Mark mengecek handphonenya, Haechan yang mendadak hilang dan Shotaro yang tidak membalas apapun sedari tadi. Sayangnya, dia harus segera berangkat untuk penyamaran karena undangan hanya dibuka malam ini dari pukul 20.00 hingga tengah malam. Mark duduk disamping Hyunbin, menatap pada laki - laki bertubuh kekar yang memasang wajah tidak mengenakkan.
"Ada apa hyung?" tanya Mark.
"Jaehyun ditemukan... dalam kondisi sudah menjadi mayat," jawab Hyunbin sembari menjalankan mobilnya, "Dan di rumahnya ditemukan banyak foto anak - anak dibawah umur dalam keadaan telanjang."
Mark sudah tahu tentang fakta jika Jaehyun adalah pedofil, mengapa Hyunbin mengatakannya lagi.
"Dan foto - foto anak itu yang digunakan pada website Heaven Child ini," kata Doyoung.
"Jadi websitenya masih baru?" tanya Mark yang menoleh pada Doyoung yang duduk dibelakang.
Doyoung menganggukkan kepala.
"Sepertinya karena Johnny sudah tidak bisa menghasilkan uang, siapapun yang ada di belakang Johnny ini mencari penghasilan dari cara baru. Kebetulan mereka menemukan file - file dari Jaehyun ini," kata Hyunbin, "Dan karena mereka sudah punya pelanggan dari kasus Johnny maka mereka hanya tinggal mengembangkannya saja."
"Jauh lebih menghasilkan karena dulu hanya bisa melihat dari video Johnny tetapi sekarang bisa mencicipi para anak - anak itu... tunggu jangan - jangan Jaehyun punya foto Shotaro," kata Mark.
"Punya.. tapi fotonya diambil oleh seseorang," kata Hyunbin.
Mark mengerutkan kening, "Jangan bilang... Jungkook yang mengambilnya."
Hyunbin menganggukkan kepala.
"Kenapa kau diam saja.. cepat tolong Shotaro," kata Mark.
Hyunbin menghentikan mobil di pinggir jalan, ia mengunci pintu agar Mark tidak bisa keluar dan menatap pada Mark, "Dengar... Aku mendapat kabar jika Shotaro dan Haechan diculik oleh Jungkook dan Jongdae."
Nafas Mark terasa tercekat.
"Yuta dan Chulyong sedang berusaha untuk menyelamatkan mereka dan... kemungkinan undangan yang diberikan padamu adalah jebakan agar kita datang ke tempat pelalangan," lanjut Hyunbin, "Kau memiliki pilihan keluar dari mobil dan menunggu atau ikut tetapi aku tidak menjamin kau tetap selamat."
Mark mendengar suara kunci mobil terbuka, Hyunbin benar - benar serius tentang pilihan yang diberikan. Mark menarik nafas dalam - dalam, "Aku ikut..."
"Bagus.. pakai ini..."
Mark menatap pada Doyoung yang menyodorkan jaket anti peluru padanya. Ia menerima jaket dari Doyoung.
"Semoga saja tidak kepalamu yang ditembak ya..." ucap Doyoung dengan senyuman lebar.
Jantung Mark berpacu dengan cepat. Nyawanya bukan hanya kali ini saja berada di ujung tanduk, tetapi dia tidak boleh membiarkan teman - temannya berada dalam bahaya."
Siwon cukup terkejut ketika tiba - tiba saja beberapa orang polisi masuk kedalam kantor miliknya. Dan yang lebih mengejutkan rombongan polisi ini dibawa oleh seorang laki - laki berparas manis yang segera menunjukkan kartu identitas bernama Taeyong kepadanya.
"Ada apa?" tanya Siwon.
"Dua artis yang berada di bawah perusahaan anda Kim Jongdae dan Jeon Jungkook terlibat dalam kasus prostitusi anak dan pembunuhan," ucap Taeyong, "Tapi... sepertinya anda yang memiliki user Red Room. Karena ip address dari salah satu user yang pernah terdeteksi di apartemen Jungkook saat ini terdeteksi di gedung ini, lebih tepatnya di ruangan ini."
Siwon terdiam, ternyata meskipun berada di Red Room dia masih bisa di terobos.
"Lalu?" tanya Siwon berusaha tetap tenang.
"Aku butuh usermu untuk bukti undangan ke Heaven Child dan..." Taeyong mengebrak meja dengan cukup keras, "Jongdae dan Jungkook menculik dua anak dibawah umur yang kemungkinan akan dibawa ke tempat pelelangan, kau harus mengumumkan bahwa dua anak buahmu itu kriminal agar mudah terdeteksi. Sebenarnya polisi bisa saja mengumumkan dua orang ini buronan tapi kita tahu sendiri kan betapa gobloknya fans - fans fanatik itu, jadi harus dari management yang mengumumkan."
"Kalau aku tidak mau bagaimana?" tanya Siwon.
"Owwwh silahkan saja kalau mau melihat anakmu mati... Mark saat ini sedang berangkat menuju tempat pelelangan karena mendapat undangan dari Geen8e," kata Taeyong.
"Mark...."
Taeyong menunjukkan handphonenya yang sedang menampilkan video call pada mobil Hyunbin dimana Mark sedang memakai rompi anti peluru.
"Mark, kau ngapain ikut - ikut?? Pulang sekarang juga!!" teriak Siwon.
'Tidak bisa appa... aku harus menyelamatkan Mark dan Shotaro,' jawab Mark.
Taeyong mematikan video call, "Segera umumkan.. keadaan darurat, kau tidak mau anakmu mati dan puluhan anak butuh diselamatkan sebelum mereka dijual untuk dijadikan budak sex."
Tanpa menganggukkan kepala, Siwon bangkit berdiri dan menatap pada asistennya, "Segera siapkan untuk konfrensi pers."
Taeyong tersenyum lebar.
Haechan terbangun lebih dulu dari Shotaro yang terlihat terbaring di dekatnya. Ia membangunkan tubuhnya dan menatap keheranan karena berada di sebuah ruangan dengan tempat tidur jelek dipadu busa kasur yang sudah rusak dan berlubang sementara pada bagian pintu terlihat di tralis oleh besi.
Haechan menguncang - guncang tubuh Shotaro, "Shotaro... bangun.... kita dimana ini.. bangun Shotaro..."
"Enggghhh...." Shotaro perlahan membuka matanya, setelah kesadarannya cukup terjaga, ia bangun dari tidurnya dan menatap kesekeliling dengan keheranan pula.
"Nah... kan bingung juga, kita dimana ini?" kepanikan Haechan berkurang drastis ketika melihat plester luka di leher Shotaro terlepas dan dengan sangat jelas ia melihat bekas gigitan. Haechan buru - buru mendekat pada Shotaro, "Apa ini?Bekas gigitan... siapa yang melakukan padamu?"
Shotaro berusaha menutupi luka gigitan di lehernya, namun ketika ia merasa percuma menutupi lukanya ia melepaskan tangannya dari leher. Haechan sendiri merasa tidak perlu untuk bertanya apa yang terjadi dan siapa yang melakukannya, ia mendekat pada Shotaro dan memeluk lembut tubuh sahabatnya itu.
"Kita harus segera keluar dari sini..." kata Haechan.
"Silahkan keluar dalam mimpi kalian..."
Kepala Haechan dan Shotaro sama - sama menoleh, menatap kearah Jongdae yang ada di balik pintu bertralis, tersenyum lebar dengan wajah yang sangat - sangat menyebalkan. Haechan melepaskan pelukannya pada Shotaro, dari wajahnya yang menatap jengkel pada Jongdae jelas sekali jika anak laki - laki itu ingin memukul atau mungkin mengumpat pada Jongdae.
"Ya!!! Bajingan!!! Keluarkan kam..." lagi - lagi Haechan terdiam mendadak, matanya tidak sengaja menatap pada kamar di depan kamarnya yang juga memiliki pintu bertralis. Ia melihat beberapa anak laki - laki yang sepertinya seusia dengannya, berada didalam kamar dengan wajah yang tidak begitu memperlihatkan kebahagiaan.
Shotaro mendekat pada Haechan, dan ikut mengamati ketika anak laki - laki yang ada di kamar di depan mereka diseret keluar dengan paksa oleh beberapa laki - laki berwajah garang.
"Tunggu giliran kalian..." ucap Jongdae yang kemudian melangkah pergi.
"Ini tempat apa sih sebenarnya?" tanya Haechan yang masih kebingungan.
"Kita sepertinya ada di belakang panggung tempat pelelangan anak.."
Haechan menatap kearah Shotaro, ia ingin tidak mempercayai ucapan Shotaro tetapi... kepalanya menoleh kearah luar dan lagi - lagi melihat seorang anak dibawa paksa oleh laki - laki berwajah garang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED ROOM - SHOW BEGIN
FanfictionHaechan, Mark dan Shotaro mengira bahwa sudah tidak ada lagi penjahat yang akan mengejar mereka. Haechan dan Mark telah sepakat untuk keluar dari Red Room, untuk menghindari bertemu orang - orang aneh dengan jiwa iblis. Tetapi... kejutan datang dari...