Sekali - kali Hyunbin ingin mengunjungi adik tirinya dalam keadaan normal, tanpa ada jasad yang terbujur kaku di depan mereka. Tetapi rasanya sangat tidak mungkin, dan Hyunbin tidak akan bersikap tidak profesional.
"Untuk pemeriksaan lebih lanjut mungkin aku akan bisa tahu apa yang sebenarnya membunuh anak ini," ucap Taeyong.
Hyunbin dan Doyoung sama - sama menatap kearah Taeyong.
"Katanya mati bunuh diri," ucap Doyoung.
"Volume air yang masuk ke paru - paru sangat sedikit, jadi bisa dipastikan bahwa anak ini tidak mati karena menenggelamkan diri atau tenggelam," ucap Taeyong.
Hyunbin mengamati pada tubuh si anak laki - laki, matanya dengan tajam menatap pada setiap inchi tubuh si anak laki - laki sampai kemudian ia mengambil sarung tangan plastik dan setelah memakainya, ia membalikkan badan di anak laki - laki.
Doyoung dan Taeyong yang melihat pada apa yang dilakukan oleh Hyunbin hanya saling tatap saja, kemudian kembali menatap pada Hyunbin yang masih mengamati mayat. Hyunbin dengan begitu teliti mengamati setiap inchi tubuh si anak laki - laki yang sudah menjadi mayat sampai ia kemudian menyibakkan rambut yang menutupi bagian leher belakang dan sebuah lubang yang sangat kecil - sebesar jarum jahit terlihat.
"Ada lubang dibelakang leher, mungkin lubang dibelakang leher yang sengaja ditusukkan ini tidak bisa membunuhnya secara langsung, tetapi rasa sakit akan membuat korban meminum obat dalam jumlah yang lebih banyak dan itu akan mempercepat penyumbatan pembuluh darah," Hyunbin menatap pada Doyoung, "Cari informasi mengenai anak ini dan cari tahu apakah dia mengkonsumsi jenis obat - obatan tertentu."
"Siap hyung..."
Hyunbin tengah melepaskan sarung tangan plastiknya ketika Doyoung sudah melangkah pergi untuk mencari informasi sementara Taeyong menatap kearahnya dengan begitu tajam.
"Apa? Kenapa?" tanya Hyunbin.
"Kau itu.. terkadang aku berfikir kau bukan manusia. Terlalu sempurna," ucap Taeyong.
"Tidak juga, makanya aku diusir dari rumah dan ayahku lebih menyukai adik tiriku," Hyunbin tersenyum lebar.
Taeyong menghela nafas panjang, "Temui ayah, kalian harus memperbaiki hubungan."
Hyunbin tersenyum kearah Taeyong, "Tolong lakukan pemeriksaan lebih lanjut ya... aku mau melakukan penyelidikan dan jangan terlalu lelah adikku."
Meski duduk di bawah atap gazebo mewah dengan berbagai makanan dan minuman enak, Shotaro jauh lebih bertanya - tanya mengenai banyak hal.
Dimana Jaehyun?
Mengapa Jungkook bisa mengenal Jaehyun?
Dan... anak - anak di website jual beli itu, apa hubungannya dengan Jungkook?
Dan mengapa tiba - tiba Jungkook ingin menjadi kekasihnya.
Semua yang terjadi saat ini sangat tidak masuk akal. Shotaro tidak ingin mempercayai jika Jungkook mencintainya, bukan karena Jungkook adalah superstar dan dia bukan... bukan karena itu, melainkan dimana mereka pernah bertemu, bertukar pandang dan saling mencintai? Bukankah cerita mengenai seseorang yang terobsesi itu hanya ada di negeri dongeng saja?
"Jangan diam saja... makanlah.. ini enak lho... aaaa...."
Shotaro menatap pada Jungkook yang menyodorkan sepotong semangka kepadanya. Ia membuka mulutnya, menurut dan memakan semangka yang sudah tidak begitu dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED ROOM - SHOW BEGIN
FanfictionHaechan, Mark dan Shotaro mengira bahwa sudah tidak ada lagi penjahat yang akan mengejar mereka. Haechan dan Mark telah sepakat untuk keluar dari Red Room, untuk menghindari bertemu orang - orang aneh dengan jiwa iblis. Tetapi... kejutan datang dari...