12. Curiga

1.2K 223 17
                                    

Rio telah sampai di rumah tuan Hwang, ia sudah duduk manis di meja makan bersama tuan rumah, dan tinggal menunggu Tiffany untuk sarapan bersama, dan wanita itu pun akhir nya keluar dari dalam kamar nya.

Rio telah sampai di rumah tuan Hwang, ia sudah duduk manis di meja makan bersama tuan rumah, dan tinggal menunggu Tiffany untuk sarapan bersama, dan wanita itu pun akhir nya keluar dari dalam kamar nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rio tertegun, ia terus memperhatikan wanita itu sampai di meja makan.



"Appa, eomma, aku tak sempat sarapan, hari ini sidang pertama gugatan ku akan di gelar" pamit nya.




"Tapi sayang, makan lah dulu, setidaknya isi perut mu, agar bisa fokus dalam menjalani sidang nanti" tegur sang eomma.




"Nanti saja eomma, aku buru-buru" Tiffany langsung keluar begitu saja, dan mengabaikan Rio, ia memang selalu menganggap Rio tidak pernah ada, sementara sang eomma menampakan raut wajah kecewa nya.




"Kamu siapkan saja di kotak makanan yeobo, biar Rio yang mengantar ke kantor nya nanti" ide tuan Hwang, eomma Hwang pun lantas menuruti ide sang suami.




Dan Rio pun berangkat ke kantor bersama tuan Hwang.




"Jenno-yaa, kita ke kantor Tiffany dulu ne" perintah tuan Hwang pada supir yang mengemudi di temani Mark sang bodyguard.





"Siap tuan" balas Jenno, mobil pun melaju dengan mulus ke tempat tujuan, dan sesampai nya di kantor Tiffany, wanita itu tampak keluar dari lobby.





"Rio, tolong berikan sarapan ini untuk Tiffany" pinta tuan Hwang pada Rio





"Baik tuan" Rio pun segera turun dari mobil dan bergegas menyusul Tiffany yang nampak sedang terburu-buru.




"Noona, noona" panggil Rio, yang dipanggil pun menghentikan langkah nya.




"Apa lagi? Aku sedang terburu-buru" Ketus Tiffany memutar malas kedua matanya, ia tertinggal oleh team nya ke pengadilan.



"Ini sarapan mu noona" Rio mengulurkan kotak makanan titipan nyonya Hwang.




"Aku tak ada waktu untuk memakan nya" tolak Tiffany, ia pun membuka pintu mobil nya.




"Tapi noona, nyonya sudah. . ."




Prank




Tiffany menampik kasar kotak makanan yang coba Rio sodorkan kembali pada nya, sampai isi nya tumpah semua.



"Jangan bawa-bawa nama eomma, aku tahu niat busukmu" tuduh Tiffany geram, ia memang tak percaya pada Rio, karena menurut Tiffany, aneh ada seorang pria muda, mau bersahabat baik dengan orang tua seumuran ayah nya jika bukan karena memiliki niat buruk.




"Aku sudah sangat terlambat, dan kamu membuatku semakin kehilangan banyak waktu!" Hardik Tiffany emosi, ia lalu meninggalkan Rio dan mengendarai mobil nya dengan kecepatan tinggi, Tiffany tidak mengetahui, jika sang ayah memperhatikan nya sedari tadi, dari dalam mobil nya, ia hanya bisa menghela nafas dengan sikap sang putri, tentu ada kekecewaan di hati nya, melihat usaha sang istri ditampik sang putri, meski ia tak tahu isi pembicaraan nya dengan Rio, pemuda itu nampak memungut kotak makanan tadi dan membersihkan nya dari sisa makanan yang tumpah, lalu menyembunyikan di dalam jas nya, dan kembali ke dalam mobil, ia melihat tuan Hwang begitu serius menatap layar tablet ditangan kiri nya, membaca berita perkembangan pasar saham dan tentang ekonomi dunia.




"Sudah?" Tanya tuan Hwang melirik wajah Rio dari kacamata baca nya, Rio mengangguk.




"Kenapa lama sekali?" Tanya tuan Hwang pura-pura tak tahu kejadian yang sebenar nya.



"Tadi noona meminta saya untuk menemani nya sarapan tuan" bohong Rio, tuan Hwang pun tersenyum, sambil mengangguk-angguk paham.



"Baiklah, kita ke kantor sekarang" ujar nya, Rio pun lantas menutup pintu mobil dan Jenno pun melajukan mobilnya kembali menuju kantor Hwang building.



Tak ada aktivitas berarti yang dilakukan oleh tuan Hwang, selain berkutat dengan kertas dan pena di dalam ruangan nya, sementara Rio ia suruh untuk ke gudang bertemu dengan petani lokal yang menawarkan tembakau nya, yaa, Rio sudah bisa melakukan apa yang tuan Hwang interuksikan, karena kepandaian nya dalam menangkap ilmu yang tuan Hwang berikan.



Sementara tuan Hwang sendiri, ia hanya sebentar fokus pada pekerjaan nya, karena setelah itu, pikiran nya sibuk berkutat pada sang putri, Tiffany, ia kecewa karena jika sudah berurusan dengan masalah Taeyeon, tabiat buruk Tiffany akan keluar semua, sifat mudah marah dan tak pekanya pada orang di sekitar, dan keegoisan nya telah menyakiti hati tuan dan nyonya Hwang secara tidak langsung, sang ayah ingin, agar putrinya bisa segera mengikhlaskan kepergian tunangan nya yang sudah tiga tahun berlalu.

Menjelang sore, Rio baru kembali dari gudang, bersama Jenno, Mark di kantor menemani tuan Hwang bersama Sungjae.





Tok. . . Tok. . . Tok. . .



Sungjae pun membuka kan pintu ruangan tuan Hwang, dan masuklah Rio bersama Jenno.




"Selamat sore tuan" sapa Rio.




"Oh, sore Rio, duduklah" balas tuan Hwang, Rio pun masuk, lalu duduk di hadapan tuan nya itu bersama Jenno.


"Jadi?" Tanya tuan Hwang.




"Kami menolak tembakau dari tuan Lee, karena ternyata daun nya bergrade H semua, tuan" lapor Rio, tuan Hwang melirik Jenno.



"Benar tuan, tembaku grade A dan yang lain, sudah ia berikan pada perusahaan asing" imbuh Jenno.



"Blacklist saja dia, kita ini bukan suplayer tembakau sembarangan, sudah tiga kali ini dia menawarkan tembakau grade H pada kita, apa dia ingin merusak nama baik yang sudah ku bangun selama puluhan tahun? Setiap menghubungi mengatakan tembakau nya bergrade A, tapi setelah di chek, paling bagus bergrade D" dengus tuan Hwang marah, mungkin karena memikirkan sang putri, di tambah, merasa di bohongi oleh orang yang menawarinya tembakau, membuat emosi tuan Hwang jadi mudah tersulut, untuk pertama kalinya, Jenno, Rio dan Sungjae melihat tuan Hwang marah, Mark tak disana, karena ia bodyguard, jadi tugas nya diluar ruangan tuan Hwang.



Rio memberi kode pada Jenno dan Sungjae untuk keluar ruangan, guna memberi waktu untuk tuan Hwang meredakan amarah nya.






#TBC

















Love Is PainfullTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang