Revan POV
"Kamu siapa?" aku nanya pada sosok wanita yang tengah duduk di bawah air terjun dengan pesona sangat indah, serta memikat hati untuk berlama-lama di tempat ini.
"Kamu ngapain di sana? mendekatlah," jawabnya seraya memintaku untuk segera menemuinya.
Kulangkahkan kedua kaki seraya mendekat dan menuju arah sungai berbatu di pinggir air terjun dengan berjuta pesona tersebut. Sesekali aku melirik ke arah wanita yang mengenakan pakaian hijau muda dan berambut panjang terikat rapi tali rafia.
Rasa penasaran menghujani diriku, seolah tak ingin beranjak dari tempat paling menawan selama aku hidup di dunia. Wanita yang tak kukenali seketika menyeret langkah dan duduk bersanding bersamanya sambil menatap air terjun.
Tiba-tiba perasaan ini tak terkendali setelah melihat kecantikan sosok wanita berambut panjang sedikit kecokelatan itu. Dengan sigap, aku menyodorkan tangan kanan untuk berkenalan dengannya.
"Hai, nama kamu siapa?" aku nanya dengan nada suara sedikit mengayun.
"A—aku, Mira," ia menjawab dengan rasa sedikit malu-malu. Seketika ia melepaskan genggaman tanganku dan kembali membuang tatapan.
Kala itu, aku kehabisan kata-kata untuk memulai sebuah pertanyaan lagi padanya. Sepanjang aku mengenal banyak wanita, tak pernah melihat sosok sangat anggun dan secantik ia.
Paras yang tak bosan dipandang, membuatku betah berlama-lama di tempat ini. Ketika aku turun dari atas batu dan hendak menuju air terjun itu, tiba-tiba ia mengikutiku dari arah belakang.
"Tunggu! jangan ke sana!" teriaknya. Aku pun berhenti berjalan seketika.
Kutoleh ke arahnya, dan ingin bertanya mengapa ia melarangku untuk pergi menemui lubang hitam pekat yang ada di balik air terjun itu.
"Kenapa? di sana terlihat indah sekali," tukasku seraya menatap kedua bola matanya tajam.
"Jangan, kamu tidak boleh ke sana. Aku tak ingin kamu terluka," pungkasnya.
Aku terkejut dengan gelagat anehnya, akan tetapi benak ini tak mau menuruti apa kata gadis berambut panjang yang ada di belakang.
Tetap berjalan sedikit demi sedikit menyeret air yang hanya dua jengkal dari telapak kaki. Aku merasa bahwa sungai yang ada di sekitar air terjun ini masih dangkal, dan dapat dijangkau dengan tapak manusia.
Yang membuatku merasa aneh adalah, ketika kedua mata menoleh ke arah belakang dan ingin mengajak wanita tersebut, rupanya ia sudah menghilang begitu saja.
Membulatkan mata girang sambil mengeryitkan kedua alis. Kini, aku telah sendirian. Akan tetapi, tubuh sangat enggan untuk memutar balik. Dari pandangan kedua bola mata, aku sangat penasaran akan goa di balik air terjun itu.
Kemudian, aku kembali melangkah sambil melirik arus sungai. Air yang mengalir deras setiap satu jengkal ke depan, membuatku bergetar ketika berada di tengah pusaran sungai.
Sedikit demi sedikit, akhirnya aku sampai di lokasi yang sedari tadi menjadi pusat tujuan. Namun, naas. Ketika aku sampai di depan lubang hitam yang ada di balik air terjun itu, sontak libasan air berwarna kehijauan menarik tubuhku ke dasar sungai.
"Tolong ...," teriakku di seperempat tubuh yang mulai tenggelam.
"Tolong ...."
Teriakan itu sia-sia, karena tak ada satu orang pun yang mendengar. Aku masih merasakan putaran arus air sungai tepat di bawah air terjun itu.
Lalu, kedua bola mata tak mampu terbuka karena libasan arus sungai merajalela. Kehabisan napas membuat rongga hidung penuh dengan air yang sangat perih, tangan tak mampu meraih permukaan untuk mendapatkan udara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Air Terjun Pengantin
Mistério / SuspenseAwalnya, aku tak pernah percaya dengan adanya makhluk halus. Kehidupan yang berada dalam dimensi lain, atau alam gaib. Siapa sangka, sejak wanita bergaun hijau muda itu hadir dalam mimpi burukku. Ia seakan membawa tubuh ini untuk menemuinya di sebu...