Tuan Hwang pun menyusul ke meja makan, setelah mandi, dan ia melihat Rio sedang mempraktekan pukulan nya sewaktu bermain tenis dengan nya tadi, pada sang istri nyonya Hwang, ia pun ikut bergabung dan bercerita dengan seru nya.
"Minggu depan kita main lagi ok?" Tanya tuan Hwang
"Siap tuan" jawab Rio.
"Kalau begitu kita makan siang dulu ne" nyonya Hwang kemudian berdiri, mengambilkan nasi untuk suami nya dan Rio.
"Maaf jika masakan ku tak seenak masakan mu Rio-yaa" ujar nyonya Hwang malu-malu.
"Bagi ku, masakan setiap ibu adalah yang terenak di dunia nyonya" balas Rio sukses membuat nyonya Hwang terharu.
"Aku bahkan sudah lupa, seperti apa rasa masakan ibu ku dulu" kata Rio lagi yang membuat nyonya Hwang nyaris menangis, tuan Hwang sendiri tertegun mendengar kata-kata Rio, ia pun ikut merasa sedih mendengar cerita Rio.
"Mari makan" kata Rio tersenyum antusias, Tiffany terus menatap Rio dengan tatapan menyelidik.
Nyam. . .
"Wah, benarkan, masakan nyonya ternyata juga enak" puji Rio.
"Kamu tidak berbohongkan?" Kata nyonya Hwang, takut Rio hanya akan menghibur nya saja.
"Saya jujur nyonya, jika tidak percaya, saya siap menghabiskan semua nya ini sendirian" kata Rio meyakinkan jika ia memang jujur.
"Iya iya, aku percaya, gumawo ne" tutur nyonya Hwang mengusap kepala Rio.
"Tiffany, menurutmu, apakah masakan Rio itu enak?" Tanya tuan Hwang.
"Hah?" Tiffany kaget dengan pertanyaan ayah nya, mau menjawab iya, dia gengsi, mau menjawab tidak, tapi ayah ibu nya pernah menyantap menu masakan Rio.
"Menurut appa sendiri bagaimana?" Tiffany malah balik bertanya.
"Ku rasa masakan Rio adalah yang terenak, iyakan yeobo?" Jawab tuan Hwang.
"Betul yeobo, apalagi brokoli tumis bawang putih nya" jawab Hwang eomma.
"Hm, aku hanya heran kenapa masih ada yang mengkomplain masakan Rio, sampai ia di pecat dari pekerjaan nya" gumam tuan Hwang membuat wajah Tiffany menegang.
"Mungkin orang itu bermasalah dengan lidah nya yeobo" ujar eomma Hwang
"Mungkin yeobo, dasar wanita" geram tuan Hwang.
"Putri ku, jangan sampai kamu bersikap seperti wanita jahat itu ne, atau eomma akan menghapus nama mu dari kartu keluarga" ancam nyonya Hwang, Tiffany memucat, sementara Rio menunduk menahan tawa melihat reaksi ketakutan Tiffany, pemuda itu tidak mengadu pada tuan dan nyonya Hwang jika perempuan yang mereka bicarakan adalah putri nya sendiri.
Selesai makan siang, Tiffany langsung kembali ke kamar nya, dan mengamuk, ia marah-marah sendiri, uring-uringan di kamar nya.
"Nasibku selalu sial setiap bertemu dengan nya" teriak Tiffany dengan wajah yang tertutup bantal untuk meredam suaranya sendiri.
"Aku benci kamu" teriaknya lagi lebih kencang.
Ia tak sadar jika diluar jendela kamar, Rio memperhatikan tingkah konyol nya dengan senyum simpul terukir di bibir nya.
Keesokan hari nya, Tiffany ke kantor dengan mood jelek nya, karena appa nya memaksa sarapan bersama, dengan Rio juga, pria yang Tiffany anggap sebagai pembawa sial bagi nya.
"Ada apalagi sekarang Tiff?" Tanya Jessica tak habis pikir dengan sahabat nya yang akhir-akhir ini selalu badmood tak jelas.
"Taeyeon lagi?" Tebak Sooyoung yang mulut nya paling frontal, memang, hanya dengan mengingat sang mantan lah mood Tiffany jadi bisa berubah naik turun dengan cepat.
"Bukan" ketus Tiffany.
"Lalu?" Tanya Sunny
"Sahabat appa" jawab Tiffany, para sahabat nya pun saling bertatapan heran dan bingung.
"Semenjak kapan selera mu berubah?" Selidik Sooyoung
"Ahjussi mana yang berhasil membuatmu uring-urungan tak jelas begini?" Heran Sunny.
"Cheff itu" jawab Tiffany sebal, Jessica, Sooyoung dan Sunny memasang wajah serius nya, siap mendengar cerita dari mulut sahabat nya.
"Dia adalah sahabat appa" lanjut nya lagi, ketiganya kengerutkan kening tak paham dengan cerita Tiffany yang sepotong-potong.
"Aaarrgghh. . . Cheff di kedai Jensoo yang dipecat itu, dia sahabat appa, dan setiap hari dia ke rumah karena appa yang memerkerjakan nya sekarang" marah Tiffany memberi penjelasan pada sahabat-sahabat nya yang terbengong untuk beberapa saat, sebelum terdengar suara tawa Sunny yang begitu renyah.
"Aku benci melihat nya, dia selalu membawa sial untuk ku" lanjut Tiffany yang membuat Sunny makin tergelak, menertawakan Tiffany.
"Kamu terkena karma nya" ejek Sunny, Jessica ikut tertawa.
"Cinta dan benci itu berbeda tipis, jangan terlalu membencinya, atau kamu malah akan berubah mencintai nya nanti" ujar Sooyoung memperingatkan Tiffany.
"Cih, tidak sudi, Taeyeon lebih dalam segalanya dari pada Rio" remeh Tiffany.
"Oh, jadi namanya Rio" goda Sunny dan Jessica terkikik lucu.
"See, kamu bahkan sudah mengingat namanya diluar kepala" timpal Sooyoung.
"Tidak, bagi ku, Taeyeon sudah nyaris sempurna, dia tampan, putih, pandai membuatku merasa nyaman, hangat, manja, meski sedikit mesum, dan. . . " elak Tiffany yang memuji Taeyeon setinggi langit.
"Pendek" sahut Sooyoung acuh, hanya dia yang berani berkata seenak nya pada Tiffany, dan yang lain.
"Aku penasaran seperti apa Rio jika tak memakai baju cheff dan apron nya" gumam Jessica membayangkan Rio.
"Pasti keren" tambah Sunny
"Tidak, biasa saja, tetap jelek dan tak menarik" sahut Tiffany.
"Nah ini dia tanda-tanda nya" ucap Sooyoung, yang berkeyakinan jika Tiffany terus menolak, justru dia malah akan jatuh sendiri nanti.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Painfull
FanfictionRio, pemuda lugu, polos, koki di sebuah kedai, yang jatuh cinta pada Tiffany, wanita karir yang usia nya jauh diatas Rio, dan belum bisa move on dari tunangan nya Kim Taeyeon, bagaimana usaha Rio untuk mendapatkan cinta seorang Tiffany Hwang, yang s...