03. partner

693 79 0
                                    

ו••×

Kantin sekolah terlihat ramai, beberapa murid mengantri untuk mendapatkan makanan.

"Kalian tau tidak?"

"Tidak tau" jawab mereka serentak.

Memasang pandangan julid lalu kembali meneruskan ucapan nya.

"Aku dan mate ku akan mulai berkencan besok!"

"........"

"Aishh kalian tidak seru" mencebik kan bibirnya merajuk karena tak mendapatkan respon dari teman-teman nya.

"Hyunjin tampan kami bukan-"

"Oh yah, tentu saja aku tampan"

Mereka menatap malas ke arah Hyunjin, salah satu dari mereka bahkan memukul kepala si bibir gemuk agar mendengarkan ucapan lelaki manis bernama Felix.

"Bukan nya kami tidak mau menanggapi ucapan mu, tapi... KAU SUDAH MEMBERI TAU HAL INI LEBIH DARI ENAM KALI HWANG HYUNJIN!!"

Pemuda Hwang itu hanya tersenyum bodoh sambil mengusap dadanya, cukup kaget karena suara Felix yang begitu besar dan berat.

"Hehehe aku kan hanya ingin berbagi kabar bahagia"

Tak lama kemudian Minho datang di temani oleh lelaki berkulit pucat dengan surai pirang. Berjalan ber-iringan menuju meja tempat teman-teman mereka berkumpul.

"Eyy Minho bagaimana kelas mu tadi?"

"Biasa saja, kami akan mengadakan presentasi kelompok minggu depan" Minho berjalan lalu duduk di sebelah Hyunjin.

"Chan bagaimana dengan mu?"

Yang di panggil Chan pun menoleh lalu tersenyum canggung.

"Praktik membelah gurita. Aku kasian pada gurita itu, dia pasti merindukan rumah nya"

Semuanya memicing ke arah Chan kecuali Minho yang kini menatap kosong meja di depannya.

"Chan kau tidak mengajak bicara gurita itu kan?" pemuda manis dengan frecles itu menatapnya penuh selidik.

Chan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu terkekeh renyah.

"Hehe aku-, eumm yah aku mengajak gurita itu berbincang sedikit sebelum dia bertemu ajal nya"

"Pantas saja salah satu murid di kelas tadi menatapmu dengan pandangan aneh, ternyata-"

Changbin menggelengkan kepala nya mendengar penuturan Chan.

"Sebaiknya jangan kau ulangi, jika identitas asli mu terbongkar... Pasti kau akan langsung di tendang keluar dari sekolah ini"

Setelah membahas hal yang serius, mereka kembali berbincang perihal tugas sekolah dan hal-hal random yang tak begitu penting, sampai atensi mereka teralihkan saat-

"Halo namaku Han Jisung, boleh aku bergabung dengan kalian?"

Pemuda manis dengan pipi gembil itu datang dan tersenyum hangat pada mereka.

.

.

.

Bel pulang sekolah telah berbunyi menandakan bahwa para siswa harus kembali ke rumah masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel pulang sekolah telah berbunyi menandakan bahwa para siswa harus kembali ke rumah masing-masing. Minho membereskan mejanya lalu menghubungi seseorang.

"Halo ayah, kau jadi menjemput ku?"

"Iya sayang tunggu ya, rapatnya akan segera berakhir, nanti ayah hubungi lagi"

Minho menghela napas. Sang ayah sedang mengikuti rapat, mengharuskan dirinya untuk menunggu.

"Baiklah aku tunggu di halte depan sekolah"

Pikk

Mematikan sambungan tersebut lalu berjalan keluar kelas, memikirkan tugas kelompok yang akan dipresentasikan minggu depan, akan sulit baginya untuk mendapatkan teman kelompok-

"Hai, kau yang di kantin tadi kan?"

Minho tersentak, siapa yang tiba-tiba menyapa nya ini, tunggu! suara nya terdengar familiar.

Mengetahui sang lawan bicara yang terlihat bingung, lelaki mungil itu pun lantas membuka suara lagi.

"Han Jisung, tadi kita bertemu di kantin" Ucapnya, tersenyum.

"Ah, halo Jisung"

"Eum..., Kau sudah memiliki teman kelompok?"

Menatap Minho dengan pandangan berbinar, berharap lelaki tampan di depan nya ini belum memiliki teman sekelompok.

Minho mengernyit, kenapa tiba-tiba? Bukan nya apa. Tapi, aneh saja ada orang yang tidak kau kenali tiba-tiba berbicara seperti teman dekat.

"Kita sekelas Minho, kau saja yang tidak menyadari kehadiranku-

kau sudah punya kelompok belum? Kalau belum, kita berdua bisa menjadi partner!"

Minho terkejut, apa-apaan pemuda di depannya ini.

"Kau yakin ingin sekelompok denganku?"

"Iyaa! Memang nya kenapa?" Tanya Jisung dengan pandangan polos.

"Ah tidak. Baiklah kalau begitu sampai bertemu nanti"

Minho mengakhiri percakapan, saat melihat panggilan telepon dari ayah nya.






𝑮𝒍𝒊𝒎𝒎𝒆𝒓 •Minsung•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang