Aku terbangun di pagi hari. Aku mencari keberadaan Mas Fino di sebelahku tapi Mas Fino tidak ada. Aku ke ruangan kerja Mas Fino dan dia tertidur di sana. Dia tampak kelelahan mengerjakan tugas kantor. Tenyata tugasku sudah selesai dikerjakan Mas Fino. Sangat rapi.
Aku mencoba membangunkan Mas Fino tapi saat aku menyentuhkan badan Mas Fino terasa sedikit panas. Mas Fino demam. Aku membangunkan Mas Fino utnuk pindah ke kamar. Tidur dengan posisi duduk akan membuat badan Mas Fino pegal.
"Mas, bangun," bisikku.
Mas Fino membuka matanya dan langsung melirik jam. "Jam berapa sekarang?" tanyanya.
"Jam 6," jawabku. Mas Fino melirikku.
"Mas harus kerja." Mas Fino tampak tergesa-gesa.
"Mas nggak usah kerja dulu," ucapku sambil mengejar Mas Fino yang sudah keluar dari ruangan kerjanya.
"Cukup ya, Naura. Tempat Mas kerja itu ada aturannya Mas nggak mungkin bersikap semaunya. Mas bukan kamu !!" Aku hanya diam dan menunduk.
'Tapi maksud aku karena –"
"Karena apa ?! Karena kamu mau ditemenin seharian jalan-jalan? Kamu nggak bisa dapatin semua apa yang kamu mau!! " Mas Fino membentakku lagi.
"Bukan itu, tapi Mas lagi sakit," jawabku sambil menghapus air mataku. Aku menangis tanpa suara. Mas Fino bergegas ke kamar mandi utnuk bersiap ke kantor.
Setelah keluar, Mas Fino melirikku. "Mas nggak bisa anterin kamu," jawabnya dingin.
"Iya, nanti aku naik angkot, " jawabku tapi Mas Fino sudah keluar dan terdengar suara mesin mobilnya.
***
Hari sudah hampir malam karena aku menunggu angkutan umum, dan aku lupa membawa ponsel untuk meminta Mas Fino menjemputku. Saat aku tiba di rumah, mobil Mas Fino sudah terparkir di rumah. syukurlah dia sudah pulang.
Pintu terbuka dan Mas Fino terlihat marah padaku. Sikapnya sangat dingin saat aku masuk ke dalam rumah. Saat ini rumah bukan tempat yang nyaman karena Mas Fino berubah dingin padaku.
"Tadi aku lagi pengen makan roti, jadi tadi ngantri sebentar," ucapku memberitahu Mas Fino alasan kenapa aku telat sampai ke rumah.
Mas Fino hanya diam saja sambil menonton TV. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku mendekati Mas Fino. "Makasih Mas udah buat tugas aku," ucapku. Sedikitpun Mas Fino tidak menoleh ke arahku. Mungkin karena suaraku sedikit kecil.
Aku masuk ke kamar dan langsung mandi. Setelah mandi aku mengerjakan tugas kampusku dan melanjutkan menulis skripsi. Aku mendengar suara mobil Mas Fino. Aku bergegas keluar kamar dan melihat mobil Mas Fino pergi. Hari sudah malam dan aku hanya sedniri di rumah.
Aku mengriim pesan untuk mas Fino.
[Mas, jangan tinggalin aku sendiri di rumah. Aku tahu, aku salah. Tapi aku takut kalau Mas tinggalin]
Mas Fino tidak membalas pesanku. Aku takut jika nanti ada maling dan dia akan membunuhku. Aku menunggu Mas Fino di ruangan TV. Aku berdoa di dalam hati agar Mas Fino pulang . Motorku sengaja ditinggal di rumah orang tuaku. Aku tidak bisa memakainya untuk pergi ke rumah Rima atau Diah.
Pintu rumah terbuka. Aku terkejut. Aku pikir dia maling tapi ternyata Mas Fino yang membawa 2 kota makanan. Aku berdiri dan menghampiri Mas Fino. "Aku takut sendiri di rumah." Tangisanku pecah.
"Siapa yang ninggalin kamu sendiri. Mas beli makanan," ucapnya.
"Iya, aku pikir Mas marah sama aku terus ninggalin aku di rumah sendiri. Aku tahu aku salah tapi jangan buat aku sendiri di rumah. Aku nggak papa nggak tidur sama Mas tapi aku takut sendiri di rumah. Nanti ada maling terus bunuh aku," jelasku. Mas Fino mendekatiku lalu memelukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends Live Forever [END]
Teen FictionDi liburan semesterku, aku menemani mama ke kantor pajak. Di sana aku bertemu dengan pegawai pajak yang tersenyum padaku. Aku memangilnya 'Om' karena kupikir dia lebih tua dariku. Sampai di awal masuk kuliah, di kampusku diadakan sosialisai dari kan...