"Sendirian aja nih."
Fokus Yeji terlepas dari game di ponselnya begitu mendengar suara seseorang yang menegurnya. Yeji menoleh ke arah datangnya sumber suara dan mendapati seorang gadis yang sedang tersenyum ramah kepadanya. Secara otomatis senyuman ikut terukir pada wajah Yeji yang tadinya penuh dengan keseriusan mengikuti alur keseruan game yang ia mainkan. Yeji pun otomatis menelantarkan ponselnya ke atas meja dan meninggalkan permainannya yang masih berlangsung karena kehadiran sosok teman satu jurusannya tersebut.
"Eh, Lia. Mau ke mana?" tanya Yeji yang mengganggap Lia kebetulan lewat di situ dan iseng menegurnya yang juga sedang sendirian sama seperti Lia. Ya, memang tak lumrah mendapati mereka berdua berkeliaran sendirian tanpa dikelilingi kawanan masing-masing.
"Gak kemana-mana," jawab Lia dengan bahu yang mengedik kecil. Ia pun melangkah semakin mendekati tempat Yeji sebagai tanda ia tidak berniat pergi kemana-mana dan sejak awal tujuan utamanya menuju ke area itu adalah menghampiri Yeji.
"Oh yaudah, ayo sini temenin gue aja kalo gitu," ajak Yeji sembari menepuk-nepuk bangku kosong di sampingnya.
Sudah seperti itu, Yeji tidak mungkin mengabaikan kedatangan Lia. Setidaknya Yeji tentu saja bisa sedikit lebih bersahabat daripada kebiasaan mereka sehari-hari yang cenderung tidak saling menganggap jika tidak ada keperluan yang benar-benar mendesak untuk didiskusikan. Yeji yang terkadang bitchy pada orang yang tidak akrab dengannya memutuskan untuk mengurangi intensitasnya. Tidak ada salahnya sesekali mencoba terbuka pada orang di luar dari cirlce-nya. Jarang-jarang juga ada yang mau sukarela mendekatinya duluan, biasanya orang-orang akan menghindar atau berpikir dua kali karena menduga akan mendapatkan respon yang tidak menyenangkan dari Yeji. Tidak dipungkiri Yeji memiliki citra yang agak negatif tentang keangkuhan dan keselektifannya dalam berteman, walaupun semua itu hanya tuduhan yang tanpa landasan disematkan padanya oleh orang-orang yang hanya menilainya secara sepihak dari caranya berekspresi ataupun berbicara. Anehnya sesuatu yang buruk selalu saja tersebar dengan gampang dan dipercaya dengan mudah oleh orang-orang yang tidak pernah mencoba mengenalnya dengan baik.
Lia yang tidak menolak segera mengambil tempat di samping Yeji yang sedang duduk sendirian di salah satu bangku taman dalam lingkungan fakultas mereka. Bangku taman FEB itu memiliki nama tenar yang unik yaitu payung ijo atau biasa disingkat paijo oleh para mahasiswa penghuni FEB secara turun temurun. Diberi nama payung ijo karena setiap bangku taman FEB yang berbentuk membulat itu dinaungi oleh atap kecil berbentuk payung dengan warna hijau. Hijaunya seragam dengan warna rumput yang bagaikan bentangan karpet dan pohon-pohon rindang yang tumbuh di sekitarnya.
Lia tidak ragu menghampiri Yeji, bukan karena ia tidak pernah mendengar desas-desus tentang sikap buruk Yeji, namun karena Lia sudah membuktikan sendiri bahwa cap yang disematkan pada Yeji jelas mengada-ada. Setelah beberapa kali pernah bekerja sama dalam tugas kelompok bersama Yeji, Lia bisa membuktikan sendiri bahwa Yeji tidak seperti yang dibicarakan oleh orang-orang. Tidak ada yang salah dari Yeji, ia hanya memiliki fitur wajah unik yang memberikan kesan jutek ketika ia tidak berekspresi, serta memiliki cara berbicara yang agak menyebalkan sehingga membuatnya sering disalahpahami oleh orang-orang yang tidak mencoba memahami kebiasaannya. Entah mungkin Lia yang terlalu mudah percaya hingga ia bisa dengan entengnya memaklumi Yeji. Lia sering dianggap terlalu naif dan mudah dipermainkan karena kepolosan yang melekat padanya.
"Lia, lo gak pulang? Atau lo masih ada kelas juga?" tanya Yeji basa-basi untuk membuka obrolan santai mereka.
"Iya, jadwal kelas siang ini kita kan bareng," jawab Lia untuk mengingatkan Yeji yang sepertinya lupa atau bahkan tidak pernah menyadari bahwa mereka sekelas pada sebagian besar mata kuliah pada semester ini.
"Eh, iya? Kelas Ekonomi Makro kita bareng ya? Kirain cuma kelas Marketing pagi tadi aja kita barengnya." Yeji menggaruk tengkuknya agak canggung karena ketahuan dirinya yang tak menaruh atensi pada keberadaan Lia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wobble ❝Jaemin Lia❞ ☑
FanfictionFrom a playboy like me, to the special one like you. ©bananaorenji, 2020.