Tuan Hwang, ia berubah menjadi pemurung beberapa hari ini, tentu saja perubahan nya membuat sang istri khawatir.
Saat hendak pulang ke rumah nya, tangan Rio ditahan oleh nyonya Hwang di teras rumah.
"Rio-yaa" suara nya terdengar begitu lirih dan khawatir.
"Yaa nyonya" jawab Rio menoleh, ia menghentikan langkah nya.
"Apa kamu tahu apa yang membuat suami ku berubah murung akhir-akhir ini?" Tanya nyonya Hwang, karena suami nya begitu dekat dengan Rio, jadi pemuda itulah satu-satunya harapan yang bisa menjawab kekhawatiran nya selama ini.
"Maaf nyonya, Rio pun juga tidak tahu" jawab Rio menyesal.
"Kamu adalah satu-satunya orang terdekat suami ku, bisa kah aku meminta tolong pada mu?" Pinta nyonya Hwang.
"Tentu nyonya, apa pun untuk mu" balas Rio menggenggam tangan yang mulai berkeriput karena menua itu.
"Tolong, cari tahu penyebab nya, jika kamu tak bisa, minimal, kembalikan senyum nya, aku tahu, suami ku adalah orang yang tertutup, jadi aku tak memintamu untuk mengetahui masalah yang disimpan nya, cukup buat dia tersenyum lagi" mohon nyonya Hwang memelas, Tiffany sendiri ternyata sedang menguping pembicaraan ibu nya dengan Rio, dari balik pintu utama.
"Akan saya usahakan nyonya" ujar Rio.
"Gumawo ne" tutur nyonya Hwang.
Pagi-pagi sekali, di weekend ini, Rio sudah datang ke rumah tuan Hwang, dengan baju olah raga nya, dan ia melihat si empu nya rumah sedang memberi makan ikan koi nya di kolam yang berada di samping rumah, dengan masih mengenakan piyama tidur nya.
"Selamat pagi tuan" sapa Rio, yang disapa pun terkejut.
"Apa kita ada janji untuk bermain tenis hari ini?" Tanya tuan Hwang bingung, Rio terkekeh.
"Tidak tuan, tapi hari ini aku ingin meminta tuan Hwang untuk menemani ku jogging" tutur Rio, tuan Hwang mengerjab, dengan permintaan Rio, dan sebagai sahabat tentu ia pun akhirnya menuruti permintaan Rio.
"Baiklah, aku ganti baju dulu" jawab nya, ia meletakan kembali toples berisi makanan ikan, lalu masuk ke rumah untuk berganti baju, nyonya Hwang tak terkejut, karena semenjak dekat dengan Rio, suami nya kembali meluangkan waktu untuk berolahraga.
Tuan Hwang dan Rio pun melakukan sedikit pemanasan di halaman rumah, Tiffany mengintip dari balik jendela kamar nya.
Dan kini, dua pria dewasa beda usia itu pun mulai berlari kecil menyusuri jalan raya, dan setengah jam kemudian, mereka pun tiba ditepian sungai Han, banyak orang disana yang menghabiskan waktu untuk sekedar mencari keringat, nafas tuan Hwang tersengal, Rio pun pamit ke minimarket untuk membeli air mineral, dan ketika kembali, tuan Hwang sudah duduk ditepian sungai sambil merendam kedua kaki nya kedalam air.
"Tuan, maaf jika aku lancang" ucap Rio sambil menyodorkan botol minuman pada tuan Hwang.
"Tentang apa?" Tanya tuan Hwang menerima air minum dari Rio dan meneguk nya.
"Tentang tuan akhir-akhir ini" balas Rio.
"Saya tahu, ini bukan hanya tentang tuan Lee, dan saya tak berhak menuntut tuan untuk bercerita pada saya, tapi jangan buat nyonya Hwang khawatir, ia mencemaskan tuan yang akhir-akhir ini berubah" jujur Rio, yang sebagai pemuda, ia memang cenderung blak-blakan pada orang yang sudah ia percayai, tuan Hwang terkekeh, ia tak menyangka, Rio begitu peka pada nya, begitu perhatian pada ia dan istri nya, tak seperti Tiffany yang hidup nya hanya ia isi dengan Taeyeon saja, rasa kecewa nya pada sang putri pun kian bertambah, ia pun menghela nafas, sebelum mulai bercerita.
"Ini tentang Tiffany, putri ku satu-satunya" cerita tuan Hwang sambil menatap air sungai.
"Dulu, dia adalah anak yang begitu ceria, sangat perhatian dan sayang pada kami sebagai orang tua nya, sampai kemudian ia mengenal Taeyeon, ia mulai menjauh dari keluarga nya, aku tak menyalahkan Taeyeon, sebagai gadis yang baru mengenal cinta, aku memakhlumi perubahan sifat putri ku, tapi perubahan nya semakin mengkhawatirkan semenjak Taeyeon meninggal tiga tahun yang lalu, Tiffany tak pernah menangani kasus apa pun kecuali kasus gugatan nya pada perusahaan pembuat helikopter yang ditumpangi Taeyeon saat kecelakaan, ia akan mudah murah jika menyangkut tentang Taeyeon, meski pemuda itu sudah meninggal, ia masih akan terus menangisi nya setiap malam, kala ia merindukan pria itu, dan puncak nya ketika ia menolak makanan yang eomma nya kirim, aku tahu ia membuang sarapan yang kamu bawakan waktu itu" Rio terperanjat mendengar cerita tuan Hwang, karena Rio pikir, kebohongan nya sudah begitu sempurna.
"Aku juga tahu, penyebab kamu dipecat dari kedai adalah karena ulah putri ku" lanjut tuan Hwang semakin membuat Rio terbelalak.
"D-dari mana tuan tahu?" Gugup Rio yang takut tuan Hwang akan marah karena kebohongan nya.
"Mudah bagiku untuk menyelidiki nya" kekeh tuan Hwang.
"Itu bukan kesalahan Tiffany noona sepenuhnya tuan" Rio berusaha membela Tiffany.
"Saya juga salah, pertama, saya menabraknya, kedua, masakan saya memang kacau waktu itu, karena saya kurang fokus" Rio berusaha menutupi nya.
Tuan Hwang menoleh menatap Rio, dan tersenyum teduh pada pemuda yang kini wajahnya nampak gugup itu.
"Sebenarnya, hati mu itu terbuat dari apa? Sungguh aku ingin bertemu dengan kedua orang tua mu, dan berterima kasih pada mereka karena telah melahirkan anak sebaik kamu" batin tuan Hwang, bagaimana ia tak menaruh rasa kagum pada Rio, yang tak hanya menolong nya, tapi juga berusaha menutupi keburukan putri nya, ia pun lalu mengusap kepala Rio sambil terkekeh untuk menahan air matanya.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Painfull
FanficRio, pemuda lugu, polos, koki di sebuah kedai, yang jatuh cinta pada Tiffany, wanita karir yang usia nya jauh diatas Rio, dan belum bisa move on dari tunangan nya Kim Taeyeon, bagaimana usaha Rio untuk mendapatkan cinta seorang Tiffany Hwang, yang s...