Mark melirik kearah Haechan yang begitu serius menatap pada buku pelajaran yang ada didepannya. Ia mengambil kesempatan menggeser duduknya, lebih dekat pada Haechan dan mencuri sebuah ciuman di pipi.
Haechan menoleh dengan cepat kearah Mark, "Jangan cium - cium... kita harus serius belajar."
"Jangan serius - serius, nanti cepat tua," kata Mark yang kemudian melingkarkan tangannya pada pinggang Haechan dan menarik tubuh mungil kekasihnya itu agar semakin dekat padanya, "Lihat saja Shotaro saja malah pergi jalan - jalan daripada belajar bersama dengan kita kan."
"Ya, mungkin saja Shotaro butuh hiburan dari patah hatinya," Haechan mulai mendengus kesal ketika Mark masih saja bersikeras menciumi pipi dan mulai merambat ke leher, "Mark..."
"Iya... apa anda memanggilku tuan putri?"
Haechan menatap kearah Mark dengan dahi mengekerut.
"Bermain role play, kau jadi tuan putrinya dan aku pelayan," kata Mark.
"Sejak kapan ada pelayan kurang ajar begini pada tuan putrinya?" tanya Haechan dengan nada lebih tinggi.
Mark menghela nafas panjang, kali ini mengeluarkan tenaga lebih besar, mendorong tubuh Haechan hingga terbaring diatas karpet empuk didalam kamar miliknya ini. Mark buru - buru menahan dua tangan Haechan dengan tangannya. Ia sendiri kini berada diatas tubuh Haechan, tersenyum mesum menatap pada kekasihnya itu.
"Ya... nanti ada yang masuk, pintu belum ditutup," kata Haechan panik menatap kearah pintu.
"Tidak akan ada yang kesini, ayahku lebih sibuk mengurusi BTS," Mark mendekatkan wajahnya pada Haechan. Ia menggesekkan pelan dan lembut ujung hidungnya dengan ujung hidung Haechan.
"Eh... ayahmu siapanya BTS?" tanya Haechan yang baru kali ini tahu mengenai ayah Mark. Mark memang jarang membicarakan ayahnya, Haechan dan Shotaro hanya tahu jika ayah Mark adalah salah satu pemilik perusahaan di bidang entertainment.
Mark mendengus kesal, ia mencium saja ceruk leher Haechan untuk mengalihkan perhatian Haechan dari 7 laki - laki yang memang membuatnya khawatir semenjak beberapa tahun ini. Tidak ada yang salah mengidolakan seseorang, tapi Haechannya hanya miliknya.
Melihat Haechan yang sudah tidak melawan lagi, Mark memberanikan diri untuk mencium lembut pada bibir Haechan dan ketika ia mendapatkan balasan berupa lumatan lembut maka tanpa keraguan ia memperdalam ciumannya.
Shotaro berjalan penuh keraguan di sebuah koridor salah satu hotel paling mewah yang ada di Seoul. Ia datang ke hotel XXY ini karena perintah atau lebih tepatnya ancaman dari Jung Jaehyun yang kemarin tiba - tiba meneleponnya. Ia sendiri tidak tahu apakah keputusannya untuk datang seornag diri adalah keputusan yang baik. Rasa takut itu pasti ada, tapi ketakutannya akan foto - foto telanjangnya tersebar membuat kakinya melangkah hingga sampai di depan lift.
'Pergi ke lantai 29 dan masuk ke kamar nomor 890'
Shotaro menjulurkan tangannya menekan tombol naik, ia menunggu beberapa saat sampai kemudian lift terbuka. Kakinya melangkah kedalam, Shotaro menunggu beberapa saat sebelum lift benar - benar tertutup.
"Tunggu... jangan tutup dulu...."
Shotaro menatap pada sosok laki - laki berusia 20 - an yang dengan tergesa - gesa memasuki lift. Tepat setelah laki - laki itu masuk, pintu lift tertutup. Awalnya Shotaro menatap curiga pada laki - laki yang memakai topi dan penutup wajah hingga hanya matanya saja yang terlihat dan mungkin karena tahu Shotaro menatapnya curiga, laki - laki itu justru tanpa ragu membuka topi dan masker yang menutupi wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED ROOM - SHOW BEGIN
FanfictionHaechan, Mark dan Shotaro mengira bahwa sudah tidak ada lagi penjahat yang akan mengejar mereka. Haechan dan Mark telah sepakat untuk keluar dari Red Room, untuk menghindari bertemu orang - orang aneh dengan jiwa iblis. Tetapi... kejutan datang dari...