Sesampai di rumah, aku langsung duduk di samping Mama yang tengah menonton siaran TV tentang gosip. Aku mengaktifkan ponsel pemberian Mas Fino. Di dalamnya sudah ada kartu milikku. Mas Fino memang so sweet. Aku tersenyum sendiri, melihat muka Mas Fino yang memohon di depanku tadi.
"Kenapa kamu senyum-senyum?" tanya Mama tiba-tiba. Mama membuatku terkejut.
"Ada deh," ucapku.
"Kamu hp baru?" Mama merubah duduknya berjadi tegap.
"Iya," jawabku datar sambil mengotak-ngatik ponsel baruku.
"Pakai duit siapa? Kamu nabung? Emang bisa?" Mama banyak sekali mengajukan pertanyaan padaku.
Aku menatap Mama. "Mas Fino yang belikan. Kalau nggak percaya tanyain aja sama dia. Nanti dia ke sini," ucapku.
"Kenapa kamu minta sama orang?"
"Mas Fino sendiri yang mau belikan aku nggak minta kok," jelasku.
"Pasti kamu kode-kode minta beli hp baru." Mama menuduhku begitu saja.
"Nggak kok. Aku nggak ngasih kode sama Mas Fino. tahu akh, aku capek. Nanti aku mau pergi ke bioskop sama Mas Fino," ucapku sambil mengambil semua barangku yang tercecer dan beranjak pergi ke kamar.
Ponsel baruku berdering. Aku melihat nama Mas Fino di ponselku. Ternyata Mas Fino sudah menyimpan nomornya di ponsel baruku.
"Halo Mas," ucapku.
"Kamu lagi tidur?" tanya Mas Fino.
"Nggak. Aku baru aja kena omel sama Mama. Dia marah kalau Mas belikan aku hp. Mama pikir aku ngasih kode minta dibelikan hp baru. Kan udah aku duga bakal kayak gini. Mending Mas perbaiki aja hp lama aku. Aku nggak mau pakai hp baru kalau dimarahi sama Mama terus."
"Nanti Mas jelasin sama Mama kamu," ucap Mas Fino.
"Jelasinnya jangan jelekin aku ya. Nanti uang jajan aku dipotong. Mama kalau marah pasti motong uang jajan aku."
"Iya, nggak. Mana tega Mas sama kamu." Aku tersenyum. Tentu saja Mas Fino tidak akan tega denganku karena dia menyayangiku.
"Mas lagi ngapain?"
"Lagi teleponan sama kamu," kekehnya.
"Iya aku tahu. Maksudnya selain teleponan sama aku."
"Nggak ada."
"Ihh Mas Fino menyebalkan. Ya udah, aku istirahat ya. Jangan lupa jemput aku nanti. Aku mau nonton hari ini kalau besok-besok aku udah malas."
"Iya, Sayang. Selamat tidur." Aku mematikan ponselku. Aku tidak akan melempar asal ponsel baruku karena berharga untukku saat ini. Ponselku saat ini seakan pengganti jika Mas Fino tidak bersamaku.
***
Semua baju sudah berceceran di mana-mana. Aku bingung harus memilih baju apa yang akan aku pakai. Semuanya seperti tidak cocok untukku. Aku kembali mencoba satu per satu baju. Dan pilihanku jatuh pada baju berwarna cokelat dan kupadu padankan dengan celana jeans berwarna hitam.
Setelah semuanya selesai aku keluar dari kamar. Aku menunggu Mas Fino di depan ruang TV sampai suara bel rumahku berbunyi. Aku bercicit untuk membuka pintu untuk Mas Fino. Dia tersenyum ke arahku. Di sangat tampan hari ini. Sebenarnya dia selalu tampan.
"Sudah siap?" tanyanya padaku sambil tersenyum.
"Udah. tunggu di sini ya." Mas Fino mengangguk. Aku mengambil tas dan ponselku yang tertinggal di ruangan TV.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends Live Forever [END]
Ficção AdolescenteDi liburan semesterku, aku menemani mama ke kantor pajak. Di sana aku bertemu dengan pegawai pajak yang tersenyum padaku. Aku memangilnya 'Om' karena kupikir dia lebih tua dariku. Sampai di awal masuk kuliah, di kampusku diadakan sosialisai dari kan...