Drie

139 16 5
                                    

Setelah membaringkan juga membersihkan tubuh Riki, mereka langsung menghubungi Butler hotel. sekarang kamar mereka sudah ramai didatangi oleh pihak-pihak hotel yang sedang memeriksa, bahkan ada polisi juga dokter.

“Gimana Dokter? Riki baik-baik aja kan?” Tanya Juan. Dia, Sean, Azka dan Satya ditugaskan Hesa untuk menjaga Riki, sementara Hesa dan Reyhan bertemu dengan polisi.

“Syukurlah dia baik-baik saja sekarang, hanya saja beberapa waktu yang lalu dia sempat terkena serangan panik dan syok makanya kerja jantungnya menjadi lebih cepat dan kesulitan mengambil nafas makanya dia pingsan” Jelas Dokter Kei, salah satu dokter andalan hotel ini.

“Kira-kira apa penyebabnya ya, Dokter?”

“Ini seperti gejala fobia, apa Dek Riki punya fobia?” Tanya Dokter keturunan Jepang tersebut.

“Setahu gue Riki fobia sama darah” Bisik Sean pada Juna.

“Ada Dok, dia fobia darah”

“Kemungkinan besar itu penyebab Adek ini pingsan, tenang saja dia sudah lebih baik, setelah ini dia akan sadar, kalau nanti ada apa-apa langsung hubungi saya atau pihak hotel ya. Baiklah saya permisi dulu” Ujar Dokter Kei.

“Baik Dok, terimakasih”

“Emang itu beneran darah ya?” Tanya Satya, bukan apa-apa dia tanya beginian, karena saat dia ikut membantu menggendong Riki dia sama sekali tidak mencium bau anyir, atau mungkin baunya sudah kalah dengan bau busuk? Siapa tau.

“Gak tau, pusing. Belum apa-apa udah banyak banget masalah” Ujar Azka

Mari kita tinggalkan sejenak para remaja yang tengah dilanda kebingungan. Disisi lain ruangan ada Reyhan dan Hesa yang sedang diintrogasi polisi.

“Jam berapa kiranya kalian menemukan korban?” Tanya seorang polisi, dilihat dari name tag nya nama polisi itu Baim.

“Sekitar jam setengah sepuluh tadi Pak” - Hesa

“Apa ada yang mencurigakan sebelum anda sekalian mendobrak pintunya?” Kali ini polisi bername tag Soni yang bertanya.

“Gak ada Pak, semuanya berjalan seperti biasa” - Reyhan

“Bisa ceritakan detail kejadiaannya?” Polisi dengan tubuh yang sedikit lebih mungil bertanya, namanya Hasbi.

Lalu Hesa dan Reyhan saling menceritakan kronologis kejadiannya dengan semangat sampai haus, sementara tiga polisi didepannya mengangguk-angguk paham.

Selesai bercerita...

“Pak, boleh minta minuman gak? Kering banget tenggorokan saya” Dengan tidak tahu malunya Reyhan meminta minuman pada polisi, untung dikasih.

“Nih, saya selalu sedia air mineral saat wawancara dengan klien mengenai cerita tentang detail kejadiaannya” Polisi itu memberikan sebotol air mineral yang langsung tandas diminum oleh Hesa dan Reyhan.

“Makasih Pak” Ujar Hesa dan Reyhan

“Sama-sama”

“Kembali lagi pada topik pembicaraan, tim kami tidak menemukan ada tanda tindak kekerasan disana, bahkan menurut Dokter Kei saat memeriksa tubuh korban tidak ada satupun tanda-tanda telah terjadi kekerasan”

“Terus darah itu apa dong Pak?”

“Darah? Itu bukan darah, itu adalah limbah sirup yang masuk ke saluran air dalam hotel karena pipa yang bocor, kebetulan tepat disamping hotel ini ada pabrik sirup”

“HAH???!!!”

“PAMAKSUD???!!!”

Hesa dan Reyhan syok berat.

“Kalau mas-mas nya mau minum sirup bisa lewat samping hotel, kebetulan rumah saya ada disana dan saya akan kasih mas oleh-oleh sirup, kebetulan juga keluarga saya kerja disana semuanya”

🙂

Hesa dan Reyhan kembali ke kamar hotel mereka dengan langkah gontai, gak nyangka mereka bakal dikasih surprise sama polisi, suprise-nya anti mainstream lagi.

Pintu kamar itu terbuka, kelima remaja itu sontak menoleh pada dua orang dengan muka kusutnya berdiri didaun pintu. Kenapa lima? Karena Riki ternyata sudah sadar.

“Gimana Bang tadi?” Juan membuka pertanyaan.

“Gak gimana-gimana” Jawab keduanya, kesadaran mereka sudah kembali.

“Riki, gimana keadaan lo?” Tanya Reyhan

“Udah gak papa, Bang. Gimana tadi? Polisinya ngomong apa?”

“Polisinya ngajak kita minum sirup”

“HAH?”

“Bang Hesa, jangan bercanda ini lagi genting. Gue mikir ini tuh teror, mana ada orang iseng yang naruh darah disaluran air hotel? Ini pasti ada orang yang gak suka sama kita, sekarang gue tanya, ada gak diantara kalian yang lagi ada masalah sama orang? Kalau ada tolong selesain baik-baik, tenang aja kita bakal bantuin kok” Ucap Sean panjang lebar.

“Gue pribadi gak ada masalah apa-apa sama orang lain, kecuali Satya yang ngutang pas makan bakso seminggu yang lalu di kantin” Jawab Azka sementara ditempatnya Satya melirik malas.

“Huftt gini yaa gue jelasin, jadi tadi itu bukan darah–

“TERUS??!”

“Kebiasaan banget kalian ini kalau ada orang ngomong suka motong duluan”

“Iya maaf deh, yaudah lanjut”

“Itu bukan darah tapi limbah sirup dari pabrik yang ada sebelah hotel, kata polisi pipanya bocor jadi pada nyebar kesaluran air hotel, ya gitu intinya itu bukan darah tapi limbah sirup”

“Pantes aja waktu itu gue gak nyium anyir sama sekali cuma bau busuk doang”

“Ohh iya gue baru inget sebelah hotel ini kan ada pabrik”

“Aduh sorry yaa gue jadi nyusahin” Ucap Riki, dia ngerasa bersalah karena udah ngrepotin temen-temennya, sampe sekarang dia belum bisa kontrol fobia-nya makanya pas dia mau cuci muka dan nyalain kran langsung ada cairan merah pekat itu langsung teriak terus gak sengaja cairannya jadi kemana-mana abis itu pingsan.

“Yaudah, udah selesaikan masalahnya? Udah yuk istirahat ini udah malem banget, besok pagi kita berangkat” Ucap Reyhan, dia baru sadar sekarang sudah jam 2 dini hari.

Setelah itu mereka tidur untuk besok kembali berangkat menuju villa yang ada didekat Gunung Kaba, gunung atau yang biasa warga lokal sebut dengan Bukit Kaba itu adalah tujuan utama para remaja ini.

•••

Note:
Aku sebenarnya gak terlalu tau tentang Gunung Kaba/Bukit Kaba juga tentang daki-mendaki, tapi aku berusaha buat cari informasi sebanyak-banyaknya kok biar gak aneh ceritanya, jadi kalau misalkan nanti aku ada salah nulis atau salah informasi kasih tau yaa :')
3.3.21
3.12.21
T Z U Y U T W I N.

Worst Holiday [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang