9

19 5 1
                                    

Assalammualaikum readers maaf banget baru up lagi ceritanya.Soalnya lagi sibuk-sibuknya ngebantu urusan hajatan.
Salam dari purwokerto yang sekarang lagi hujan 😘









Pagi ini di bangunkan dengan suara ketukan pintu yang keras. Saat ini memang Aku jadinya tidur di rumah Bundanya Hanan. Terpaksalah dari pada seatap sama Hanan yang takutnya ia kelepasan lagi. Bisa-bisa besok ia akan dinikahkan. Belum siapa Aku untuk menikah sekarang, sedang padatnya sama skripsi kalo sudah selesai masalah skripsi tinggal sidang boleh lah buat nikah secepatnya.

Aku membuka pintu kamar dan ternyata orang yang pagi-pagi menggedor pintu adalah Hanan. Ngapain dia ada di sini katanya nginep di apartemen kok malah ada di sini.

"Ngapain si pagi-pagi gedor pintu segala, berisik tau nanti yang lain jadi kebangun," jawab Aku yang masih ngantuk.

"Engga bisa tidur yang, kamu si nginap di sini jadi kepikiran kan," jawabnya. Itu jawaban paling bulshit paling dia lagi sange.

"Udah ahh jangan ke sini nanti dilihat Bunda sama Ayah loh pengin ketauan lagi ?"

"Tapi yang kan pengin," jawabnya dengan muka yang dibuat-buat gemas supaya Aku bisa luluh. Ooh jangan permainkan Aku Salwa yang engga gampang dirayu.

"Jangan ngerengek segala sana masih jam tiga pagi ini,"

"Iihh yang plisss," jawabnya lagi memohon-mohon. Aku biarkan saja dan langsung menutup pintu kamar.

"Yang udah tegang iihh,"

"Hanannn, jangan ganggu Salwa !!! kamu nih otaknya mesum melulu. Sana tidur di kamar adik kamu saja jangan gangguin calon menantu bunda," jawab bunda menasehati Hanan. Hanan langsung diam seketika kalo bundanya yang nasehatin ia tidak akan membantah nanti malah di keluarin dari kk.

Sarapan pagi telah tiba, satu keluarga duduk di ruang makan. Paling salut di keluarga Hanan adalah saat ada makan bersama. Terlihat mereka begitu akrab dilihat dari candaan mereka atau pembicaraan tentang pekerjaan maupun kegiatan yang mereka lakukan. Jika ada yang kurang atau salah pasti mereka diberi masukan dan beberapa pendapat yang membuat pikiran terbuka. Keluarga Hanan adalah keluarga yang harmonis. Mungkin inilah yang menjadikan ibu segan dengan Hanan.

"Kenapa ngelamun yang ?" tanya Hanan. Bodohnya ia manggil yang didepan keluarga sendiri. Akhirnya ia menjadi bulanan-bulanan keluarga Hanan.

"Cie manggilnya sayang-sayang," ledek adiknya Hanan yang namanya Friska.

"Diem dek masih kecil jangan ikut campur," jawab Hanan yang kemudian menjitak kepala Friska.

"Sakit tau kak, ingat Friska udah besar ka," jawab Friska dengan mengerucutkan bibirnya. Anak satu ini memang sensitif banget kalo diledek masih kecil.

"Besar apanya tubuh lo yang bongsor, tapi kelakuan kaya bocil," jawab Hanan yang membuat Friska merengek.

"Hiks...hiks, Bunda liat kakak nakal," adu Friska kepada Bundanya.

"Hanan udah jangan godain adik kamu lagi, makannya kan Bunda udah bilangin ke adik buat lari pagi bareng bunda biar tubuhnya engga berlemak," jawab Bunda yang mampu membuat seisi ruangan tertawa.

"Iihh Bunda mah engga asik," jawab Friska.

"Hanan gimana kalo pernikahan kalian dimajukan minggu depan ?" tanya Ayah yang membuatku terkejut. Aku si siap-siap saja. Tapi yang di sampingku ini apa sudah siap.

"Hanan si oke aja yah, tapi kasihan Salwa nya harus nyelesain skripsi dulu. Kalo udah selesaikan tinggal sidang baru nanti kita persiapan buat acara pernikahan," jawab Hanan dengan jelas.

Cupcakes In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang