Perpustakaan sekolah terlihat sangat sepi, mungkin karena hari ini lomba-lomba sekolah masih di adakan, tugas kelompok mereka juga di tunda sampai acara sekolah selesai.
Minho dan Jisung memilih untuk segera menyelesaikan tugas di dalam perpustakaan.
"Minho bagaimana caramu membaca?"
"Entahlah.. aku bisa merasakan huruf dan kalimat"
Eh? Merasakan huruf? Omong kosong macam apa itu batin Jisung.
"Merasakan?"
"Iya, saat aku meletakan jariku di atas buku, entah bagaimana aku bisa membayangkan huruf apa yang ku sentuh" ujar Minho.
Ia masih bingung, dengan rasa penasaran yang tinggi Jisung meletakan tangan Minho di atas buku.
"Kalimat apa yang kau sentuh?" Tanya Jisung.
"Sebuah mobil melaju dengan kecepatan-"
"AW SAKIT!!"
Keduanya menoleh ke arah seseorang yang tengah meringis kesakitan.
"Kecilkan suaramu Chan, kita berada di perpustakaan sekarang"
Seorang lelaki manis muncul dari belakang Chan dengan wajah datarnya, setelah berucap lelaki tersebut melenggang pergi meninggalkan Chan juga dua manusia yang menguping.
"AWAS KAU KIM SEUNGMIN!! AKAN KU KIRIMKAN TSUNAMI KE RUMAHMU!!" teriak Chan, sangat jengkel dengan tingkah mate-nya.
"Chan kau kenapa? Kita sedang di perpus, tidak boleh berteriak" Jisung membuka suara melihat Chan yang berteriak emosi.
"Aish bocah itu menyetrum ku tadi!"
"Kenapa bisa di setrum?" Tambah Minho.
"Aku tak sengaja menjatuhkan buku di atas kepalanya, aku ingin meminta maaf tapi sudah di setrum duluan"
Minho dan Jisung hanya mengangguk.
Setelah berucap Chan langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
Chan ingin membalas Seungmin tunggu saja!Jisung terkekeh melihat Chan yang begitu kesal, tatapannya beralih pada Minho yang kini duduk terdiam.
"Minho?"
"Iya?"
"Kenapa kau diam saja?"
Minho menelan ludahnya kasar, haruskah ia mengatakan hal ini pada Jisung?
"Eum.. Ji maaf-"
"Maaf kenapa?" Jisung memotong ucapan Minho.
"Aku diam karena...."
"Karena apa?" Tanya Jisung makin penasaran.
"Karena perutku agak sakit, sepertinya aku akan...
kentut, hehe"
..........
"HAHAHAHAHA"
Tawa Jisung seketika pecah saat mendengar penuturan polos pria di depannya. Minho memerah malu.
Tuuttt~
Oh sial! Kenapa pantatnya tidak mau bekerja sama!
Tawa Jisung semakin menjadi, Minho yang mendengar nya langsung ikut tertawa. ah dua orang yang konyol.
.
.
.
Minho sampai di depan rumah, pikirannya berkecamuk, ia ingin menanyakan banyak pertanyaan pada ayahnya, tapi Minho takut.
Masuk kedalam rumah, Minho mencari keberadaan ayahnya.
"Minho kau sudah pulang? Sini ayah baru selesai memasak"
Menyadari kehadiran sang anak, tuan Lee tersenyum lalu mengajak Minho untuk makan bersama.
-
Selesai dengan makan malam, kini Minho terduduk di sofa ruang tamu. Ingin rasanya ia menanyakan semua pertanyaan yang ada di dalam kepala.
Melihat raut wajah sang anak, akhirnya tuan Lee membuka suara.
"Minho kenapa?"
Minho tersentak mendengar suara ayahnya.
"Ayah aku ingin bertanya.. tapi! Jika ayah tidak bisa menjawab eum.. tak apa"
Minho sedikit gugup padahal yang ada di depannya ini adalah sang ayah.
"Tanya apa hm?"
"Hubungan yang di dasari oleh keegoisan akan menghasilkan suatu hal yang salahㅡ
Apa maksud kalimat itu? Apakah berhubungan dengan kondisiku yang sekarang?" Minho langsung mengeluarkan semua pertanyaan di dalam benaknya.
Tuan Lee seketika terdiam mendengar penuturan anaknya, cukup terkejut juga.
"Kenapa tiba-tiba menanyakan hal seperti itu?"
"Aku hanya penasaran, apa ayah bisa menjelaskan nya?" Tanya Minho dengan pandangan memohon.
Tuan Lee mulai gugup. Ia dengan cepat memotong.
"Maaf Minho, ayah harus kembali bekerja, besok ada rapat penting" tuan Lee beranjak pergi, masuk ke ruang kerjanya meninggalkan Minho sendiri.
'Kenapa ayah selalu menghindar, aku hanya ingin tau dan juga-
Keberadaan ibuku'
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑮𝒍𝒊𝒎𝒎𝒆𝒓 •Minsung•
Fanfiction[republish] Legenda mengatakan, bintang paling terang di alam semesta tidak diizinkan mengabulkan keinginan seseorang yang bukan soulmate nya atau mereka akan kehilangan cahaya kehidupan-nya. Han Jisung, terlepas dari konsekuensi yang diperingatkan...