3

24 8 0
                                    

Salwa memutuskan untuk pulang ke rumah dengan hati yang sangat dongkol. Setelah kejadian itu ia merasa kapok. Ia tidak tahu kalo ternyata Hanan pengganti dosen nya. Kenapa yah harus si Hanan mulu ? Why gitu loh ?

Saat sampai di rumah Ia merasa ada yang janggal. Biasanya kalo Ia pulang suasana rumah masih terlihat sepi. Ternya ada tamu yang datang. Salwa pun menyapa tamu tersebut. Ibunya meminta salwa untuk cepat merapikan diri. Entah lah Ia hanya menurut saja.

Kami semua berkumpul untuk makan malam, namun kami harus menunggu soalnya ada yang belum datang. Suara deru mesin mobil berbunyi, entahlah Aku merasa tidak asing dengan suara mobil itu. Saat pintu dibukakan Salwa merasa kaget.

" Whaattt, ko Pak Hanan ? "

Salwa memberi code ke Ibunya. Ini acara apa ? Namun jawaban ibunya hanya tersenyum-senyum saja sambil mengacungkan jempol.

Sebenarnya Hanan memang sudah mengetahui tentang perjodohan ini. Namun ia memilih diam dan mengiyakan apa keinginan Ibunya itu.

Arah pandang Salwa selalu menuju ke arah Hanan. Ia seolah olah bertanya ini ada apa ? Kenapa kamu ada di sini ? Namun Hanan hanya diam saja menghiraukan Salwa. Mereka berkumpul di ruang tamu entah apa yang sedang di diskusikan. Aku dipanggil menuju ke ruang tamu. Mereka menjelaskan kepadaku bahwa Aku akan dijodohkan dengan Anak mereka yaitu Hanan. Aku merasa terkejut dan menggelengkan kepala.

" Tidak..., Aku tidak mau meningkah muda. Lagian Aku kan masih kuliah, " itu hanya alasan Aku saja si. Soalnya Aku sudah tahu sifat-sifatnya Hanan ini. Apa lagi dia dosen di tempat kuliah ku. Nanti kalo anak-anak di kampus tahu bagaimana Aku harus menjelaskan semua.

" Kenapa ga mu si Sal, mas Hanannya aja mau ko. Kamu malu apa ningkah sama dosen kamu sendiri ? ya gapapa Sal nanti kan jadi berangkatnya bareng, ada yang ngawasin kamu di sana. Ibu kan di sini khawatirin kamu terus, takut kamu kenapa-napa disana engga ada yang jagain, " Ibunya Salwa mencoba menjelaskan kepada Salwa.

Namun Salwa hanya diam dan memilih pergi ke kamar. Ibunya coba mengejar Salwa. Entah inisiatif darimana Hanan menahan tangan nya dan menyarankan agar dia yang coba menjelaskan ini semua kepada Salwa

Hanan melangkah menuju ke kamar Salwa.

" Bisa engga sih kamu jangan ke kanakan kaya gini, apa kamu engga kasihan sama ibu kamu ? " tanya Hanan, terdengar hembusan nafas yang ditahan. Seolah olah ia menahan amarahnya agar tidak membludak.

" Sipaa yang ngizinin kamu masuk ke kamar Aku ? "bentak Salwa.

" Aku ini calon suami kamu loh. Hargai dikit kenapa, " bentak Hanan.

" Aku ga nganggep yahhh, sana keluar gakkk..., " teriak Salwa kencang. Hal itu membuat Hanan murka dan membanting pintu kamar Salwa dan menguncinya. Salwa yang ingin merebut kunci dari tangan Hanan kalah cepat. Kuncinya dimasukan ke saku agar Salwa sulit mengambilnya.

Hanan memandang Salwa, Ia memasak raut muka datar membuat Salwa ketakutan dan menundukkan kepalanya.

" Kalo ada orang yang ngomong jangan nundukin kepala tatap mata saya, "

Salwa malah membuang mukanya, itu membuat Hanan naik pitam. Entah keberanian dari mana Hanan mencoba mencium Salwa dan menarik tubunya kedekapannya dengan kencang. Hal itu membuat Salwa kesakitan dan menangis tersendu sendu.

Ibu Salwa merasa ada yang salah takut anaknya meluapkan amarahnya ke calon menantunya. Ia mencoba pergi ke atas namun kamar nya terkunci. Untuknya masih ada kunci cadangan di laci. Saat pintu dibuka betapa terkejutnya ia melihat adegan yang tak pantas.

" Apa yang kalian lakukan ? " tanya ibu nya Salwa. Raut mukanya yang terlihat terkejut itu.

Keadaan bertambah memanas saat orang tua Hanan pergi keatas.

" Apa yang kalian lakukan ? Hanan ibu engga ngajarin kamu begitu yah . "

" Intinya kalian harus bertunangan minggu ini dan tidak ada penolakan !!! "

" Tttapi mah, Salwa bisa jelasin.Ini hanya salah sangka karena tad..., " belum sempat Salwa selesai menjelaskan Hanan menginjak kakinya serta melotot kan matanya pertanda jangan cari masalah lagi.

Cupcakes In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang