Bagian 4

1.5K 195 5
                                    

Matahari pagi yang cukup panas membuat kulit Sakura terbakar. Sakura menatap sekitarnya dan memutuskan untuk menunggu bus.

30 menit yang lalu, Sakura sudah masuk kedalam mobil bersama dengan supir pribadinya untuk menuju sekolah.

Namun telepon dari ayahnya membuat semua supir seakan mati, mereka mematuhi perintah Kizashi untuk membiarkan Sakura tetap di rumah.

Hukuman yang membuat Sakura senang kalau seandainya hanya dia dan ayahnya yang berada di rumah. Namun saudari tirinya masih sarapan dan Sakura yakin akan mendapatkan ceramah dari ibu barunya.

"Hai, kak." Sakura langsung menolehkan pandangannya, dia terkejut melihat Karin ada disebelahnya dan tersenyum kearahnya.

"Ini halte bus. Apa yang kau lakukan?" Merasa tidak nyaman Karin melihatnya dengan tatapan yang kasihan, Sakura ingin mengusirnya.

"Aku tahu Ayah membuat supir pribadi kakak tidak ingin mengantar. Karena itulah aku ingin menemani kakak disini." Sakura menatap wajah Karin yang terlihat tulus.

"Tidak perlu membuang waktumu untukku." Karin menggeleng cepat dan memegang tangan kakaknya.

"Tidak peduli apapun. Aku akan menunggu bus bersama dengan kakak." Karin berucap dengan yakin sambil tersenyum lebar.

'Ting'

Bunyi pesan singkat di handphone nya membuat Sakura langsung melihat apakah ada seseorang yang mengiriminya pesan.

Paman Fugaku : paman melihatmu disana bersama dengan Karin. Ingin ku-antar?

Sakura langsung melihat sekelilingnya dan tersenyum ketika seseorang didalam mobil melambaikan tangannya.

"Kau ingin menunggu bus? Aku akan diantar dan aku harus pergi sekarang."

Karin terlihat terkejut ketika mendengarnya. "Diantar?"

"Mau ikut?"

Karin terlihat bingung, dia ingin menghabiskan waktu untuk berbicara dan menghibur kakaknya, namun sebelum sempat berbicara banyak, sudah ada orang yang menjemputnya.

Melihat Karin terdiam, sepertinya gadis itu menolak. Sakura berjalan pergi namun Karin mengikutinya dari belakang.

"Ka- Kakak, aku ikut." Karin mengikuti Sakura pergi meskipun sebenarnya dia tidak senang.

Sesampainya di mobil, Sakura duduk didepan dan Karin dibelakang. Fugaku memastikan Sakura memakai sabuk pengaman, kemudian menyalakan mobilnya setelah melihat Sakura dan Karin memakai sabuk pengaman mereka.

"Kebetulan yang pas sekali, paman Fugaku." Sakura merasa lega, matahari yang menyengat membuat kulitnya terbakar, syukurlah ada Fugaku yang membawanya masuk kedalam mobil untuk diantar.

"Ayahmu meneleponku. Dia memastikan kau aman sampai ke sekolah. Kebetulan aku ada disekitar sini, jadi aku mengantarmu." Sakura mengangguk paham mendengar hal tersebut.

"Apakah kau bertengkar dengan Ayahmu? Nada bicaranya marah, namun demi putri kesayangannya dia menelepon diriku dan meminta kepadaku untuk membawamu sampai disekolah dengan selamat."

"Ah, bukan begitu, paman. Aku hanya.., hanya pertengkaran kecil."

Merasa diacuhkan didalam mobil, Karin mengerucutkan bibirnya mendengarkan obrolan Sakura dan Fugaku yang begitu akrab.

"Paman, apakah paman kenalan Ayahku? Maksudku, paman begitu akrab, apakah paman adalah pamannya Sakura? Atau sahabat Ayahku?" Mendengar pertanyaan Karin yang tiba-tiba, Fugaku menatapnya dan tersenyum.

"Kami sahabat sejak Sakura kecil. Ceritanya panjang, tidak mungkin aku ceritakan kepada orang baru yang tidak tahu apa-apa." Mendapatkan balasan yang kurang memuaskan dari Fugaku, Karin mendengus kesal.

Mendengarnya, Sakura tersenyum tipis, dia senang ada seseorang yang memiliki pemikiran sama dengannya. Sakura juga tidak menyukai Karin, namun dia tidak ingin melukai perasaannya untuk kesalahan yang diperbuat ibunya.

"Baiklah. Sudah sampai, selamat menikmati hari kalian." Fugaku tersenyum manis sambil memakir mobilnya di pinggiran.

"Terima kasih tumpangannya, paman." Sakura memeluk Fugaku dengan erat sambil tersenyum lebar.

"Sama-sama."

"Terima kasih paman." Karin berwajah datar dan mengatakan terima kasih tanpa ada niat untuk dijawab. Dia merasa sakit hati diabaikan dan mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari Fugaku.

Sama halnya dengan Karin, Fugaku langsung bergegas pergi meskipun dia sempat menganggukkan kepalanya. Dia merasa tidak enak melihat kesedihan Sakura setelah pernikahan ayahnya dengan wanita lain.

.
.
.

Dalam perjalanan menuju kelas, Sakura berpapasan dengan teman-temannya yang menatapnya seakan-akan Sakura adalah murid baru yang mencolok.

"Selamat atas pernikahan Ayah dan Ibu barumu. Bagaimana keadaan rumahmu sekarang? Dan bagaimana rasanya memiliki saudari tiri?" Gadis-gadis mulai mengerubungi Sakura dan Karin yang datang.

"Tidak buruk, kok."

Gadis-gadis yang mengobrol mulai datang dan membicarakan hal yang tidak seharusnya mereka urusi. Mereka bahkan mengganggu Karin dengan perkataan yang jahat.

"Hei, Karin, kau suka dengan kakakmu yang cerewet ini? Kudengar kalian tidak bertemu ketika pernikahan orang tua kalian."

Semakin dibiarkan, orang-orang semakin membuat Sakura dan Karin menjadi marah. Mereka tidak menyangka akan mendapatkan nyinyiran dari anak-anak sekolah hanya karena pernikahan kedua orang tua mereka.

"Sudah cukup." Sakura berbisik, dan semua orang mendengarnya, namun tidak ada satupun dari mereka yang berniat menghentikan ucapan mereka.

Gadis-gadis semakin berisik, bahkan ucapan tidak masuk akal mulai terdengar dari mulut tajam mereka.

"Apakah kau memanggil nama Ibu dengan manja? Tentu saja kau akan melakukannya, kau menyukai ibu tirimu, kan?" Sakura menghela nafas lelah dan tersenyum tipis.

"Ngomong-ngomong, bagaimana keadaan Ayahmu di rumah selingkuhannya?" Sakura membalasnya dengan senyuman, namun respon gadis-gadis disana terkejut bukan main.

"Sakura!"

"Sudah kubilang cukup. Kau tidak dengar? Memang asik membicarakan aib orang, namun kau harus sadar bahwa dirimu penuh aib." Sakura tersenyum tipis dan melangkahkan kakinya pergi. 

"Kakak." Karin mengikuti Sakura dengan senyuman tipis. Dia merasa terlindungi ketika Sakura membungkam mulut pedas mereka.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

New relationship✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang