"Lo beneran ponakannya Tante Tiffany? Dari mananya?" Jaemin akhirnya terpaksa membuka percakapan basi-basi setelah ia dan Lia memutuskan untuk duduk dan terdiam selama lima menit dalam kecanggungan tak tahu harus memulai dari mana.
"Tante Fany tuh adiknya mama," jawab Lia yang diam-diam merutuki cara bicaranya sendiri yang terkesan kaku bak mahasiswi baru yang disuruh presentasi seorang diri di depan kelas.
"Tapi selama ini kok gue gak pernah liat lo main ke sini?" Walaupun tak setiap hari datang ke sana, Jaemin yakin sesekali ia pasti akan berpapasan dengan Lia. Kalau Lia keponakan Tante Fany, sudah pasti seharusnya ia sering berkunjung, mengingat juga Lia menyukai anjing. Namun nihil, tak sekalipun ia bertemu Lia sampai-sampai ia tak pernah tahu kalau Lia dan Tante Fany memiliki hubungan keluarga. Jaemin hanya mengingat kalau Tante Fany memang pernah menyebutkan bahwa ia memiliki beberapa keponakan yang hampir seumuran dengan Jaemin, tapi saat itu Jaemin tak begitu menanggapinya dan Tante Fany pun tak menyebutkan nama-nama keponakannya.
"Gue sebenernya deket banget sama Tante Fany, but mama and Tante Fany are in a really bad relationship. Gue hampir gak pernah lagi main ke sini karna takut mama marah. Mungkin cuma sekali dua kali dalam setahun. Gue sama tante Fany berhubungan lewat telpon atau chat doang," jawab Lia menjelaskan dengan sendu. Hubungan antara mamanya dan Tante Fany memang cukup rumit. Sejak dulu mereka memiliki pandangan dan pemahaman yang bertentangan sehingga selalu saja ribut dan bertengkar. Lalu masalah utama yang terjadi sampai menyebabkan perselisihan yang berkepanjangan antara keduanya adalah rahasia keluarga yang tak bisa Lia ceritakan pada orang luar, termasuk Jaemin.
"Tante Fany kadang nyeritain lo yang sering dateng ke sini buat adopsi anjing," sambung Lia lagi mengalihkan pembahasan agar mereka tak lanjut membahas masalah mamanya dengan Tante Fany yang bisa membuatnya mood-nya jelek seketika.
"Iya, sering. Gue kalo adopt anjing pasti dari sini, kalo kucing dari shelter punyanya keluarga Jeno."
"Kata Tante juga lo dateng ke sini bareng cewek yang beda-beda terus." Lia tertawa getir. Mirisnya ia ingin menyangkali Jaemin yang tak seperti dugaan orang-orang, tapi ia juga sengaja menyinggung tentang wanita yang pernah berhubungan dengan Jaemin.
"You know what, Lia? It was the easiest way to find a home for the dogs."
Lia memiringkan kepalanya dan menatap seakan Jaemin baru saja berbicara dalam bahasa alien yang tak dipahaminya. Ia tak tahu apa yang Jaemin bicarakan. Apa hubungannya dari pacar Jaemin yang segudang dengan mencarikan rumah untuk anjing-anjing yang terlantar? Apakah ini semacam riddle yang belum terpecahkan dalam abad ini dan hanya Jaemin seorang yang mengetahui jawabannya? Otak Lia yang cerdas bahkan tak mengakap di mana korelasinya.
"Pertama, gue deketin cewek yang sesuai kualifikasi. Kedua, gue ajak mereka pacaran, kalau mau yang syukur, kalo enggak ya cari yang lain. Ketiga, mereka pastinya sayang sama gue. Keempat, gue bikin mereka juga sayang sama peliharaan gue. Kelima, mereka ikutan tertarik soal hewan peliharaan." Jaemin menaikan satu persatu jarinya untuk setiap poin yang ia sebutkan, lagaknya layak dosen yang sedang menjelaskan teori ilmiah.
"Kesimpulannya, mereka akhirnya setuju buat ngerawat anjing atau kucing yang gue samarin sebagai hadiah dari gue. Sounds simple but not easy to do. Abis putus pun gue gak bisa lepas tanggung jawab gitu aja karna semuanya diadopsi atas nama gue."
"Oh. Smart." Refleks Lia menggumamkannya namun tak sampai terdengar oleh Jaemin. Tak menyangka Jaemin bisa berpikiran sangat panjang, menyusun rencananya dengan rapi dan menyamarkannya dengan sempurna sampai tak ada yang menaruh kecurigaan atau menyadari tujuan yang sebenarnya ia inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wobble ❝Jaemin Lia❞ ☑
FanfictionFrom a playboy like me, to the special one like you. ©bananaorenji, 2020.