13. Confess

134 45 3
                                    

Langit biru yang cerah, dedaunan yang berguguran di tepi jalan ditemani dengan cahaya matahari yang tidak terik kala itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit biru yang cerah, dedaunan yang berguguran di tepi jalan ditemani dengan cahaya matahari yang tidak terik kala itu. Ya.. Musim gugur telah tiba. Musim kesukaan kebanyakan orang disana. Terutama bagi Jiyoon.

Untuk menyambut musim gugur, Jiyoon mengenakan floral dress dipadukan high heels boots yang senada dengan warna dressnya. Gadis itu sudah terbiasa memakai dress agar menunjukkan bahwa dirinya feminim dan elegan, begitu kata Jennie—

Jiyoon menatap keluar jendela-lebih tepatnya menatap gedung gedung tinggi yang terlihat dari kejauhan-, berfikir akan pergi ke mana dirinya hari ini. Tentunya membosankan seharian dirumah. Berhubung hari itu sedang weekend , alias tidak ada jam kerja maupun jam kuliah.

Seketika dirinya teringat beberapa tahun yang lalu, dua hari sebelum dirinya memutuskan untuk pindah rumah. Usianya masih 17 tahun kala itu, berdiri di tempat yang sama dan menatap hal yang sama. Hanya saja saat itu gedung di Seoul masih tidak terlalu padat. Ia sedang dilema saat itu, bahkan sampai menangis semalaman dan mogok makan.

Namun, pilihannya kala itu malah membawa dirinya kembali ke tempat itu.

"Jiyoon-ah, Apa yang kamu lakukan?" Suara sang ibu memasuki indra pendengarannya dari arah belakangnya.

Jiyoon menoleh sebentar ke arah Jennie—yang tengah berjalan ke arahnya—, tersenyum tipis. Setidaknya dia senang karena ibunya sudah normal. Maksudnya-tidak se-overprotective dulu
"Tidak ada. Aku hanya berfikir tujuanku hari ini. Bagaimana dengan Mommy?"

"Aku akan pergi reading beberapa jam lagi. Kau tahu kan? Aku mendapatkan tawaran untuk menjadi pemeran utama di suatu Hollywood movie? ." Titah Wanita yang sudah berkepala empat itu.

"Yeah, I know. Selamat, atas tawarannya."

Jennie tersenyum manis, tangannya tergerak untuk merapikan rambut panjang putrinya yang tergerai begitu saja. "Melihatmu berdiri disini. Rasanya seperti mimpi. Like, For real? Jiyoon kami kembali? Selama kamu pergi, aku dan Daddy mu sadar. Cara kami mendidik kalian berdua salah. Maafkan kami, Jiyoon-ah"

"Don't feel guilty, Mom. Aku dan Mark paham alasan kalian menjadi seperti itu." Titah Jiyoon dengan netra yang masih menatap lurus. "Kalau begitu, aku pergi dulu. Aku sudah menentukan tujuanku hari ini." Lanjut Jiyoon.

"Baiklah. Selamat bersenang senang, Jiyoon-ah"

Jiyoon meninggalkan Jennie dan berjalan menuju kamarnya. Untuk mengambil tas dan ponselnya. Setelah itu dia langsung pergi dari rumahnya—menggunakan mobil—

Semoga dia ada disana...

Bibir Jiyoon melengkung memikirkan pria berlesung pipi itu. Entah mengapa, Jaehyun terlintas dipikirannya saat dirinya sedang berbicara dengan ibunya tadi. Dan perpustakaan menjadi haluan akhir pekan kali ini. Siapa tahu saja, Jaehyun kebetulan sedang membaca buku disana.

"Musim gugur... Entah mengapa aku sangat menyukai musim ini. Suhu udara yang tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Sempurna!" Gumamnya sambil menatap pepohonan dengan daun kuning dan kecoklatan di sisi jalur yang ia lewati.

Beberapa menit kemudian, gadis itu akhirnya sampai di suatu perpustakaan. Perpustakaan Sorae. Destinasi akhir pekan kesukaannya belakangan ini—bukan perpustakaannya, tapi lebih tepatnya orang yang di temui di tempat itu—

Dia mengedarkan pandangannya ke sekitar perpustakaan. Gotcha! Netra Jiyoon menangkap sosok laki laki yang sedang membaca—menggunakan jari—duduk tak jauh dari tempat dirinya berdiri.

Cepat cepat Jiyoon menyeret langkahnya menuju meja baca yang di duduki Jaehyun.

"Jaehyun-ssi." Panggilnya dengan nada suara ceria.

Jaehyun tersenyum. "Jiyoon-ssi? Kita bertemu lagi." Sahutnya sembari merehatkan jarinya sejenak.

"Kau masih ingin membaca? Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat sehabis kau membaca."

"Baiklah. Aku akan membaca dua bab lagi. Sehabis itu kita pergi."

Sembari menunggu Jaehyun selesai membaca, Jiyoon meletakkan tasnya di atas meja dan dirinya beranjak dari tempat duduk. Jiyoon berjalan jalan melihat lihat—siapa tahu, ada buku yang menarik minatnya—

Bruk!

Jiyoon tak sengaja menabrak dada bidang seseorang dan dirinya sendiri yang hampir terjatuh. Untung saja orang yang ditabrak Jiyoon menahan tangannya, kalau tidak pasti Jiyoon sudah malu bukan main.

"Maafkan aku." Titahnya, buru buru berdiri dan menarik tangannya dari pegangan orang tadi. Kemudian, Jiyoon membungkukkan badannya.

"Bukan masalah,kok." Timpal pria itu sambil tersenyum. Namun, mata pria itu juga ikut tersenyum.

Tak mau berlama lama di sana, Jiyoon segera berlari dari tempat itu. Sungguh canggung baginya untuk berbicara bagi orang asing—apalagi orang yang ditabraknya—

Gadis itu kembali menuju mejanya tadi bersama Jaehyun. Netranya menatap lekat ke arah wajah Jaehyun. Jika dilihat dari dekat, kulit wajah pria itu sangat mulus. Pori porinya pun hampir tidak terlihat. Pangkal hidungnya tinggi dan lurus. Rahangnya yang tajam dan alis yang tebal.

Jaehyun bisa dikatakan sempurna dalam segi fisik.

Tanpa sadar, Jiyoon memerhatikan bibir merah muda milik Jaehyun cukup lama.

Sampai tiba tiba, Jaehyun beranjak dari tempat duduknya. Membuat Jiyoon tersadar dari lamunannya.

"Aku akan mengembalikan buku, Jiyoon-ah."

Jiyoon-ah?!! Astaga, aku pasti gila. Batin Jiyoon berteriak. Baru kali ini jantungnya berdebar hanya karena di panggil dengan akhiran seperti barusan.

Tak lama kemudian, Jaehyun datang dan berdiri di samping Jiyoon. "Ayo pergi, Jiyoon-ah." Ajak Jaehyun dengan suaranya yang berat,as always. Entah kenapa, suara Jiyoon menjadi candu baginya sekarang.

"ah—iya." Sahutnya dan segera beranjak dari kursinya.

Jiyoon berjalan berdampingan dengan Jaehyun menuju mobilnya. Lalu, Jiyoon membawa Jaehyun menuju suatu tempat di pinggiran sungai han. Ada beberapa kursi disana namun minim manusia.

"Kita dimana, Jiyoon-ah?"

"Suatu tempat. Di pinggir sungai Han. Semoga saja kita bisa sering bertemu di sini. Kamu cukup menaiki bus nomor 12 dan berhenti di pemberhentian nomor 6. Setelah itu hanya berjalan lurus ke arah kanan dan kamu akan menemukan tempat ini."

Jaehyun tampak menganggukkan kepalanya dan bibirnya tak berhenti menunjukkan senyuman.

"Jaehyun-ah. Aku tahu kita baru bertemu beberapa minggu. Namun aku tak tahan untuk mengatakan hal ini." Celetuk Jiyoon tiba tiba.

"Bilang saja, Jiyoon-ah. Apa ada masalah?"

Gadis itu terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya—walaupun dirinya tahu Jaehyun tak dapat melihatnya. " Maafkan aku. Tapi aku menyukaimu. Sejak pertama kali kita bertemu"

Tidak ada reaksi dari Jaehyun untuk beberapa saat. Jiyoon pikir pria itu sedang mencerna perkataanya yang tiba tiba barusan.

"Aku juga." Mata Jiyoon terbelalak saat itu juga, menatap tak percaya ke arah Jaehyun. "Aku juga menyukaimu sebagai teman."

—to be continued—

Jangan lupa streaming Dear M lewat situs legal ya... ex: Viu or Iqiyi.
Jangan di telegram, guys.. Kita harus mengapresiasi kerja keras Jaehyuns^^

Anyway, vote and comment 1!1!1!

Sequoia, Jaehyun ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang