30. Solitude

100 13 1
                                    

Sudah satu minggu lamanya setelah Jaehyun dinyatakan koma. Kata Dokter Kwon, Jaehyun mengalami semacam syok dan otaknya masih belum dapat merespon.

Selama itu pula, Jiyoon tiap hari bolak balik kampus - rumah sakit. Dirinya sangat jarang pergi ke rumah, karena dia khawatir dengan Jaehyun. Nenek Jung sudah tua dan sangat sulit untuk pergi kemana mana, dan tidak ada orang selain dirinya dan Nenek Jung yang dekat dengan Jaehyun.

Hari ini pun sama, Jiyoon baru saja pulang dari kampus beberapa menit yang lalu dan ia langsung mengendarai mobilnya menuju rumah sakit yang merawat Jaehyun. Ia langsung membersihkan tubuhnya di kamar mandi yang berada di kamar inap Jaehyun dan mengganti pakaiannya.

Sekarang ia sedang memakan makan siangnya di meja yang berada tak jauh dari brankar Jaehyun.

Sesekali dirinya melirik Jaehyun yang tertidur dengan lelap, namun hampir di sekujur tubuhnya dipasang alat bantu pernafasan dan alat kedokteran lainnya.

Tiba tiba saja ponselnya bergetar dan Jiyoon yang menyadari hal tersebut langsung mengalihkan sorot matanya pada benda persegi panjang di samping kotak makannnya.

Tiba tiba saja ponselnya bergetar dan Jiyoon yang menyadari hal tersebut langsung mengalihkan sorot matanya pada benda persegi panjang di samping kotak makannnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ah benar! Adikku akan pergi ke Rusia nanti malam. Jiyoon tersenyum tipis seraya mengirimkan balasan berupa sticker kucing yang mengacungkan ibu jarinya.

Setelah itu, dia menyelesaikan makan siangnya yang hanya sekedar kotak makan yang bisa dibeli di  minimarket. Rasa yang familier, karena Jiyoon sering membeli set makanan itu saat masih tinggal di apartment.

Maniknya beralih pada jam dinding yang telah menunjukkan pukul setengah dua siang. Ia teringat bahwa dia harus mengecek cairan infus milik Jaehyun.

Jiyoon pun menyeret langkahnya menuju brankar Jaehyun dan memeriksa kantung yang tergantung pada tiang di samping brankar. Sudah habis. Ia akhirnya pergi dari ruangan tersebut.

Dia memanggil seorang perawat wanita yang kebetulan tengah berjalan melewari lorong.

"Suster, cairan infus milik pasien Jung Jaehyun sudah habis."

"Baiklah, aku akan segera menggantinya."

Perawat tadi melenggang pergi, sama halnya dengan Jiyoon. Jiyoon berjalan masuk ke dalam ruangan Jaehyun dan ia duduk di kursi yang berada di samping brankar Jaehyun.

Maniknya menelusuri tiap inci lekuk wajah Jaehyun yang terlihat agak pucat, pipinya lebih tirus dibanding sebelumnya, bibirnya pun pecah pecah. Jiyoon mengambil sebuah pelembab bibir di dalam kantungnya dan memoleskan stik pelembab itu pada bibir merah muda Jaehyun.

Jiyoon merindukan cekungan di pipi Jaehyun yang selalu timbul tiap lelaki itu tersenyum. Jiyoon penasaran apa yang sedang di mimpikan Jaehyun saat itu. Jiyoon juga penasaran apa yang akan dilakukannya dengan Jaehyun saat ini jika saja Jaehyun tak koma.

Jiyoon tersenyum kecut. Takdir memang tidak ada yang tahu. Awalnya dia hanya menolong seorang pria tunanetra dengan sebuah koin, sampai sekarang pria yang tak lagi tunanetra itu telah menjadi kekasihnya.

Sequoia, Jaehyun ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang