08| In the House

477 80 1
                                    

Yuna keluar dari kamarnya dengan tergesa-gesa, ia hampir terlambat untuk jadwal kursusnya. Setiap hari ia memiliki banyak jadwal tambahan, menyibukan diri dengan kegiatan non-akademik di luar sekolah karena ia tahu dirinya tak secerdas kedua kakaknya dalam bidang akademik. Dulu ia juga stres dan tak tahu lagi harus bagaimana dengan nilai akademiknya yang selalu berada dalam kisaran rata-rata, namun untungnya ia memiliki Jaemin sebagai kakak yang selalu mendukung dan memberikan arahan jalan keluar untuknya.

Walaupun terburu-buru Yuna tak segera menuruni tangga, ia berhenti di depan ruangan lainnya yang berada dekat dengan kamarnya. Ia mengetuk tiga kali dan kemudian membuka pintu itu hanya selebar badannya agar ia bisa melongok ke dalamnya. Ruangan tersebut adalah kamar milik Jaemin yang sosoknya terlihat masih terlelap di balik selimut berwarna kuning cerah. Tak peduli sedang musim panas atau musim hujan, kakaknya terbiasa menyalakan AC pada suhu terendah dan memakai selimut tebal saat tidur.

"Kak, gue berangkat ya," teriak Yuna pada Jaemin yang sepertinya masih asyik menikmati bunga tidurnya.

Tak ada jawaban, gumaman pun tak terdengar sama sekali. Jaemin itu kalau sudah tidur memang seperti batu, susah dibangunkan. Telinganya seakan tuli, matanya melengket tak mau membuka dan tubuhnya melekat bagai terdapat kekuatan gravitasi yang sangat kuat di ranjangnya. Kalau ada kebakaran, orang berkelahi atau gempa sekalipun mungkin Jaemin tidak bakal terbangun. Namun anehnya Jaemin selalu bangun tepat waktu dan tak pernah terlambat untuk jadwal kuliah dan kerjanya. Ia selalu terbangun satu jam sebelum berangkat sehingga memiliki waktu yang cukup untuk mandi dan bersiap-siap. Jaemim memiliki manajemen waktunya sangat baik, ia tetap bisa memaksimalkan waktu tidurnya di antara kesibukannya kuliah dan bekerja part time. Menurut Jaemin, tidur adalah waktu yang sangat berharga yang tak akan ia pergunakan untuk bermain ponsel atau melakukan hal-hal tak berguna, makanya kalau waktunya tidur ia sudah seperti orang mati yang menolak gangguan apapun. Berhubung sedang akhir pekan, tak heran melihat Jaemin masih saja tertidur lelap seakan tak terganggu pada apapun karena ia hanya memiliki jadwal part time sore nanti.

Yuna tak berusaha membangunkan ataupun menunggu jawaban dari kakaknya karena biasanya ia akan mengirimkan pesan ke ponsel Jaemin untuk memberitahu kepergiannya. Dengan begitu Jaemin tetap bisa mengetahui keberadaannya dengan membaca pesannya ketika bangun nanti. Yuna kembali menutup pintu kamar Jaemin dan lanjut menuruni tangga dengan langkah cepat. Ia berbelok menuju ruang makan untuk mencari makanan apa saja yang tersedia dan bisa mengisi perut untuk sarapannya. Ia tak terkejut lagi ketika menemukan beberapa potong sandwich pada piring di atas meja dan juga beberapa potong sandwich lainnya yang sudah dimasukan ke dalam kotak bekal ada di atas meja makan. Pagi-pagi begini Minhee, kakaknya yang kedua, biasanya sudah bangun dan menyiapkan sarapan untuk mereka sebelum kembali lanjut tidur atau bermain game di kamarnya atau juga kadang ia keluar pergi bermain futsal dengan teman-temannya.

Belum sempat Yuna mengambil salah satu potongan sandwich di sana, perhatiannya dialihkan oleh bunyi bel dari depan rumahnya. Yuna kemudian tersadar ia tertegun cukup lama dan gerakannya terhenti karena bunyi bel tersebut. Ia telah membuang-buang waktu secara percuma di tengah keterlambatannya yang sudah di ujung tanduk. Tak mau membuang lebih banyak waktu, ia segera memasukan kotak bekal dari atas meja ke dalam tasnya dan ia juga menyambar salah satu sandwich di atas piring untuk dimakannya sekarang. Sembari menggigit sandwichnya ia berlari ke pintu depan untuk melihat siapa yang datang.

"Cari siapa ya?" tanya Yuna yang mendapati seorang gadis asing sedang berdiri di depan pintu rumahnya.

"Gue temennya Jaemin. Jaeminnya ada?"

"Oh, temennya Kak Jaemin," balas Yuna yang sudah biasa menerima tamu yang merupakan teman dari kakaknya.

Ibu mereka lebih sering berada di butik dan ayah mereka tinggal di kota yang berbeda dari mereka sehingga kedua orangtua mereka memang jarang berada di rumah. Rumah yang tanpa pengawasan orangtua adalah tempat favorit untuk teman-teman Yuna ataupun kedua kakaknya. Rumah mereka sudah menjadi langganan tetap untuk dijadikan tempat nongkrong dan berkumpul untuk pesta kecil-kecilan. Bahkan teman-teman mereka yang sudah sering datang sampai menganggap rumah itu milik bersama, sesuka hati berkeliling di dalam rumah, datang tanpa tahu waktu dan tanpa meminta persetujuan dari sang tuan rumah.

Wobble ❝Jaemin Lia❞ ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang