Nyonya Hwang menangis dalam pelukan Rio, Tiffany sendiri berdiri sambil bersandar di tiang lorong rumah sakit, tuan Hwang sendiri sedang dalam perjuangan mempertahankan nyawa nya, yang nyaris melayang untuk kedua kali nya.
Dan kali ini, tuan Hwang koma.
"Aku belum siap ditinggal Rio-yaa, aku tak mau kehilangan oppa" rancau nyonya Hwang dalam dekapan Rio.
"Tidak, nyonya tidak akan kehilangan tuan Hwang, beliau pasti bertahan" hibur Rio, memang, kasus Taeyeon mampu memberi jarak yang begitu jauh antara Tiffany dengan kedua orang tua nya.
Nyonya Hwang mengusap air matanya, ia melirik sang putri, kemudian melepas pelukan nya pada Rio dan menghampiri Tiffany.
"Perusahaan aku kembalikan pada Rio, dia bukan orang lain lagi sekarang, tapi dia calon menantu ku, dan eomma jauh lebih berkuasa dari kamu" dingin nyonya Hwang pada Tiffany, yang hanya menunduk, merasa takut pada sang eomma, nyonya Hwang kembali pada Rio dan duduk disamping nya.
"Mulai sekarang, jangan panggil kami nyonya dan tuan, tapi appa dan eomma, ne" pinta Nyonya Hwang.
"N-ne e-eomma" gugup Rio, dan nyonya Hwang pun menepuk-nepuk tangan kanan Rio.
"Tolong, mulai besok, bereskan kekacauan di kantor appa mu, perusahaan itu di mulai dengan tetesan darah dan keringat nya dari semenjak ia masih muda, jadi keberlangsungan nya sangat berarti untuk appa mu" mohon Hwang eomma.
Dan keesokan hari nya, setelah mengantar eomma Hwang pulang, Rio ke kantor Hwang Building, ia membatalkan semua kerja sama yang Tiffany sepakati, serta membatalkan pengiriman tembakau ke pabrik-pabrik rokok, dan menjual murah tembakau nya ke pabrik kecil, karena kwalitasnya yang rendah, meski rugi, setidaknya, perusahaan masih bisa terselamatkan.
Rio, dibantu Jenno dan Sungjae benar-benar pontang-panting untuk mengembalikan keadaan perusahaan seperti semula, meski tak bisa instan, tapi mereka sudah berusaha untuk tak membuat perusahaan limbung, dan yang paling sulit adalah mengembalikan kepercayaan pabrik, Rio harus bisa meyakinkan mereka kembali.
Badan Rio begitu lelah, ia sampai tak tahu mengenai perkembangan tuan Hwang, setiba di rumah sakit, ia hanya akan menjemput pulang eomma Hwang, karena tak ada fasilitas ruang tunggu bagi pasien ICU yang koma.
"Eomma sudah siap?" Tanya Rio begitu melihat nyonya Hwang sudah berdiri menyambut nya dilorong ruang ICU, wanita itu tersenyum hangat menyambut calon menantu nya.
"Ayo, kita temui appa dulu" ajak nyonya Hwang, Rio pun menurut kala wanita paruh baya itu menggandeng tangan nya, ia tak curiga, dan terus melangkah dengan tubuh lelah nya.
"Anak ku" sambut tuan Hwang, begitu Rio memasuki ruangan rawat tuan Hwang.
"Tuan" kaget Rio tak menyangka, ia nyaris menangis karena sahabat nya itu sudah terbangun dari koma rupanya.
"Kamu memanggilku apa tadi?" Protes tuan Hwang dengan memasang wajah pura-pura marah nya.
"Appa" panggil Rio malu-malu, tuan Hwang pun membentangkan kedua tangan nya, dan Rio pun langsung menghambur ke pelukan nya.
"Aku lega, appa sudah siuman" Rio menggenggam tangan kanan tuan Hwang.
"Maafkan appa yang merepotkan mu" sesal tuan Hwang.
"Jangan bilang begitu appa, bukan kah kewajiban seorang anak untuk membantu orang tua nya" ujar Rio yang langsung mendapat elusan dikepalanya dari nyonya Hwang.
Ceklek
"Appa" Tiffany yang panik tiba-tiba membuka pintu ruang perawatan sang ayah.
"Tiffany kemarilah sayang" panggil tuan Hwang seolah lupa dengan kemarahan nya pada sang putri, Rio menoleh kearah wanita yang baru saja datang itu, ia lalu berdiri untuk memberi ruang bagi putri semata wayang keluarga Hwang itu, tapi tuan Hwang menahan tangan Rio, ia terkejut menatap wajah tuan Hwang yang malah tersenyum hangat pada nya, pria paruh baya itu kemudian menarik tangan kiri Rio, dan tangan kanan Tiffany, lalu menyatukan nya diatas pangkuan tuan Hwang yang tertutup selimut.
Deg
Rio yang belum pernah melakukan skinship dengan wanita manapun kecuali Rose yang ia anggap sudah seperti dongsaeng nya itu pun merasa gugup, salah tingkah, dan tangan nya berubah dingin, tapi tidak dengan Tiffany, ia acuh saja.
"Seminggu lagi, kalian akan ku nikahkan" tutur tuan Hwang, Tiffany dan Rio pun terhenyak, saking kagetnya, Rio hendak menarik tangan nya, tapi tuan Hwang menahan nya.
"Jangan lupa, hubungi teman, atau saudara terdekat mu ne" senyum nya pada Rio.
"Mulai besok, antar dan jemputlah calon istri mu, agar interaksi kalian tidak kaku nanti" kekeh tuan Hwang, wajah Rio langsung merona.
Dan pagi nya, mereka pun berangkat ke kantor bersama, Rio yang membawa mobil Tiffany, dalam perjalanan tak ada obrolan yang tercipta, Rio yang gugup, dan malu, serta Tiffany yang marah dan benci pada calon suami nya.
Bagi pria seperti Rio, begitu ia di jodohkan dengan Tiffany, ia langsung berdebar setiap berada di dekat wanita dingin itu, dan mulai memperhatikan Tiffany, menatap wajah samping wanita itu kala mobil mereka berhenti di lampu merah.
"Semoga Rio baik-baik saja, bersama nona Tiffany" kekeh Sungjae mengejek Rio, ia dan Jenno mengikuti mobil yang ditumpangi calon pengantin itu dari belakang.
"Andai aku yang disana, di menit pertama, aku pasti sudah menyerah" jujur Jenno, Sungjae terbahak.
"Rio, antara untung dan apes, dia berada di dua posisi itu sekarang" gumam Sungjae.
"Tapi, mudah-mudahan setelah mereka menikah nanti, nona Tiffany akan berubah menjadi lebih lembut" harap Jenno.
"Yaa, semoga Rio mampu melunakan hati nona Tiffany" balas Sungjae.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Painfull
FanfictionRio, pemuda lugu, polos, koki di sebuah kedai, yang jatuh cinta pada Tiffany, wanita karir yang usia nya jauh diatas Rio, dan belum bisa move on dari tunangan nya Kim Taeyeon, bagaimana usaha Rio untuk mendapatkan cinta seorang Tiffany Hwang, yang s...