41. Can We?

196 14 2
                                    

Ingin menangis saja rasanya, satu saja pergerakan dari orang yang sedang menodong revolver di dahinya itu bisa dipastikan membuat isi otaknya berceceran di lantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ingin menangis saja rasanya, satu saja pergerakan dari orang yang sedang menodong revolver di dahinya itu bisa dipastikan membuat isi otaknya berceceran di lantai. Detak jantung yang menggebu gebu sudah di luar kendali Jiyoon.

Dengan kasar, orang tersebut menyeret tubuhnya dengan kepala revolver yang masih menempel di keningnya. Jiyoon tak bisa melakukan apa apa kecuali pasrah.

Sampai akhirnya Jiyoon ditundukkan di depan Jessica dan Jaehyun berbincang. Jaehyun yang mengenali Jiyoon membelalakkan matanya, namun ceoat cepat Jessica menatap tajam ke arah Jaehyun seolah berkata 'bergerak sedikitpun, nyawanya akan melayang'

Jiyoon masih menundukkan kepalanya, tak berani menatap orang di hadapannya. Ia juga manusia yang takut mati, walaupun ia jelas jelas tahu mati bukanlah rumor semata.

" Bisa lepaskan aku, tidak?!" Seru seseorang yang sangat Jiyoon kenal dari arah belakangnya. Membuat gadis itu sontak menoleh ke arah Mark yang—ternyata—sudah di tahan oleh dua orang. Bahkan kondisi Mark lebih parah darinya—dipenuhi dengan luka lebam di area wajah.

Manik Jiyoon memerah menahan tangisan, kemudian ia mengalihkan tatapannya ke arah Jessica meminta penjelasan kenapa ia menahan mereka berdua seperti ini.

" Sepertinya kita kedatangan kedua tamu yang tak di duga duga, ya?" Jessica melangkahkan kakinya ke arah Jiyoon dan menyentuh dagu Jiyoon dengan kasar.

Sekilas Jiyoon menatap Jaehyun, namun pria itu dengan naifnya memalingkan wajahnya begitu saja. Membuat hati Jiyoon serasa seperti 'sudah tersandung, tertabrak pula'

" Bisa perkenalkan diri kalian?" tanya Jessica yang sudah kembali duduk di sofanya dengan tersenyum sinis.

" Kim Jiyoon."

Jessica sontak membulatkan matanya terkejut dan reflek bangun dari duduknya. Setelah itu wanita paruh baya itu menyeret langkahnya ke arah Jiyoon—bersiap siap menampar Jiyoon. Jiyoon pun sudah memejamkan matanya.

Tepat sedetik sebelum telapak tangan Jessica menyentuh permukaan kulit Jiyoon, Jaehyun sudah lebih dulu menahan lengan Jessica.

" Sudah kubilang jangan sakiti dia!" seru Jaehyun meninggikan suaranya, membuat Jiyoon membuka kelopak matanya dan menatap Jaehyun yang melindunginya.

Tes.

Satu tetes air mata meloloskan dirinya begitu saja dari pelupuk mata Jiyoon. Matanya berkaca kaca, tanpa sadar bergumam, " Jaehyun-ah..."

" Aku akan menurutimu, tapi kumohon jauhilah dia. Atau kau akan berakhir seperti orang tuaku." Suara ketus Jaehyun memenuhi ruangan tersebut.

Jessica sempat terkesiap atas perlakuan Jaehyun, namun sepersekian detik kemudian Jessica terkekeh pelan. " Kau tidak seperti Jaehyun yang aku kenal, mengapa kamu mau merelakan nyawamu hanya demi anak orang yang telah membunuhmu?"

Sequoia, Jaehyun ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang