Tiffany sudah seminggu di rumah, meski masih kaku dan sedikit pincang, tapi ia sudah bisa berjalan sendiri, sehari setelah ia tiba dari rumah sakit, Tiffany shock mendapati surat perceraian yang ia terima dari utusan Jessica, ya, sahabat nya itu yang di tunjuk oleh Rio sebagai pengacara nya.
Hari itu juga Tiffany menangis meraung, tak ingin bercerai, dan tuan Hwang berkata. . .
"Appa tak bisa membantu mu, dulu aku memilih Rio untuk menjadi menantuku, bukan tanpa alasan, ia adalah anak laki-laki yang appa impikan, cerdas, bertanggung jawab, dan tak pernah membantah perintah appa, jika kamu ingin dia kembali, kini saat nya untuk mu berjuang sendiri"
Tiffany duduk gelisah diatas sofa yang berada di kamar nya, membayangkan tempat ini menjadi tempat Rio melepas lelah dulu, rasanya Tiffany ingin berlari menemui suami nya itu dan meneriakan kata cinta pada nya, merasa tak sabar, Tiffany pun keluar dari kamar, dia menghampiri sang appa dan eomma yang sedang menikmati buah berdua.
"Appa, kenapa urusan di China begitu lama?" Sungut Tiffany, appa dan eomma Hwang pun saling bertatapan heran.
"Sepertinya Ada yang merindukan suami nya yeobo" goda sang ibu, wajah Tiffany langsung merona, tuan Hwang terkekeh lucu.
"Dia sudah pulang dari tiga hari yang lalu" jawab tuan Hwang jahil, Tiffany pun terbelalak, ia ingin marah rasanya karena sang appa sengaja menyiksanya begitu lama.
"Appa" geram Tiffany marah, tapi sang appa malah terbahak, merasa berhasil menjahili sang putri.
"JENNO!" teriak Tiffany
"Ya nona" pria itu datang dengan wajah cemas.
"Kamu tahu rumah Rio kan?" Tanya Tiffany, Jenno mengangguk cepat.
"Antar aku kesana, sekarang" pinta Tiffany,
"baik nona" jawab Jenno.
Mereka pun tiba dirumah Rio yang sederhana, namun tampak begitu asri.
"Kira-kira dia di rumah tidak?" Tanya Tiffany mengamati rumah suami nya itu.
"Sepeda nya di rumah nona, jadi dia pasti tak kemana-mana" balas Jenno, Tiffany pun turun dari mobil nya.
"Pulang lah, jangan tunggu aku" perintah Tiffany.
"Baik nona" Jenno pun meninggalkan nona muda nya itu di rumah Rio, dengan langkah ragu-ragu dan pelan, Tiffany kini berdiri di depan pintu utama rumah itu.
Tok. . . Tok. . . Tok. . .
Ia mengetuknya lirih, dan sambil menunggu sang empu nya rumah membukakan pintu, jantung Tiffany berdebar hebat, wajah nya tegang, tangan nya begitu dingin.
Ceklek
Rio membuka kan pintu rumah nya, untuk sesaat kedua nya saling bertatapan dalam keterkejutan.
"Noona, silakan masuk" sambut Rio ramah, Tiffany sedikit gugup, melangkah memasuki rumah suami nya itu untuk pertama kali nya, ia nampak mengamati design interior rumah itu yang begitu simpel, sambil mengikuti langkah Rio menuju dapur.
"Duduklah noona, aku sedang memasak makan siang, kita makan bersama jika noona lapar" ujar Rio menarik kursi makan untuk Tiffany duduki, ia kemudian melanjutkan menumis sayuran dan daging, sementara sang istri mengamati nya dari belakang, tubuh tinggi tegap itu nampak menggoda, dengan kaki berotot dan berbulu, pantat yang penuh berbalut boxer abu, lengan kekar yang terekspose karena Rio hanya memakai kaos tanpa lengan, terlihat begitu sexy, aura cheff nya sangat kuat, Tiffany berpikir keras, sambil mengepalkan tangan kanan nya diatas meja makan, tentang apa yang akan ia lakukan, apakah ia harus membuang gengsi nya jauh-jauh? Tentu saja, tak tahan lagi, ia pun segera berdiri.
Set
Ia langsung memeluk tubuh Rio dari belakang.
Deg
Pemuda itu terkejut, tangan kanan Tiffany pun dengan sigapnya mematikan kompor, dan berbisik.
"Tak bisakah nanti saja memasaknya?" Tanya Tiffany, tubuh Rio menegang, karena baru kali ini berdekatan dan bersentuhan seintim itu dengan sang istri, wajah nya memucat.
"Aku rindu, dan kamu adalah penawar nya" lanjut Tiffany, jantung Rio rasanya mau copot sekarang, ia tersenyum malu, dan sang istri pun segera memutar tubuh suami nya, mereka saling berhadapan, Tiffany menarik tengkuk Rio dan langsung mencium nya, wajar, karena dia lebih dewasa dan lebih berpengalaman.
Cup
Ia melumat dan mengulum kasar bibir bawah Rio, tangan suami nya itu kini melingkar erat dipinggul Tiffany, dan dengan agresif nya, Tiffany menghisap lidah Rio, yang pasrah, dan sesekali memberi sang istri perlawanan, Tiffany langsung menarik keatas kaos yang Rio kenakan dan melempar nya asal, menarik suami muda nya itu ke meja makan.
"Lakukan sekarang, aku milik mu" ujar Tiffany nakal.
Hap
Rio menaikan pantat istri nya itu keatas meja makan, ciuman mereka berlanjut, kini Rio mulai berani, melucuti baju atas Tiffany, sambil bertukar saliva, Rio meremas kedua payudara istrinya itu.
"Aaakkhh. . . " desah Tiffany, tangan nya bergerak sendiri melepas rok dan celana dalam nya, kini Rio berlutut di hadapan sang istri, yang sudah membuka lebar kedua pahanya, tangan Rio masih sibuk meremas dan memainkan puting Tiffany, wanita itu terus mengusap dan menjambak rambut suami nya.
Cup
Rio mengecup vagina sang istri yang mulai basah, lidah nya terjulur untuk menjilat dan mengusap clitoris Tiffany dengan ujung lidah nya.
"Aaaakkkhh. . . " desah Tiffany lagi, menjambak rambut Rio.
"Akh" pekik nya kala Rio menggigit daging sebesar biji kacang yang sudah mengeras itu, Tiffany yang sudah lama penasaran karena selama ini dia belum pernah bercinta, dan Rio yang masih polos, sama-sama mudah terangsang, mereka terburu-buru untuk segera bercinta, Rio lalu membuka boxer dan celana dalam nya, dan Tiffany terlentang diatas meja dengan kedua pahanya yang terbuka, Rio mengesekan ujung penisnya ke bibir vagina sang istri, yang langsung menggelincang nikmat.
"Rio-yaa . . . " lenguhnya manja, karena ingin sang suami segera memasuki nya, Rio pun mulai mendorong pinggul nya sambil berdiri, kedua tangan nya berpegangan pada kedua payudara sang istri.
Jleb
"Akh" Tiffany mendongak, sedikit memekik kesakitan karena ada benda tumpul yang merobek sesuatu di dalam vagina nya, Rio terus merangsang sang istri lewat payudara nya, menjilat dan mengulum nya, setelah puas baru ia mulai menggerakan pinggul nya maju mundur.
"Aaaakkkkhhh. . . " desah Tiffany berpegangan pada kedua sisi meja makan.
"Oouughh. . . Aaakkkhh. . . Noona. . ." Lenguh Rio nikmat, sambil terus menghujamkan penis nya ke dalam vagina Tiffany.
"Faster oppa. . . . Aaaakkkhh. . ." pekik Tiffany dengan tubuh menegang, dan kedua paha yang menjepit pinggul suami nya.
"Noona. . . Aaaarrrgghhh. . . Ooughh. . . " Rio melenguh sambil mendongak, menyemburkan sperma nya ke dalam vagina sang istri.
Lemas, tentu saja, tapi itu tak mengurangi niat mereka untuk melanjutkan pergumulan di kamar Rio, dengan posisi duduk, karena Rio tak berani mengambil resiko dengan bekas operasi sang istri.
Akhirnya Tiffany menyerah, usahanya selama ini sia-sia, karena Rio lah yang jadi juara nya, memenangkan hati seorang Tiffany yang awal nya selalu menolak keberadaan Rio.
E N D
Masih ada epilog
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Painfull
FanficRio, pemuda lugu, polos, koki di sebuah kedai, yang jatuh cinta pada Tiffany, wanita karir yang usia nya jauh diatas Rio, dan belum bisa move on dari tunangan nya Kim Taeyeon, bagaimana usaha Rio untuk mendapatkan cinta seorang Tiffany Hwang, yang s...