"Akan saya bacakan keputusan final pada pengadilan ini," ucap hakim ketua yang sekali lagi menatap pada Jongdae dan juga Jungkook, "Jeon Jungkook dihukum 20 tahun atas keterlibatannya dalam pembunuhan berencana, prostitusi anak dan penjualan illegal atas hak asasi manusia. Kim Jongdae dihukum seumur hidup atas ide dalam pembunuhan berencana, prostitusi anak dan penjualan illegal atas hak asasi manusia."
Haechan melompat dari tempat duduknya dan tanpa ragu bertepuk tangan sangat keras, "Rasakan kalian orang ja.... hmmmpphh..."
"Maaf... maafkan dia... maaf.." beruntung Mark buru - buru membekap mulut Haechan dan menarik keluar kekasihnya, jika tidak sudah bisa dipastikan Haechan akan ribut dan menganggu ketertiban di persidangan.
Mark baru melepaskan bekapannya saat mereka sudah berada di koridor pengadilan.
"Iiiiih... jahat..." protes Haechan.
"Kalau kau ribut begitu bisa - bisa malah kita yang diusir dari pengadilan," kata Mark.
"Aku kan hanya mengungkapkan rasa bahagia saja," balas Haechan sembari memberengutkan wajahnya hingga bibirnya manyun seperti bebek.
Mark yang melihat kekasihnya manyun seperti ini malah membuatnya memeluk tubuh mungil Haechan dari belakang, "Besok kan libur.. role play nya bagaimana kalau jaksa dan terdakwa."
Haechan segera kembali ceria, "Sudah pintar sekarang main role play - nya."
"Tentu dong..." balas Mark yang mendekatkan wajahnya hendak mencium Haechan, sayangnya pintu ruang sidang terbuka dan membuat keduanya harus memisahkan diri.
Mark dan Haechan terdiam seperti orang bodoh dan hanya melihat orang - orang yang melangkah keluar dari ruang sidang.
"Chagi... kau bercita - cita menjadi pengusaha kan seperti ayahmu, apa sekarang masih mau menjadi pengusaha?" tanya Haechan sembari menatap pada hakim ketua yang sedang di wawancarai oleh para awak media.
"Setelah semua yang terjadi, aku ingin menjadi seorang polisi yang berdedikasi tinggi," jawab Mark, "Hyunbin hyung kan sudah mulai tua, dia harus memiliki pengganti. Harus ada orang yang menangkap penjahat dan aku harus jadi orang itu."
"Aku ingin menjadi hakim atau setidaknya jaksa penuntut umum," Haechan melingkarkan tangan, memeluk pada lengan Mark, "Harus ada orang yang menghukum secara adil pada penjahat yang sudah kau tangkap bukan."
Mark tersenyum lebar, "Ternyata... sebagai orang mesum, kita memiliki cita - cita yang mulia juga."
"Bukannya sex itu kebutuhan manusia ya... kebutuhan umum..."
"Iya..."
"Kita hanya berbeda sedikit saja..."
"Unik lebih tepatnya..."
"Tepat..."
Sembari masih terus bercanda dan saling bertukar pikir, Mark dan Haechan melangkahkan kaki meninggalkan gedung pengadilan, dengan cita - cita yang semakin mereka mantapkan untuk tidak sekedar menjadi mimpi namun akan mereka wujudkan.
Hyunbin baru saja akan menyuap makanan dihadapannya ketika tiba - tiba saja Shotaro mengeluarkan buku dan membuka sebuah halaman yang berisi soal - soal fisika, "Apa ini?"
"Kau kan bilang mau menanggung semua beban hidupku," jawab Shotaro.
Hyunbin tertawa lirih.
"Aku serius," kata Shotaro dengan tegas.
Hyunbin berhenti tertawa, ia melanjutkan makannya dan menganggukkan kepala, "Tenang..... sepertinya Kim - ssi yang ada di divisi penculikan pintar kalau masalah fisika, kau bisa belajar padanya."
"Aku... harus belajar sendiri?"
"Ya iya... masa mau bergantung pada orang minta dikerjakan," Hyunbin menyodorkan daging panggang pada Shotaro.
Meski terlihat kesal, Shotaro menerima suapan dari Hyunbin sembari mengangguk - anggukkan kepalanya.
Hyunbin dan Shotaro tengah menikmati makanan mereka ketika tiba - tiba seorang ahjumma memberikan semangkuk besar es krim. Keduanya menatap heran pada si ahjumma.
"Ini untukmu anak manis..." ucap si ahjumma yang kemudian menepuk bahu Hyunbin, "Kau luar biasa sekali mendidik anakmu dengan cara yang menyenangkan."
Hyunbin membuka mulutnya, hendak mengatakan terima kasih karena ia rasa itu sudah cukup, tetapi...
"Dia kekasihku, ahjumma...." ucap Shotaro yang jelas membuat si ahjumma terkejut - kejut.
Hyunbin hanya tersenyum saja, apalagi ketika melihat si ahjumma mengambil lagi es krim dari meja.
"Laaah diambil lagi," kata Shotaro.
"Gampang nanti aku belikan yang lebih banyak," balas Hyunbin.
"Memangnya salah ya kalau kita pacaran?" tanya Shotaro.
Hyunbin mengelus lembut punggung tangan Shotaro sebelum kemudian ia mengangkat tangan Shotaro dan mencium lembut, "Walau usia kita selisih lebih dari 20 tahun, tapi tidak ada yang salah... buktinya kita bahagia kan. Bahagia melawan dunia."
"Jangan mulai lagi pidato kebangsaanmu itu," Shotaro menarik tangannya kesal.
"Setelah pensiun aku mau mencalonkan diri menjadi walikota..."
"Tidak..."
"Kenapa??"
"Aku ingin menghabiskan waktu berdua denganmu ketika kau sudah tua nanti.."
"Kenapa hanya aku yang tua?"
"Ingat.. jarak umur kita 20 tahun lebih..."
"Betul..."
Hyunbin dan Shotaro sama - sama terdiam, namun kemudian mereka sama - sama tertawa keras. Kebahagiaan yang terlihat jelas diantara manusia - manusia lain yang menghakimi cinta mereka.
Bagi Hyunbin dan Shotaro mereka tidak melakukan kesalahan hanya karena mereka saling mencintai. Bagi oranglain, mungkin mereka melakukan kesalahan. Tetapi cinta dan hidup Hyunbin dan Shotaro adalah milih Hyunbin dan Shotaro.
Salah dan benar, mungkin hanya dipisahkan garis tipis. Tidak ada yang sepenuhnya benar dan mungkin tidak ada yang sepenuhnya salah.
THE END
FF AKAN DI UNPUBLISH SEMINGGU SETELAH UPLOAD...
TERIMA KASIH YANG SUDAH MEMBACA, MEMBERI VOTE DAN KOMENTAR...
NANTIKAN FF BERIKUTNYA....
TERIMA KASIH SEKALI LAGI....
KAMU SEDANG MEMBACA
RED ROOM - SHOW BEGIN
FanfictionHaechan, Mark dan Shotaro mengira bahwa sudah tidak ada lagi penjahat yang akan mengejar mereka. Haechan dan Mark telah sepakat untuk keluar dari Red Room, untuk menghindari bertemu orang - orang aneh dengan jiwa iblis. Tetapi... kejutan datang dari...