Zeven

118 17 22
                                    

Sesampainya di villa Hesa buru-buru berlari menuju kamar dimana Azka tidur semalam.

Tokk Tokk Tokk

Terdengar ketukan lemah dari dalam lemari, dan Hesa buru-buru membukanya namun pintu lemari itu sangat sulit untuk dibuka, terkunci.

"Azka!! Azka lo masih sadar kan?" Tanya Hesa

"Bang Azka di dalem?" Sambung Juan

Semuanya melakukan segala cara sampai pintu lemari itu terbuka lalu menemukan Azka yang duduk bersandar dengan keadaan yang cukup lemah.

Buru-buru Reyhan membawa Azka keluar dan membaringkannya di ranjang. Azka masih sepenuhnya sadar namun kondisinya sangat lemah.

"Minum dulu Bang" Riki memberikan sebotol air lalu diteguk habis oleh Azka.

"Kenapa bisa gini? Bisa jelasin? Asli ini gak masuk akal banget" Reyhan memijit pelipisnya sendiri, pusing. Sejujurnya dia orang yang tidak percaya hal mistis seperti ini namun disaat bersamaan pula dia juga sangat takut pada hantu.

Setelah dirasa lebih baik Azka mulai menceritakan bagaimana awal dia terkunci didalam lemari. Mulai saat dia merasakan hawa tidak enak saat membereskan barang-barangnya sendirian di kamar dan tiba-tiba sesuatu seperti menariknya masuk kedalam lemari, Azka sudah berusaha sekuat tenaga untuk membukanya sampai tenaganya hampir habis dan pasokan udara didalam berkurang hingga dia kesulitan untuk bernafas. Bahkan dia sudah pasrah jika harus mati disini tapi untungnya Tuhan masih berbaik hati untuk memberikannya hidup.

"Ada yang sakit gak Bang?"

"Pinggang gue sakit terus perih banget"

"Coba liat"

Saat dibuka benar saja disana terdapat banyak luka seperti cakaran panjang hampir sampai kebagian pusar, ke enam pemuda didepannya meringis ngilu, bahkan Azka sampai menganga lebar tidak menyangka.

"Sakit gak Bang?" Riki bertanya tapi jarinya bergerak untuk menyentuh luka-luka itu, penasaran itu luka beneran atau cuma Azka iseng-iseng make up.

"Mau cobain?"

"IH GAK, AMIT-AMIT"

"Ini, diobatin dulu" Juan menyerahkan kotak P3K kecil yang selalu dia bawa kemana-mana.

"Bantuin dong gue masih lemes" Ujar Azka lalu tiduran.

Alhasil dengan sabar dan ikhlas Reyhan dan Sean dengan hati-hati mengobati luka-luka Azka. Mereka diam dengan pikirannya masing-masing namun tidak dapat dipungkiri kalau mereka cemas dengan keadaan sekarang, rasanya ingin cepat-cepat pulang.

"Kalian takut gak sih kalau abis ini ada 'sesuatu' lagi?" Lama terdiam malah membuat suasana makin seram akhirnya Azka membuka percakapan yaa walaupun topiknya juga sama seramnya.

"Gue pengin pulang, terserah kalian mau bilang gue penakut atau apa gue gak peduli, gue cuma pengin pulang" Ujar Satya

"Gue juga, gue gak mau ada korban lagi"

"Kita pulang besok gimana?" Usul Riki

"Setuju sih, telfon Tito cepet! Bilang kita mau check out besok"

Sebagai orang yang memesan villa, Juan mulai mendial nomor Tito selaku anak pemilik villa ini, namun sudah beberapa kali di telfon tidak ada jawaban sama sekali.

"Gak diangkat, gimana nih? Perasaan gue gak enak" Ujar Juan

"Jangan nakutin" Sahut Reyhan

"Gue cuma ngomong"

"AAAAA SAKIT, GOBLOK!!"

Plakk!!! - Azka geplak kepala Reyhan

"Gak usah digeplak, kepala gue udah ditumpengin!!" Ujar Reyhan sambil mengusap-usap kepalanya, sakit.

"Ya gak usah diteken juga, dikira gak perih"

"Ini biar obatnya cepet masuk jadi gue teken"

"Tolol"

"Terus gimana? Gue takut" Ujar Juan

"Mau tidur bareng bertujuh?"

"Semua kamar sempit, gak muat buat tujuh orang"

"Kalau diruang tamu?"

"GAK MAU, GAK ADA! gue takut ada 'si merah' lagi di jendela, gak mau gak mau" Tolak Riki mentah-mentah, dia masih ingat betul bagaimana sosok itu melambai-lambai di jendela, dengan gaun merahnya yang kotor karena lumpur dan jangan lupakan wajahnya yang rusak tengah tersenyum menatap Riki. Hiiiihh serem.

"Yaudah kayak biasa, tapi Bang Hesa sama Riki satu kamar sama gue"

Alhasil malam itu. Hesa, Azka dan Riki tidur bertiga. Sementara Satya pindah ke kamar Sean dan Juan pindah ke kamar Reyhan.

Malam harinya Satya sama sekali tidak bisa tidur, walau matanya sudah sangat berat minta diistirahatkan tapi entah mengapa sulit sekali untuk tidur, hati dan kepalanya sedang sangat ribut memikirkan bagaimana kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi bila mereka masih di villa ini beberapa hari ke depan.

"Bang Satya bisa diem gak? Gue mau tidur jangan berisik" Ujar Sean, dia mau tidur namun selalu tidak jadi karena suara yang diciptakan Satya.

"Gak bisa"

"Kenapa sih? Tinggal merem doang"

"Gue gak bisa tidur"

"Iya kenapa? Kenapa lo gak bisa tidur? Lo mikirin apa?"

"Gue pengin pulang, bisa gak sih gue tidur sekarang terus pas bangun nanti gue ada di kamar gue"

"Gak bisa, emang lo kira ini dunia fantasi" Sewot Sean, lagian ada-ada saja sudah malam bukannya tidur malah mengkhayal.

"Gue mau jadi Kassim aja" Ujar Satya

"Kasim siapa?" Sean mengernyit heran, kenapa tiba-tiba Satya ingin jadi Kassim? Dasar orang random.

"Partnernya Shielda, yang pake caping"

"Apasih, itu Sei anjir kok Kasim?!"

"Gue liat di subtitle namanya Kassim" Kekeuh Satya

"Kalau Kasim itu abangnya Fang"

"Abangnya Fang namanya Keizo"

"Iya namanya emang Keizo tapi Kasim juga namanya, nama samaran" Jelas Sean sebagai penggemar berat Boboiboy. Iya, mereka sedang ngobrol tentang kartun dari Malaysia tersebut.

"Masa?"

"Iyaaaaaaa"

"Lo tau banget Boboiboy, udah nonton sampe mana?"

"Sampe selesai, kan episodenya diulang-ulang"

"Iya juga"

"Lagian lo random amat tiba-tiba ngomongin Boboiboy? Udah mending lo tidur daripada ngelindur gini"

"Hmm"

Dan tidak sampai satu menit Satya sudah tertidur, Huftt untung Sean sabar mau menghadapi kerandoman Satya sebelum tidur.

•••

Note:
Menepati janji, aku update malem ini :')))
2.11.21
11.01.21
T Z U Y U T W I N.

Worst Holiday [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang