The Whole of You
.
.
.
.
.
Sebagai gadis yang dilahirkan di keluarga sederhana, Jungwon tidak pernah meminta banyak. Apapun yang ia dapatkan, selalu disyukurinya dengan sepenuh hati.
Setiap hari sang ayah bekerja tanpa lelah. Menggunakan fisik untuk melatih murid-muridnya dan mendapatkan pundi-pundi secara halal walau hasilnya tak seberapa. Setidaknya ia mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari kedua anak kesayangannya tanpa kekurangan.
Tak cukup mencari nafkah diluar saja, Changwook juga tak lepas tanggung jawab mengurusi keadaan rumah agar mampu dihuni dengan nyaman oleh ketiganya. Menepis rasa sedihnya setiap mengingat mendiang istri yang sudah tenang diatas sana.
Istrinya, Nam Jihyun yang mempesona— begitu sebutannya, adalah sumber kekuatannya menjalani hari-hari. Setiap ia ingin mengeluh, ingatan akan wajah istri dan anak-anaknya membangkitkan rasa semangat yang sempat mengendur.
Sudah cukup dengan segala keterpurukan, seperti saat tahun-tahun awal istrinya meninggalkan keluarga kecil mereka. Kini, ia sudah mampu berdamai dengan semuanya.
Ia yakin, waktu dan keikhlasan hati menyembuhkan luka hatinya, juga membuatnya semakin semangat untuk menjalani kehidupan.
Lain perasaan, lain juga apa yang dirasakan Sunghoon dan Jungwon ketika ibu mereka pergi untuk selama-lamanya. Sunghoon yang dikenal sebagai pribadi yang tangguh pun seakan kehilangan semangat hidup.
Demi Tuhan ia masih 11 tahun, bagaimana bisa menanggung semua kesakitan hati yang begitu dalam akibat kehilangan separuh hidupnya di umur yang masih sangat belia.
Si kecil Jungwon yang berusia 9 tahun tak kalah terpuruk. Meskipun sang ibu dikenal lebih sibuk daripada sang ayah namun tak mereka pungkiri jika urusan rumah dan pendidikan mereka, sang ibulah yang memegang kendali utama.
Ibu adalah manusia tertangguh dalam keluarga kecil mereka. Semua yang tidak bisa dilakukan, ibulah yang menangani dengan mudah. Mulai dari hal kecil hingga hal rumit seperti menyiapkan masakan lezat, tentu ibu jagonya.
Namun semua berubah begitu sang ibu mulai berangsur-angsur kehilangan tenaga. Bibirnya memucat dan wajahnya sering memerah. Ibunya juga sering mengeluh pusing dan terkadang nyeri di dadanya terlihat menyakitkan.
Beberapa kali Sunghoon mendapati hidung sang ibu mengeluarkan darah segar, juga pingsan secara tiba-tiba, membuat Sunghoon sering membatin khawatir. Setelah itu, ibunya jadi sering keluar masuk rumah sakit dan tidak pernah lagi menginjakkan kaki ke hotel —tempatnya bekerja sebagai seorang general manager yang rajin dan super sibuk.
Ia pernah menguping pembicaraan ayahnya dengan seseorang di telfon jika sang ibu terkena penyakit Aritmia yang disebabkan oleh gejala Hipertensi.
Saat itu, ia tidak mengerti apapun tentang nama penyakit itu dan percakapan ayahnya yang sangat sulit dicerna oleh otak 11 tahunnya. Namun perlahan, seiring ia bertumbuh dewasa, Sunghoon mulai paham dan ikhlas. Ibunya seorang pekerja keras yang tangguh dan ia meneladani hal itu.
Semuanya sudah menjadi takdir.
Bekerja keras tidaklah menjadi suatu hal buruk untuk dikenang. Malah, dengan adanya semua ini, ia menjadi semakin bersemangat untuk mengejar mimpi. Mimpinya menjadi seorang figure skater profesional, seperti apa yang ia lakukan sejak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Whole of You
Hayran KurguJungwon dan ceroboh adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Tiada hari yang tenang tanpa melakukan sesuatu yang membuatnya mendengus keras dan berteriak kesal. Padahal gadis ceroboh itu adalah seorang atlet taekwondo yang sempat memenangkan bebera...