Sakura membuka pintu kamarnya dalam keadaan rapi. Dia tersenyum menyambut pagi namun senyumannya langsung hilang ketika melihat ayahnya sedang menyuapi istri barunya.
"Pagi-pagi begini...," Sakura merasa sial melihat pemandangan mesra dihadapannya itu.
"Sudah, abaikan saja, kak." Sakura menoleh dan mendapati ada Karin yang berada disebelahnya dengan senyuman manis.
Mengingat kejadian kemarin, Sakura membalasnya dengan senyuman dan melupakan semua yang terjadi, meskipun Karin terlihat menjengkelkan, perlahan itu semua menjadi manis di mata Sakura.
"Selamat pagi." Sakura berdiri didepan ayah dan ibunya dengan tangan yang memegang tas sekolah.
"Ah, selamat pagi Sakura." Pemandangan mesra dihadapannya langsung hilang ketika mereka sadar kedua anak mereka ada disana dan menonton.
"Buahnya enak, Ayah?" Karin tersenyum manis yang membuat Kizashi tersedak.
"I- Iya, enak."
Sakura sempat tersenyum melihat kebahagiaan kecil yang ada dihadapannya, Sakura menggeleng pelan dan berusaha mengembalikan wajah datarnya.
"Aku berangkat dulu, Ayah." Sakura mengambil satu buah pisang dan memasukkannya kedalam tas sekolahnya.
"Saku, kau tidak sarapan bersama dengan kami?" Kushina berusaha sebaik mungkin agar Sakura menganggapnya sebagai ibu, namun Sakura bersikap seperti biasanya.
Tidak, kali ini Sakura berusaha untuk tidak menjadi anak nakal yang keras kepala. Sakura tersenyum dan berkata, "Tidak, terima kasih. Aku harus pergi lebih awal karena aku ada janji dengan temanku."
Mengatakannya sambil tersenyum membuat Sakura menjadi pusat perhatian didalam keluarganya sendiri.
"A- Ah, baiklah. Saku mau bekal?" Sakura menggeleng pelan dan tersenyum.
"Tidak, terima kasih." Sakura benar-benar berusaha untuk berubah, namun perubahan sikapnya tidak main-main yang membuat semua orang terkejut dan membelalakkan matanya.
"Baiklah, aku harus pergi. Karin, kau mau ikut denganku?" Karin mengangguk pelan dan membawa tas sekolahnya.
"Sampai jumpa." Kushina bersuara lemas, dia tidak menyangka akan perubahan sikap Sakura secara mendadak.
.
.
.Didalam mobil yang hening, Karin bingung harus memulai obrolan bagaimana. Sakura hanya acuh sambil memakan pisang yang dia simpan di tas sekolahnya.
Sementara Karin sibuk mencari pembahasan untuk mencairkan suasana yang menurutnya kurang bagus. "Kakak masih marah kepadaku?"
Sakura menatapnya sejenak dan menggeleng. "Tidak."
"Ah, syukurlah, aku pikir kakak masih marah kepadaku." Karin tersenyum lebar, dia senang ketika Sakura menatapnya seperti biasanya.
"Ngomong-ngomong, kak. Aku ingin meminta pendapat kakak." Karin ingin lebih terbuka tentang kehidupannya kepada Sakura agar Sakura melakukan hal yang sama.
"Pendapat mengenai apa?"
"Aku dekat dengan seorang pria. Maksudku, kami memulai pdkt beberapa waktu ini. Besok aku ingin kencan dengannya, bagaimana kalau kakak menemuinya dan memberikan pendapat kakak?"
Sebagai contoh, Karin ingin meminta saran dan pendapat tentang lelaki yang dekat kepadanya agar Sakura merasa bahwa mereka dapat terbuka seperti layaknya saudari.
"Pria? Sepertinya terlalu dini untukmu." Komentar Sakura membuat Karin sedikit kesal, namun dia tidak kehabisan akal.
"Kudengar dia sering ke club. Aku ingin kakak membantuku untuk melihat apakah dia baik atau tidak." Sakura terlihat tertarik, Sakura terdiam sesaat dan berpikir apakah dia akan terlibat dalam kisah cinta adik tirinya itu.
"Baiklah, sepulang sekolah di restoran Chinese food, setuju?" Karin mengangguk setuju dan tersenyum senang.
"Terima kasih, kak."
.
.
.Di rumah, Kushina dan Kizashi makan siang berdua dengan tema Korean food. Ditemani secangkir teh yang membuat suasana semakin romantis, Kushina dan Kizashi seakan masuk kedalam dunia mereka sendiri.
"Kizashi-kun, apakah kemarin kau membicarakan tentang sikap Sakura? Sampai-sampai dia langsung berubah seperti itu?" Kushina masih terkejut dengan apa yang terjadi.
"Tidak. Aku tidak mengatakan apapun. Lagipula, baguslah Sakura bisa menerima perubahan ini. Tidak mungkin dia akan terus marah dan membuat satu keluarga menjadi tidak nyaman karenanya."
"Kau adalah ayahnya, harusnya meskipun Sakura membangkang ataupun berubah, kau tetap menasehatinya dan membimbing Sakura kejalan yang benar." Kushina tersenyum lembut sambil mengingat-ingat bagaimana Sakura terlihat membencinya ketika mereka awal-awal baru saja bertemu.
"Sakura bukan anak yang keras kepala. Aku mengenalnya dengan sangat baik. Sakura adalah anak yang berpikir dewasa, Sakura menjalani kehidupannya sedikit berbeda dengan anak-anak yang lain. Mungkin karena dia tumbuh dengan rasa ingin mengembalikan hubunganku dengan Mebuki." Jelas Kizashi sambil memandangi makanannya.
"Mungkin karena itulah, dia tidak bertingkah seperti anak-anak yang lain. Seperti yang kutahu, anak-anak lain akan marah dan bersikap kekanak-kanakan, tapi Sakura tidak melakukannya. Dia hanya menatapku dengan wajahnya yang datar dan sikapnya yang seperti robot." Kushina dan Kizashi terkekeh.
"Senang sekali melihat Sakura berusaha menjalani kehidupannya dengan berbaur bersama kita." Kushina menambahkan.
"Ah, sudah-sudah. Makanannya hampir dingin." Kizashi dan Kushina melanjutkan makan siang mereka sambil membicarakan hal lain.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
New relationship✓
FanfictionBagaimana perasaan kalian ketika orang tua kalian bercerai dan tiba-tiba saja kalian harus menghadiri pernikahan Ayah kalian? Sakura Haruno, seorang gadis berusia 18 Tahun yang berusaha menerima situasi mendadak didalam kehidupannya. Wanita lain y...