Zes

110 15 2
                                    

Selesai dengan urusannya Hesa keluar dari kamar mandi umum, tapi baru saja membuka pintu Hesa langsung dikejutkan dengan sosok anak kecil yang berdiri di depan pintu. Huftt, untung Hesa gak punya riwayat penyakit jantung.

“Ada apa, dek?” Tanya Hesa sementara yang ditanya bukannya menjawab malah menangis.

“Lho lho kok nangis? Aduh abang gak punya balon” Hesa kalang kabut, takutnya nanti dia dikira yang bikin anak kecil ini nangis bisa-bisa dia dibogem Emak nya.

“Kamu kenapa? Ada yang bisa abang bantu? Jangan nangis dong aduuhh”

“Hikss tolong benerin rumah mamah” Ucap anak kecil itu

“Hah? Saya bukan kuli bangunan, dek”

“Hikss” Anak kecil itu menangis lebih keras.

“Ehh iya iya, yaudah jangan nangis lagi yaa”

“Yaudah sekarang ayo anterin abang kerumahnya adek”

“Rumahnya mamah bukan rumah aku”

“Lho gak tinggal serumah? Aduh adek kalau ada masalah itu diselesain baik-baik, rumah mamah ya rumah kamu juga” Oceh Hesa

“Udah dibilangin itu rumah mamah bukan punya aku, manusia kok ngeyel banget” Anak kecil itu terlihat kesal karena Hesa yang ngeyel

“Kok malah misuh-misuh, mau dibantuin gak?”

“Abang gak ikhlas?”

“Ya ikhlas si”

“Dasar manusia”

Anak kecil itu terus menuntun Hesa sampai ke pekarangan yang lumayan jauh juga dari pemukiman penduduk. Oke, Hesa mulai merinding, dia mulai lihat ada banyak sosok aneh yang menatap mereka, ada yang tersenyum tapi mulutnya robek sampai ke telinga, ada yang seluruh badannya gosong dan penuh darah, ada yang tertawa terbahak-bahak, ada yang sedang menangis meraung-raung, ada juga yang hanya menatapnya datar. Bentuk sosok-sosok itu juga bermacam-macam dari yang wajar sampai yang tidak wajar pun ada, ini kalau Reyhan, Azka atau Satya yang lihat pasti udah pingsan.

Sampai, keduanya berhenti berjalan. Hesa mengedarkan pandangannya mencari bangunan tapi nihil, tidak ada sama sekali.

“Mana rumahnya? Gak ada rumah disini”

“Itu” Anak kecil itu menunjuk tumpukan dedaunan kering didepannya

“Astaghfirullah, jadi selama ini gue jalan sama hantu”

“Abang bantu benerin rumahnya mamah ya, aku udah minta bantuan sama orang-orang yang ada disana tapi mereka kabur duluan sebelum bantu aku” Ucapnya, anak kecil itu menatap Hesa dengan mata yang memohon, uhh Hesa jadi gak tega kalau gini.

“Iyaa, Abang bersihin dulu ya” Dengan telaten Hesa membersihkan daun-daun kering yang menutupi makam itu, lalu membenarkan kembali nisan yang roboh, tidak lupa juga mengirimkan do'a. Sampai tidak sadar kalau hari udah mulai siang dan dia melupakan agenda hiking juga enam teman-temannya.

“Udah” Hesa menepuk kedua telapak tangannya juga pakaian yang kotor.

“Makasih abang, mamah pasti seneng banget rumahnya bersih lagi terus dikasih makan tadi”

“Sama-sama, yaudah abang boleh pulang?”

“Abang kalau mau tinggal disini buat nemenin aku juga gak papa” Jawabnya, Hesa langsung bergidik ngeri. Hesa masih banyak dosa dan dosa yang belum dicoba masa mau mati muda, gak mau.

Hesa pun pergi dari tempat itu dan sampai ditempat teman-temannya, tapi betapa terkejutnya dia saat melihat Azka dan Reyhan yang sedang saling tonjok lalu ada juga keempat temannya yang lain yang sedang memisahkan dibantu oleh beberapa warga di sana.

“Bang Hesa habis ngapain aja? Ditelpon gak diangkat”

“Habis benerin rumah, ini kok bisa berantem kenapa?”

“Panjang ceritanya”

“Nak, mending kalian pulang saja. Temennya ditenangin dulu” Seorang Bapak-bapak menepuk pundak kiri Juan membuat Juan kaget.

“I-iya Pak” Jawab Juan, kalau kata Juan Bapaknya ini nyeremin.

Ketujuh remaja itu pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke villa. Reyhan, Satya dan Juan satu mobil sementara di mobil yang lain ada Hesa, Azka, Sean dan Riki. Sean dan Riki masih dalam pengawasan Hesa ngomong-ngomong.

Ditengah perjalanan, tiba-tiba Azka menggeram lalu bangun dan mencekik Hesa. Sean dan Riki yang melihat itu langsung mencoba melepaskan tangan Azka dari leher Hesa, Hesa yang semula fokus menyetir jadi oleng dan menghentikan mobilnya dengan tiba-tiba.

“Mati kau”

“Suara Bang Azka beda”

“Mati kau”

“Mati kau”

Hesa memejamkan matanya merapalkan beberapa do'a tapi bukannya melemahkan sosok dalam tubuh Azka sosok itu malah lebih kuat lagi mencekik Hesa.

“Bang Azka sadar!”

“AZKA SADAR SU!!!” Itu suara Reyhan.

Pintu mobil dibuka oleh Satya dan saat itu juga Hesa menendang perut Azka sampai terpental dari mobil. Hesa memanfaatkan momen itu untuk mengambil nafas sebanyak-banyaknya, untung saja Satya tepat waktu membuka pintu mobilnya kalau gak, mungkin Hesa sudah kehabisan napas.

Diluar mobil ada Sean, Juan, Riki, Reyhan sedang sibuk memegangi tubuh Azka yang memberontak, Riki heran banget sama tenaga Azka yang kayak berkali-kali lipat lebih besar dari biasanya.

Setelah keluar dari mobil Hesa sempat tertegun sejenak saat melihat mata Azka, lalu dia buru-buru meneriaki semua temannya agar cepat-cepat masuk mobil. Tindakan seperti itu lantas membuat Reyhan sedikit emosi karena bukannya menolong tapi Hesa berniat meninggalkan Azka di jalanan.

“Bang, lo mau ninggalin Azka disini?” Tanya Reyhan sementara tangannya masih sibuk memegangi Azka.

“Cepet masuk mobil!!” Ujar Hesa lagi

“Bang—”

“CEPET MASUK MOBIL, ANJING!!” Mendengar Hesa yang meninggikan suaranya seraya mengumpat membuat mereka takut jadi mereka memantapkan hati untuk meninggalkan Azka, toh pikir mereka Hesa gak mungkin ngelakuin ini kalau gak ada alasan kan? Mungkin Hesa tau sesuatu yang mereka gak tau.

“BANG HESA PELAN-PELAN BAWA MOBILNYAAAAA” Juan teriak ketakutan saat Hesa membawa mobilnya seperti orang kesurupan.

•••

Note:
Sorry, baru update :(
25.5.21
07.01.21
T Z U Y U T W I N.

Worst Holiday [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang