"Kayaknya temennya Yeji oke juga tuh," ucap Jaemin dengan pandangan menerawang pada langit cerah dengan awan putih yang berarak pelan.
"Hah?" Jeno yang sedang asyik memetik senar gitar seketika berhenti ketika mendengar lontaran dari manusia yang sedang bersamanya menikmati suasana tenang sore itu. Dikiranya seperti biasa sang sahabat sedang melantur tidak jelas tanpa mau susah payah menggunakan otaknya lagi. Menyeletuk tanpa arah hanya untuk mengisi kekosongan atau memancing topik di antara mereka yang sedang bosan.
Padahal sudah hampir sejam Jeno nyaris tak mendengar Jaemin mengeluarkan sepatah katapun selain bergumam mengikuti nada-nada menenangkan yang dihasilkan dari jemari lentik Jeno yang dengan lihai memetik senar gitar akustik di pangkuannya. Jeno pun juga sama, ia lebih memilih bermesraan dengan gitar milik Jaemin tanpa ada niat memulai obrolan dengan sang pemilik gitar. Mereka terlalu sibuk pada pikiran masing-masing sembari menikmati semilir angin yang membelai di balkon lantai dua rumah Jaemin yang berhadapan langsung dengan pohon mangga yang tumbuh rimbun dan membawa udara sejuk. Irama yang mengalun dari gitar yang dimainkan oleh Jeno juga semakin mendukung susana yang tercipta; kemalasan disertai rasa kantuk yang menyerang.
Selalu satu kelas selama enam tahun duduk di bangku SMP dan SMA, lalu berlanjut masuk ke universitas dengan jurusan yang sama membuat Jaemin dan Jeno bagai sejoli yang tak bisa terpisahkan, mereka sudah layaknya anggota keluarga bagi satu sama lain. Tak ada rahasia di antara mereka, apapun segala isi pikiran Jaemin akan tercurahkan secara gamblang kepada Jeno, begitupun sebaliknya. Bertahun menjalin persahabatan dan saling mengikuti berhasil membuat mereka secara sadar ataupun tidak sadar mengadopsi sikap dan kebiasaan satu sama lain dari yang baik hingga yang buruk sekalipun. Memiliki jalan pikiran yang nyaris serupa membentuk pemahaman dan kekompakan tanpa batas. Tak heran lagi jika setelah kesenyapan yang panjang tiba-tiba salah satu diantara mereka mendadak menyuarakan sesuatu―mulai dari tentang hal serius maupun topik absurd tak terduga.
"Emang kenapa temennya Yeji?" tanya Jeno untuk memastikan mungkin saja Jaemin sungguh ada keperluan penting dengan mengungkit salah satu dari teman kekasihnya. Ya, Yeji adalah kekasih Jeno.
"Kayaknya gue suka sama temennya Yeji," jawab Jaemin tanpa terlihat ragu. Bahkan ia tersenyum lebar ketika mengakuinya seakan telah yakin rasa sukanya tak akan bertepuk sebelah tangan.
"Ajaib emang lo," dengus Jeno yang tak begitu terkejut menanggapi pengakuan Jaemin. Menghadapi kelakuan Jaemin yang seperti ini bagaikan makanan sehari-hari bagi Jeno. Mungkin baru dua hari yang lalu Jeno mendengar keinginan Jaemin yang berniat menjalin kembali status sebagai kekasih dengan salah satu mantan pacarnya. Tak aneh lagi dengan melamun selama sejam saja Jaemin bisa berubah pikiran dan mendapatkan kesimpulan bahwa ia sedang menyukai salah satu dari teman Yeji.
"Gue serius." Jaemin menekankan sekali lagi karena merasa tak mendapatkan tanggapan yang semestinya dari Jeno yang kini lanjut lagi bermain dengan gitarnya.
"Iya gue tau!" sahut Jeno yang kentara sengaja menjawab dengan nada sedikit terpaksa. Jaemin terlalu sering seperti ini, Jeno sampai tidak bisa lagi menganggap Jaemin serius ketika membahas tentang masalah yang berhubungan dengan gadis incarannya.
"Terus lo mau gue apa? Minta bantuan ke Yeji?" lanjut Jeno lagi. Walau terlihat tak peduli, tapi Jeno bagai pahlawan selalu muncul dengan segala usulan dan penyelesaian untuk setiap persoalan Jaemin.
Jaemin mengangguk semangat. Ia bahkan belum terpikirkan sampai meminta bantuan pada Yeji. Awalnya ia sekadar iseng menceritakannya pada Jeno agar ia sedikit lega bisa meluruskan pikirannya yang berbelit karena dugaan ketertarikannya pada seseorang yang belum lama ini mencuri perhatiannya. Namun kini ia patut berterima kasih pada Jeno yang telah memberikannya pencerahan dan uluran tangan yang sangat berguna. Jaemin bahkan tak pernah sama sekali berkenalan secara langsung dengan sang incaran. Kesimpulannya, Jaemin membutuhkan Jeno dan Yeji sebagai fasilitas penghubung untuknya agar lebih dekat dengan incarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wobble ❝Jaemin Lia❞ ☑
FanficFrom a playboy like me, to the special one like you. ©bananaorenji, 2020.