12

386 59 1
                                    

"Idol kenamaan Korea Selatan, Lee Haechan pagi ini melakukan penerbangan ke luar negeri. Belum dipastikan untuk jadwal apa dia pergi, karena pihak agensi belum mengkonfirmasi.... "

"Ada apa denganmu oppa, bahkan kau tidak memberitahuku" aku menangkup mukaku mulai terisak. "Apa kau benar-benar menginginkanku menyerah oppa?" tanyaku mulai merasa pasrah.

Ting.. Tong...

Bel apartemen berbunyi entah siapa yang datang. Aku membukakan pintu, "ya ampun cuaca di luar terik sekali, musim panas sepertinya akan segera datang" ucap seseorang yang baru saja masuk. "Somi kau menangis, ada apa?" ucap Chaeryeong yang melihat kedaanku. Aku memeluknya dan terisak lagi. "Chaery, aku harus bagaimana?" ucapku disela isakan.

Charyeong, aku biasa memanggilnya Chaery adalah sahabatku. Orang yang dekat denganku setelah keluargaku, kami biasa berbagi susah senang bersama dan lama mengenalnya membuatku merasa nyaman menceritakan masalahku padanya.

"Mungkin dia merasa risih padaku kan?" tanyaku setelah menceritakan semua termasuk perasaanku kepada Haechan oppa.

"Mungkin bukan itu, karena dia mempunyai trauma dengan hubungan sebelumnya dia jadi sulit membuka hatinya lagi. Menurutku responnya padamu Bagus, dia bahkan mau meluangkan waktu liburnya untuk sekedar bertemu denganmu" ucap Chaery setelah mendengar ceritaku. "Tapi jika kau ingin jawaban yang jelas kau harus temui dia" lanjutnya.

"Aku tidak tau dia pergi kemana, agensinya juga belum mengkonfirmasi. Dia pergi tanpa berpamitan padaku" aku merebahkan badanku lesu.

"Kata orang setiap hubungan pasti ada yang mengejar dan di kejar. Jika dia tidak mengejar apa salahnya jika kau yang mengejar" ucap Cherry sambil menggenggam tanganku dan mengangkat alisnya.

"Tapi aku harus mencari tau dulu kemana dia pergi, aku harus bertanya pada siapa" aku sedikit berfikir.

"Jika agensi tidak tau, mungkin teman atau sahabatnya tau. Kau kenal salah satu temannya tidak?" tanya cherry.

"Sahabatnya ya, aah... Aku tahu" ucapku mengambil ponselku.

***

"Hallo"

"Ah Somi apa kabar, kita sudah jarang bertemu ya" heranku, tumben sekali Somi menelfonku seperti ini.

"Iya aku juga mendengar beritanya pagi ini, dia tidak berpamitan padamu? Aku juga tidak tau, dia juga sudah jarang datang kerumah ini" ucapku berbohong.

"Haechan oppa, kau yakin?" tanyaku memastikan.

"Iya lia, rasanya jika aku berada sini terus aku tidak akan bisa melupakannya" jawab haechan oppa yakin.

"Aku pikir kau sudah lupa, setahuku kau juga sudah semakin dekat dengan Somi" ucap renjun oppa.

"Benar, itu suatu kemajuan oppa" sahutku.

"Entahlah aku bingung, aku tidak ingin menyakiti Somi, dia begitu tulus, aku tidak pantas bersamanya" ucap Haechan oppa tertunduk "mungkin aku terlalu memberinya harapan"

"Baiklah mungkin ini juga waktu yang tepat untukmu berfikir, siapa sebenarnya yang lebih kau cintai" ucap Renjun oppa. "Ini kartu namanya, kau bisa temui dia, dia temanku dan lia, seorang produser musik mungkin bisa membantumu" ucap Renjun oppa memberikan secarcik kertas.

"Terima kasih, boleh aku minta tolong sekali lagi?"

"Katakan oppa" jawabku.

"Tolong jangan katakan pada siapapun kenapa aku pergi, apa lagi pada Somi" ucap Haechan oppa sebelum pergi. "Aku pergi dulu, sekali lagi terima kasih"

Complicated [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang