15. Before

118 41 5
                                    

Summer, 2007

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Summer, 2007

"Hush-hush! Jangan sembunyi disini. Noona cari tempat lain." Usir bocah laki laki berusia tujuh tahun—berdasarkan penghitungan usia korea—itu sambil menggerakkan tangannya, bermaksud menyuruh sang kakak pergi.

Jiyoon pun akhirnya pergi dari tempat persembunyian adiknya. Dia lebih memilih sembunyi di balik sofa di dalam salah satu gazebo—dari ketiga yang lain—yang berada di halaman belakang rumahnya yang luas. Setidaknya tempat itu lebih nyaman di bandingkan persembunyian adiknya yang berada di balik semak semak.

Jantung Jiyoon berdetak dua kali lebih cepat—takut ia akan ketahuan— Gadis itu tak ingin kalah lagi seperti permainan sebelumnya.

Kepala gadis itu sedikit mencuat dari balik sofa. Ia mengintip ke arah pintu yang menuju ke dalam rumahnya. Seharusnya mereka bermain petak umpet dengan batasan pintu tersebut alias hanya bermain di dalam rumah.

Tapi, bukan Mark dan Jiyoon jika tidak melanggar peraturan.

"Kena kau, Jiyoon-ah!" Seru Bella tiba tiba sembari menepuk bahu Jiyoon dari belakang.

Seketika wajah Jiyoon menjadi masam, gadis itu tak ingin menerima kenyataan bahwa dirinya kalah—again, setelah lima permainan— "aaaa.. Kenapa selalu aku yang kalahh?" Rengeknya menghentak hentakkan kaki mungilnya.

"it's okay, Jiyoon-ah. No tears up, baby. Kalah dan menang itu sudah biasa. Tapi, permainannya seru bukan?" Tanya perempuan berusia dua puluh tahun itu berusaha menenangkan anak asuhannya—yang sudah dia anggap seperti adik sendiri—

Mendengar kata kata Bella, Jiyoon hanya malah semakin cemberut. "Not at all!" Serunya lalu gadis itu berlari menuju gazebo paling kanan dan bersebelahan dengan kolam ikan.

Jiyoon menduduki tubuhnya di atas sofa. Ia memeluk lututnya lalu menenggelamkan wajah cantiknya di antara kedua lututnya tersebut. Liquid asin menetes dari pelupuk matanya. Menyebalkan jika membayangkan dirinya selalu kalah dari adiknya.

"hey, gadis kecil. Jangan menangis, nanti jelek, lho." Titah seorang laki laki yang sedari tadi duduk di dalam gazebo tersebut. Lelaki itu menatap Jiyoon sambil tersenyum kearah Jiyoon. Namun, Jiyoon masih tidak bergeming dan air matanya masih berjatuhan.

"kalau berhenti menangis, oppa berikan jelly, mau?" Timpal laki laki yang tampak berusia sekitar 17 tahunan itu—masih berusaha membujuk Jiyoon—

Dan berhasil, Jiyoon menarik wajahnya dari lututnya dan menatap pria tersebut. "Oppa?" Tanya bingung. Nyatanya, gadis itu lebih tertarik dengan kata Oppa di bandingkan kata Jelly. Karena, mempunyai kakak laki laki adalah impiannya beberapa hari belakangan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sequoia, Jaehyun ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang