." Yoongi mendorong segelas air di samping nakas nya.
Yoongi selalu seperti itu. Pura-pura tidak peduli dengan Jennie. Contoh nya seperti sekarang, tanpa banyak berbicara pria itu bangun merapikan selimut dan mengatur ketinggian kasurnya agar Jennie dapat duduk dengan nyaman.
Mengecek monitor medis di samping Jennie tanpa gadis itu ketahui apakah Yoongi benar-benar mengerti cara membaca mesin tersebut.
Senyum Jennie perlahan meluntur. Mengingat sekarang Yoongi pasti sudah mengetahui kondisi nya.
Dengan ragu Jennie memanggil Yoongi, yang hanya menyauti nya dengan deheman kecil sambil kembali membaca novel sejarah tebal nya.
"Kenapa oppa tidak marah?" Gadis itu bertanya dengan pelan.
"Aku marah."
"Tapi kau tidak membentak ku."
"Aku tidak suka meninggikan suara ku. Apalagi pada perempuan."
Ah, ini yang sangat Jennie sukai dari pria itu. Yoongi selalu terlihat dingin namun jika sudah mengenal pria itu, ia adalah pria lembut yang sangat baik dan sopan.
"Seingatku, kau meninggikan suara mu saat aku memberikan mu boneka Kumamon." tawa Jennie.
Yoongi menatap gadis itu tajam, tapi Jennie dapat melihat semburat merah di wajah pria itu "Lupakan itu."
Lagi-lagi Yoongi terlihat sangat menggemaskan. Andai saja tubuh Jennie tidak sakit. Gadis itu pasti sudah melompat dan mencubit kedua pipi merah pemuda itu.
"Gwiyowo." ucap Jennie.
Yoongi mendongak. Manik mata nya bertemu dengan Jennie dan berhenti sebentar.
"Maafkan aku." Yoongi diam. Membiarkan gadis itu untuk melanjutkan kalimatnya.
"Seharusnya aku memberitahu oppa lebih awal. A-aku tahu kau sangat membenci kerepotan. Dan aku tak ingin kau membenci ku karena harus merawat orang sakit seperti ku. Terima kasih sudah membawa ku ke rumah sakit."
Yoongi menghela nafas pelan," Aku selalu direpotkan oleh mu sejak pertemuan pertama. Tidak perlu merasa aneh-aneh."
Sebagai perempuan yang menganggap dirinya sangat mengenal Yoongi, Jennie sama sekali tidak tersinggung. Ia malah mulai tersenyum lagi oleh kalimat cetus yang keluar dari pria itu.
Jennie yakin ia menerjemahkan kalimat Yoongi dengan benar. Kalau pria itu sama sekali tak apa bila direpotkan Jennie dan sebaiknya perempuan itu tidak perlu merasa bersalah dan meminta maaf.
Itu hanya cara unik pria yang senang berpakaian serba hitam itu memberi perhatian.
"Maka mulai hari ini aku akan lebih bersemangat untuk merepotkan mu, Yoongi oppa!"
Deretan gigi putih Jennie membuat Yoongi ikut menarik sedikit ujung bibirnya.
"Silahkan saja."
D. R. E. A. M
Semenjak hari pertama Yoongi membawa Jennie ke rumah sakit gadis itu sempat keluar dan memulai kegiatan sehari-hari di universitas.
Namun kondisi gadis itu terus melemah. Dengan terpaksa gadis dengan senyum gusi nya itu harus kembali dirawat di rumah sakit.
Hari-hari menjadi minggu. Minggu berlanjut menjadi bulan. Yoongi sama sekali tak pernah melewatkan hari tanpa pergi menjenguk atau berada di sisi Jennie saat gadis itu perlu melakukan terapi nya.
Terkadang efek samping dari terapi yang gadis itu lakukan meninggalkan rasa sakit kepala yang luar biasa. Dan Yoongi hampir selalu ada di samping gadis itu dan menggenggam erat tangan munyil Jennie.
Yoongi bahkan meminta Jisoo untuk selalu menghubungi nya jika terjadi sesuatu pada Jennie di saat ia tidak di tempat.
Seperti saat ini, pemuda itu kembali berlarian di lorong rumah sakit karena mendengar kabar gadis kesayangan nya itu tak berhenti menangis karena ia mulai tidak dapat merasakan kedua kaki nya.
Memasuki kamar VVIP gadis itu. Pandangan Yoongi bertemu dengan Jisoo yang berusaha menahan air mata nya meluruh. Sedangkan kembaran nya yang lain menenangkan Jennie.
Kedatangan Yoongi membuat Jennie menoleh pada nya. Mata sembab serta merah gadis itu membuat Yoongi yakin ia sangat terpukul dengan kondisinya sekarang.
Langkah pemuda itu mendekati Jennie. Membawa gadis itu kepelukan nya. Menepuk-nepuk punggung Jennie pelan sambil membisikan beberapa kalimat yang menenangkan.
Melihat Jennie mulai lebih tenang Taehyung dan Jisoo meninggalkan kedua nya untuk memiliki waktu sendiri.
Jennie melepas pelukan nya. Dengan mencoba memberhentikan isakan nya. Pandangan mereka bertemu.
"Yoongi-ah, aku tidak akan bisa menari lagi. Bagaimana ini?" tanya nya.
D. R. E. A. M
Harus selesai-in karena banyak work yang menunggu! FIGHTING!
Btw mau nanya dong, mayoritas kalian ship BlackTan itu siapa aja?
Kalau aku VSoo, Rosekook, dan Yoonie
Lalis aku suka nya dia sodaraan sama Jhope hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM [YOONNIE]
Romance[COMPLETE] Ketika seorang gadis bernama Kim Jennie yang selalu dipenuhi mimpi-mimpinya datang mewarnai kehidupan Yoongi. Min Yoongi yang harus bekerja keras sebagai rapper amatir demi memenuhi kebutuhan keluarga dan pendidikannya. Terlalu sibuk un...