Minho berlari tergesa ke arah ruang kesehatan di ikuti oleh Felix, Chan, Changbin, Seungmin, dan Hyunjin.
Jeongin menatap ke-enam orang itu lalu tersenyum, mereka pasti khawatir mendengar Jisung yang tenggelam beberapa jam yang lalu.
Jisung di selamatkan oleh guru pengawas dan beberapa anggota pmr, untung saja guru pengawas berjalan memeriksa setiap kelompok kalau tidak mungkin Jisung sudah hanyut terbawa arus. Ah sekedar informasi Jeongin adalah anggota pmr, mate Hyunjin.
"Jeong, bagaimana keadaannya?"
"Lumayan baik, ada beberapa luka goresan di kaki dan lengannya, aku masih bingung Jisung terjatuh atau bagaimana?"
"Maksudmu?" Felix bertanya bingung.
"Tadi kata temanku, Jisung di temukan sendirian tidak bersama kelompoknya"
"Apa menurut kalian kejadian ini di sengaja?" Changbin membuka suara.
"Bin mungkin saja Jisung terpeleset lalu jatuh ke sungai"
Changbin mengedikan bahu.
"Kita tunggu saja sampai Jisung bangun, suruh dia jelaskan apa yg sebenarnya terjadi"
.
.
.
.
.
Sepasang suami istri sedang terlibat aduh mulut yang cukup hebat, Jisung mengernyit melihat kedua orang itu dari kejauhan.
"Jangan tinggalkan aku, kumohon"
"Waktuku sudah habis, aku tak bisa bersama denganmu lagi!"
"Bagaimana dengan anak kita? Apa kau akan meninggalkan buah hatimu?" Pria paru bayah itu terlihat menangis dengan wajah yang memerah.
"Tugasku datang kesini hanya untuk membuatmu bahagia dan bersyukur akan kehidupan, tidak lebih. Apa yang kita lakukan ini sudah terlalu jauh"
"Kau mencintaiku, aku mencintaimu tapi kenapa kau harus pergi?!"
Wanita itu menatap sendu sang pria, ia membuang muka lalu berucap-
"Dari awal hubungan kita itu salah, bintang dan manusia tidak akan bisa bersatu, kesalahan tak akan membawa kebahagiaan, jika aku tidak segera menghilang, maka anak kita yang akan tersiksa-
Aku harus pergi, jaga Jisung untuk-ku"
Jisung kaget mendengar ucapan wanita tersebut, kepalanya mendadak pusing. Tempat berganti, ia melihat pria paruh bayah tadi berjalan linglung di atas jembatan.
Jisung mengikuti pria tersebut.
"Hiks- kenapa kau meninggalkan ku han hyo joo!"
Tunggu dulu? Han hyo joo?
Kepala Jisung kembali pusing, pandangannya mulai buram.
Pria tersebut menaiki pagar pembatas lalu menatap kosong ke depan.
"Maafkan ayah Jisung-ah, aku sangat menyayangi ibu mu, ayah akan menyusul-nya"
Air mata Jisung mengalir dengan deras saat mendengar kata ayah dan ibu.
Jisung ingin pergi memeluk lelaki tersebut namun tubuhnya tak bisa bergerak, ia hanya bisa menangis dengan keras melihat lelaki yang ia tau sebagai ayahnya jatuh dari atas jembatan, menghantam dengan keras permukaan air di bawah sana.
"HIKS AYAH TIDAK!!!"
"AYAH! IBU JANGAN TINGGALKAN AKU HIKS-"
"Ayah hiks- Jisung a-aku"
Minho yang sedang memanaskan bubur seketika berlari kecil ke arah Jisung, mencoba membangunkan si mungil yang sepertinya bermimpi buruk.
"Jisung bangunlah hei" Minho menepuk kecil pipi Jisung.
"Hiks ayah-"
"Jisung ini aku Minho, kau kenapa?" Minho mulai khawatir mendengar suara tangis Jisung dengan mata yang tertutup.
Perlahan kelopak mata itu terbuka, pipinya sudah basa dengan air mata, wajahnya terlihat sangat sedih. Jisung menatap Minho lalu segera memeluknya.
"Hiks Mi-minho a-ayahku... hiks- bunh-"
"Ssttt... Tenangkan dirimu, aku disini, jangan paksakan untuk bercerita dulu"
Minho membalas pelukan Jisung dengan erat sambil mengusap bahu sempit itu.
-
"Sudah merasa baikan?" Minho bertanya pada Jisung. Mengecek keadaan pemuda manis tersebut.
Jisung hanya mengangguk kecil dengan pandangan kosongnya.
Cklekk
Pintu terbuka menampilkan Jeongin, Hyunjin dan Felix yang terlihat membawa beberapa cemilan.
"Ji kau sudah merasa baik sekarang?"
"Iya, aku merasa lebih baik"
"Oh iya tadi pagi guru pengawas menginterogasi teman sekelompok-mu, dan ternyata Sunoo pelakunya, kau di dorong kan Ji?"
Jisung menunduk takut-takut lalu mengangguk kecil.
"Kenapa kau tidak bilang dari kemarin sih"
"Aish Hyunjin bodoh, Jisung saja baru sadar sekarang, bagaimana dia bisa berbicara dalam keadaan tertidur" Felix memukul kepala Hyunjin.
"Kalian berdua berisik, kita pergi dulu nanti sebentar balik lagi, cepat sembuh tupai" ucap Jeongin lalu menarik dua hama berisik itu.
Jisung tersenyum kecil melihat tingkah teman-temannya, beberapa menit terdiam Jisung akhirnya membuka suara.
"Minho boleh aku minta peluk?"
Minho yang sedang mengunyah apel tersentak lalu mengangguk dengan cepat, ia duduk di atas kasur Jisung, memeluk tubuh mungil itu erat.
"Terima kasih" Jisung tersenyum lalu mendusel mencari kenyamanan pada dada bidang Minho.
"Ji kenapa kau menangis tadi saat bangun?" tanya Minho sambil mengusap lembut surai jisung.
Jisung terlihat bingung juga ragu, apakah ia harus memberitahu Minho? Baiklah beritahu saja.
"Aku bermimpi tentang kedua orang tua ku, ibu ku ternyata bintang dan ayahku manusia, tak seharusnya mereka bersama jadi ibuku meninggalkan ayah, ayah sedih la-lalu hiks"
"Jangan di paksakan oke?, Aku mengerti maksudmu. Tidur lah, kau butuh istirahat"
Minho berbaring dengan Jisung di dalam dekapannya, tanpa di sadari Minho mengecup dahi lelaki kecil itu lalu menepuk nepuk punggung Jisung agar si mungil tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑮𝒍𝒊𝒎𝒎𝒆𝒓 •Minsung•
أدب الهواة[republish] Legenda mengatakan, bintang paling terang di alam semesta tidak diizinkan mengabulkan keinginan seseorang yang bukan soulmate nya atau mereka akan kehilangan cahaya kehidupan-nya. Han Jisung, terlepas dari konsekuensi yang diperingatkan...