"Jiyeonah, kita sudah sampai sayang" aku mencoba membangunkan jiyeon yang tertidur selama perjalanan pulang.
Anak ini terlihat sangat lucu saat tertidur, tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan bangun jadi aku putuskan menggendongnya masuk.
"Haechan oppa, kau jadi repot begini" ucap lia yang melihatku menggendong anak berusia 4 tahun ini.
"Kau lebih pantas disebut penculik, dasar lee haechan selalu saja seperti ini" renjun terlihat kesal.
Lia menggantikanku menggendong jiyeon dan membawanya ke kamar.
"Lagi pula aku tidak ada jadwal, jadi aku putuskan bermain dengan jiyeon. Aaah hidupku sangat membosankan" aku berjalan ke ruang tengah dan duduk di sofa.
"Sudah ku bilang untuk melupakannya dan carilah pasangan hidup, kau mau terus hidup seperti ini" ucap renjun.
"Sudah lah oppa" lia datang membawa secangkir teh. "Minum dulu oppa, kau boleh bermain dengan jiyeon tapi tolong izin dulu dengan kami, kami panik karena tidak ada kabar tadi" giliran lia yang mencoba menasehatiku, tapi ini memang salahku karena menjemput jiyeon di sekolahnya dan mengajaknya jalan-jalan tanpa meminta izin pada renjun dan lia.
"Mianhae lia, aku akan minta izin lain kali" ucapku tersenyum dan meminum tehku.
Flashback..
"Selamat untuk kalian berdua" aku datang menghampiri kedua mempelai.
"Oppa" ucap mempelai wanita.
"Ah aku ada jadwal untuk rekaman sebentar lagi, jadi aku akan sekalian pamit. Sekali lagi selamat jenossi yejissi" aku pergi meninggalkan acara pernikahan ini.
Aku mengendarai mobilku dengan kecepatan tinggi, aku marah merasa kecewa, jika ini memang takdir aku benci dengan takdir. Aku ingin pergi sejauh mungkin.
Aku menghentikan mobilku, "mengapa harus seperti ini, cintaku, sahabatku semua seperti bekerja sama menghianatiku bugh... Bugh.. Bugh.. " aku memukul stir mobil meluapkan amarahku. "Tidak, aku tidak boleh menangis, akan aku buktikan kalau aku tetap bisa hidup tanpamu" gumamku dan menghapus sisa air mata yang tidak tau diri keluar begitu saja.
***
"Iya hyung" jawabku setengah sadar karena aku baru saja bangun. Semalam aku baru pulang pukul 1 malam dari rumah renjun dan baru tidur 2 jam yang lalu.
"Kau dimana hari ini ada meeting membahas duetmu, aku tunggu 30 menit jangan sampai terlambat" oceh menejerku, doyoung hyung.
Aku mulai merintis karirku sebagai idol penyanyi solo sejak 2 tahun yang lalu. Karena aku memiliki bakat dan appa juga mendukungku aku yakin aku bisa sukses dan terkenal seperti sekarang, dan kali ini agensiku membuat project duetku bersama penyanyi lain, entah lah aku belum tau siapa dia.
Aku memasuki gedung agensiku dan melihat doyoung hyung sedang berdiri memainkan ponselnya.
"Aku datang" ucapku.
"Yaak kau ini, bersikaplah profesional membuat orang lain menunggu itu tidak baik" ucapnya terluhat kesal.
"Sudahlah hyung, apa meetingnya sudah dimulai?" tanyaku.
"Belum, kami menunggumu. Masuklah" doyoung hyung menunjukan ruangan meeting kami.
"Oooh lee haechan akhirnya kau datang juga, duduklah somi sudah menunggu" ucap produser menunjuk bangku kosong sebelah wanita yang mungkin bernama somi tadi.
"Nde, annyeonghaseyo" ucapku pada wanita itu dan membungkuk.
"Annyeonghaseyo, jeon somi imnida" ucapnya sambil membungkuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated [End]
FanfictionThis feeling is really strong, but slowly we have to let it go. Amour's sequel.