Sudah 5 menit semenjak Sakura datang ke kafe dan memeriksa handphonenya. Dia terus berkomunikasi dengan handphone nya untuk memastikan Sasuke datang dan melihatnya ada disana.
'Tuk'
Sakura terkejut ketika seseorang menusuk lesung pipinya, orang itu adalah Sasuke. Sahabatnya yang sudah lama dia tunggu-tunggu.
"Sasuke-kun, kau datang? Duduklah, pesanannya akan segera datang."
Sasuke tersenyum dan duduk dengan santai, pemuda itu menatap wajah cantik Sakura tidak berubah semenjak 5 tahun yang lalu.
"Bagaimana kabarmu?" Sakura memulai obrolan santai mereka ketika secangkir teh sudah datang untuk menemani pembicaraan mereka.
"Aku baik-baik saja. Semua sudah berjalan sesuai rencana ku." Sakura mengangguk pelan, wajahnya sedikit memerah ketika melihat Sasuke yang semakin tampan.
"Ah, ngomong-ngomong, kau akan bersekolah dimana? tahun ini kau akan kuliah di universitas mana?" Sasuke menggeleng pelan dan tersenyum manis.
"Kau lupa. Aku lebih tua dari yang kau bayangkan." Sasuke tersenyum dan mengacak-acak rambut Sakura gemas.
"Ah, iya, aku minta maaf." Sakura terkekeh geli.
"Kau akan bekerja dimana?"
"Tentu saja di perusahaan Ayah. Dimana lagi?"
"Bagaimana denganmu?" Sakura menaikkan alisnya tidak mengerti.
"Huh?"
"Kau sedang merasa butuh teman curhatan, kan?" Sakura mengangguk pelan, dia ragu ingin menceritakan semua masalahnya ketika Sasuke baru saja pulang.
"Nanti saja. Kau harus istirahat dan memulai besok dengan pagi yang indah. Aku tidak ingin membebani pikiranmu." Sakura membuat pemuda Uchiha itu mengangguk.
"Setelah semua ini apa yang akan kau lakukan?" Sasuke meneguk sisa teh yang ada dimeja dan bersiap pulang.
"Aku? Kurasa hanya mendengarkan musik dan tidur. Aku begitu malas untuk keluar kamar dan melihat wajah-wajah yang ku benci." Sasuke terlihat khawatir ketika Sakura langsung berubah murung.
Sasuke berdiri dan melebarkan tangannya untuk memeluk Sakura. "Lupakanlah masalahmu untuk sekarang, ada aku yang siap menjadi teman curhatan untukmu."
Sakura tersenyum manis dan mendarat di pelukan hangat Sasuke, Sakura sangat senang ketika Sasuke kembali. Satu-satunya orang yang menghibur dirinya ketika ada masalah didalam rumah, satu-satunya orang yang siap mendengarkan curhatan Sakura tanpa lelah.
Namun 5 tahun yang lalu Sasuke berangkat keluar negeri untuk sekolah. Sakura merasa kehilangan sosok sahabat yang selalu ada disisinya, namun sekarang tidak lagi. Karena sahabatnya sudah kembali dan akan selalu bersamanya seperti dulu.
.
.
.Sakura pulang kerumah pukul 10 malam. Sakura tidak menyangka didepan pintu rumah Ibu tirinya menunggu dengan tangan terlipat seakan-akan dia marah.
Sakura menatapnya penuh curiga, Sakura tidak ingin masalah baru muncul, Sakura langsung menerobos masuk namun Ibu tirinya mencegah.
"Ini pukul sepuluh malam. Kemana saja kamu?" Sakura merasa risih mendapatkan perlakuan seperti itu dari Kushina, seakan-akan dia berusaha menjadi ibu yang baik.
"Aku hanya bersama teman."
Kushina tersenyum tipis, "Ibu hanya ingin agar kamu baik-baik saja. Tidak ada maksud lain." Setelah berkata seperti itu, Kushina membukakan pintu untuk Sakura.
"A- Apakah Ayah sudah tidur?" Tanya Sakura ketika melewati kamar ayahnya yang tidak memiliki cahaya sedikitpun.
"Ya, Kizashi bilang akan tidur lebih dulu karena dia lelah. Aku bilang kepadanya bahwa kau sudah tidur, karena itu Kizashi tidak khawatir."
Sakura ingin berterimakasih, namun sisi ego-nya membuat Sakura merasa dia tidak perlu mengatakan apapun.
"Kalau begitu aku tidur dulu." Kushina tersenyum manis dan mengangguk kearah Sakura.
"Selamat malam."
Sakura hanya mengangguk kemudian masuk kedalam kamarnya. Sakura sempat terkejut ketika tidak melihat Karin ada dikamar nya.
Sakura melihat ada sepucuk surat di meja belajarnya. Surat tersebut dari Karin, Sakura cukup malas untuk membukanya, namun rasa penasarannya membuat Sakura sempat ragu-ragu.
***
-Untuk kejadian tadi aku benar-benar menyesal, kak.
-Aku minta maaf untuk apa yang telah kulakukan, aku tidak bermaksud mencampuri urusan pribadi kakak.
-Aku hanya ingin agar kakak bercerita tentang apa yang kakak lakukan, maaf kalau aku membuat kakak merasa tidak nyaman.
-Aku hanya ingin agar kita akrab, aku bersumpah tidak akan bertanya dan mencampuri urusan kakak lagi.
-Aku minta maaf.
-Adik.
***
Sakura tersenyum tipis ketika dia telah selesai membacanya.
"Ah, hanya ingin akrab?"
Sakura terdiam selama beberapa saat, Sakura merasa bersalah sudah membuatnya ketakutan tadi.
Namun Sakura tidak habis pikir, bagaimana cara dia ingin akrab dengannya seakan tidak tahu diri. Karin mengancamnya yang membuat Sakura darah tinggi, namun sekarang luluh dengan mudahnya hanya karena sepucuk surat.
Sakura merasa emosinya sudah hilang. Seakan-akan Sakura adalah manusia yang tidak memiliki perasaan, Sakura terkekeh ketika mengingat-ingat kejadian baru-baru ini.
Dia bertingkah banyak, marah, sedih, kecewa, senang, dan semua perasaannya campur aduk.
"Apa-apaan yang kurasakan, aku harus bagaimana? Ketika Ibu Kushina menasehati aku atau bersikap baik kepadaku, aku harus berekspresi bagaimana?!" Sakura frustasi dengan dirinya sendiri.
Dengan kesal Sakura melempar bantal-bantal dan mengobrak-abrik kasurnya sendiri. Merasa kurang enak badan setelah menghabiskan waktunya dengan percuma, Sakura memutuskan untuk mandi dan tidur.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
New relationship✓
FanfictionBagaimana perasaan kalian ketika orang tua kalian bercerai dan tiba-tiba saja kalian harus menghadiri pernikahan Ayah kalian? Sakura Haruno, seorang gadis berusia 18 Tahun yang berusaha menerima situasi mendadak didalam kehidupannya. Wanita lain y...