"Lo kenapa sama Kak Mark? Akhir-akhir ini kayak ada yang aneh," tanya Seoyeon yang sedang menemani Lia dan Nakyung mengerjakan tugas di kafetaria FEB yang bergengsi, sebab harga makanannya yang di atas rata-rata dibandingkan kantin ataupun food court di fakultas lainnya.
"Kalian ada masalah ya?" Nakyung yang awalnya fokus pada angka-angka yang memusingkan otaknya, seketika menanggalkan lembaran tugasnya untuk ikut menimbrung pada pembahasan tentang Lia dan Mark yang juga membuatnya penasaran.
"Siapa bilang?" ujar Lia yang malah membalas dengan pertanyaan juga. Ia pun sama sekali tidak menghentikan kesibukan tangannya yang terus menulis di atas kertas. Seperti ingin menghindari pembahasan tentangnya, ia lebih memilih terus fokus mengerjakan tugasnya.
"Gue cuma nanya, lo tinggal jawab aja." Seoyeon menggeleng heran pada tanggapan Lia yang tidak antusias seperti biasanya ketika membicarakan tentang sang senior yang merupakan kekasihnya itu.
"Iya, lo aneh, Li. Lo juga baru kali ini kayak gak mau cerita apapun ke kita," tambah Nakyung memanasi. Ia yakin sekali Lia pasti menyembunyikan sesuatu dari mereka.
Lia menghela napas kasar dan menaruh pulpennya ke atas meja. Ia menatap Seoyeon dan Nakyung secara bergantian. Melihat wajah kedua sahabatnya itu pertahanan Lia seperti runtuh dan merasa bersalah pada mereka. Ia memang tidak biasanya tak bercerita dan meminta pendapat para sahabatnya ketika akan memutuskan dan melakukan sesuatu. Sedikitpun Lia belum pernah menyinggung tentang kedekatannya dengan Jaemin kepada mereka, serta pilihannya yang ingin mengakhiri hubungannya dengan Mark. Lia sungguh merasa buruk sebagai seorang sahabat.
"Emang apa yang keliatan aneh?" tanya Lia yang penasaran apakah ia sangat nampak sedang menyembunyikan sesuatu atau para sahabatnya saja yang terlalu peka.
"Sejak lo sering bareng Yeji dan kawan-kawannya, lo kayak ada apa-apanya," ujar Seoyeon dengan nada menyelidik. Beberapa hari belakangan melihat Lia yang sering menghilang bersama Yeji setiap kelas usai mengundang kecurigaan mereka, hanya saja Seoyeon baru benar-benar sempat menanyakannya sekarang.
"Lo juga kayak ngejauhin Kak Mark. Tau gak beberapa hari belakangan Kak Mark sering nanyain lo ke kita-kita, katanya lo susah banget dihubungin, susah ditemuin udah ngalahin Pak dekan," ungkap Nakyung yang mulai tidak tahan karena dirinya adalah korban yang paling sering terpaksa mengarang berbagai alasan perihal Lia ketika ditodong pertanyaan oleh Mark. Lama-lama Nakyung kehabisan akal mengarang jawaban untuk melindungi Lia agar Mark tak sampai curiga pada mereka ataupun Lia. Kurang baik apa Nakyung sebagai sahabat sampai mau menjaga hubungan antara Lia dan Mark, sedangkan Lia sendiri yang menjalani hubungan tersebut sama sekali tak melakukan usaha apapun.
Walaupun Mark adalah pacar Lia, sebagai sahabat Lia mereka tidak pernah bisa dekat dengan sang kakak tingkat di jurusan mereka itu. Seakan ada jurang penghalang, secara tak langsung Mark selalu membangun batas antara senior dan junior di antara mereka yang menciptakan rasa canggung dan sungkan. Apalagi Mark yang seringnya memasang ekspresi wajah kharismatik bak senior yang tidak bisa sembarangan didekati. Terkadang Nakyung sampai was-was pada isi pikiran Mark yang tak bisa terbaca dari mimik wajahnya. Mark pandai menyembunyikan isi kepalanya di balik wajah tenang dan senyumannya yang terpancar kepada siapa saja. Dari sorot matanya, Mark seakan bisa membaca semua kebohongan Nakyung, meskipun tampaknya Mark menelan mentah-mentah begitu saja setiap bualan Nakyung tentang Lia. Nakyung sampai takut sendiri terlalu sering berbohong karena kenyataannya Lia tidak sedang sesibuk seperti yang sering disebutkannya kepada Mark.
"Jadi gini, gue sama Kak Mark sebenernya baik-baik aja tapi kayaknya gue udah gak bisa lanjut sama Kak Mark." Lia mengembuskan napas berat dan sesaat terlihat ragu menceritakan semuanya pada kedua sahabatnya itu. Lia tahu diri bahwa ia yang salah dan ia takut semakin dihakimi oleh Seoyeon dan Nakyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wobble ❝Jaemin Lia❞ ☑
FanfictionFrom a playboy like me, to the special one like you. ©bananaorenji, 2020.