thirteen

1.2K 208 47
                                        

Pak Seungwoo sadar waktu hari menjelang sore dan Seungyoun udah nggak seaktif biasanya. Kalau biasanya Seungyoun itu ibarat anak TK yang kalau bukan gerakannya yang aktif ya mulutnya yang bawel. Tapi sekarang cuma duduk diem di kursi penumpang yang sandarannya sedikit diturunin.

Mukanya udah kucel, glowing karena keringat dan mendung parah.

"Capek ya?" Tanya bapak yang dibalas anggukan aja.

Sisa tenaga Seungyoun udah nggak seberapa habis keliling lima mall dalam satu waktu dan yang lebih gila dia nggak dikasih makan sama si bapak. Jadi waktu bapak sibuk tengok sana tengok sini Seungyoun pasti melipir cari makanan.

Seungyoun tuh udah capek fisik, pikiran, masih ditambah laper, mana mereka bakal pulang Jakarta malem ini juga, ah Seungyoun kan jadi inget besok kerja dan di mejanya ada setumpuk dokumen yang harusnya bisa dia selesaiin hari ini.

Hah, Seungyoun ngehelanya sengaja keras banget biar bapak denger.

"Mau makan malam apa?"

Seungyoun cuma noleh sebentar trus geleng pelan. Udah nggak mood makan. Pernah nggak sih kalian ditengah-tengah hari lapeeeeer banget tapi karena udah kelamaan nahan lapernya trus badan juga udah capek jadi makan itu udah nggak ada di prioritas lagi. Terserah yang penting buruan ketemu kasur lanjut tidur.

Tiba-tiba pak Seungwoo ngacak-ngacak rambut Seungyoun nggak tau maksudnya apa.

"Jangan gitu. Nanti kamu sakit. Kalau kamu sakit trus nggak masuk kerja, ntar yang bangunin saya pagi-pagi siapa?"

Lagi-lagi Seungyoun mendengus. Orang egois kaya gini kok masih ada ya di muka bumi. Yang dipikirin kepentingannya sendiri doang. Tapi masa bodoh sama susahnya orang-orang yang bantuin dia setiap hari.

Seungyoun numpuin lengan kanannya ke atas mata. Nutupin matanya yang tiba-tiba nggak bisa diajak kompromi dan keluarin air mata gitu aja. Capek Seungyoun tuh. Ya capek hati, pikiran, badan, moodnya juga nggak bagus-bagus amat disisa hari ini. Tiba-tiba aja semua perasaan nggak menyenangkan itu bercampur aduk jadi satu dan bikin matanya terus netesin air.

Nggak tau deh pak Seungwoo sadar atau nggak. Tapi kalaupun sadar ya bodo amatlah. Paling juga cuek. Kan gitu biasanya.

Seungyoun nggak sadar waktu mobil akhirnya berhenti setelah dapat parkir. Mereka berhenti di salah satu restoran dekat hotel tempat mereka menginap.

"Seungyoun turun dulu yuk. Kita makan." Ajak bapak yang udah selesai lepas seatbelt.

Tapi Seungyoun pura-pura tidur karena nggak mau nunjukin muka jeleknya yang diem-diem nangis ke bapak. Gengsi kalo kata Yeji mah.

"Seungyoun, kamu tidur ya?" Tanya bapak lagi waktu lihat Seungyoun nggak ada pergerakan.

Trus pelan-pelan mendekat cuma buat menyadari lelehan bening yang belum kering di sudut mata Seungyoun.

"Kamu nangis?"

Lengan yang awalnya Seungyoun pakai buat nutupin mata disingkirin dan Seungyoun nggak bisa mengelak lagi. Jadi dia cuma pasrah dan palingin mukanya ke arah luar jendela mobil.

"Kenapa? Ada yang ganggu kamu? Atau ada yang bikin kamu nggak nyaman?"

Seungyoun masih diam tapi nggak nolak waktu wajahnya dibawa saling bertatapan sama pak Seungwoo.

"Atau saya yang bikin kamu begini?" Ditanya begitu dengan suara halus yang nggak pernah Seungyoun denger dari bapak buat dia kelimpungan cari jawaban.

Awalnya sih iya pengen nyalahin si bapak. Tapi ya sebenernya emang suasana hatinya lagi nggak bagus aja ditambah hari ini capek dan semua rasa kumpul campur aduk bikin dia overwhelmed.

Dan bukannya jelasin atau jawab apa Seungyoun justru seenaknya lingkarin tangannya ke badan pak Seungwoo dan ndusel-ndusel di dada keras si bos. Sampai yang punya dada kaget nggak ngerti lagi sama kelakuan asistennya.

"Pak kalau saya resign boleh nggak sih?" Tanya Seungyoun dengan suara serak dan masih memeluk si bapak yang nggak membalas tapi nggak nolak juga.

"Ya boleh. Tapi jangan sekarang. Saya mau luncurin produk baru nih. Ntar nggak ada yang bantuin kerjaan saya kalau kamu pergi sekarang. Emang ada masalah apa sih sampai mau keluar? Tiana aja belum lahiran kok kamu yang gantiin udah mau pergi."

"Capek saya."

Tiba-tiba pak Seungwoo ketawa yang bikin Seungyoun bisa dengar jelas getaran pita suaranya dari telinganya yang menempel langsung dengan leher bapak.

"Emang kamu aja yang capek? Saya juga. Tapi kalau saya punya mental kaya kamu, saya punya 184 karyawan yang menggantungkan harapan hidupnya dengan kerja sama saya. Gimana nasib mereka nanti? Kerja itu yang ikhlas. Jangan dilihat capeknya aja. Saya capek. Kamu capek. Semua orang juga capek. Trus kalau kamu berhenti kamu pikir nggak bakal capek lagi? Trus kalau kamu pindah tempat kerja ada gitu posisi yang nggak capek? Daniel yang kerjaannya main game terus aja juga capek. Setiap hari saya tagih ketemu bug enggak, ngelag enggak."

"Meskipun saya menyebalkan tapi saya sangat menghargai keberadaan kalian semua. Buat saya semua karyawan Allure bukan sekedar bawahan. Tapi juga keluarga. Karena kerja keras dan dedikasi kalianlah yang bisa bawa Allure sampai sejauh ini. Jadi saya maunya kita kerja yang kompak tapi terus rukun."

"Seungyoun, kamu boleh keluar dari perusahaan. Tapi nanti kalau sudah satu atau dua tahun kamu jadi asisten saya. Biar di CV kamu juga bagus. Biar nggak ditanya macam-macam sama HRD perusahaan lain. Saya mendukung kamu kalau mau cari tempat kerja yang lain. Tapi janji harus yang lebih bagus dari Allure. Jadi nanti kalau saya ketemu kamu sewaktu-waktu, saya bisa ikut merasa bangga sama pencapaian kamu. Ngerti?"

Seungyoun angguk-angguk aja sebagai jawaban. Udah nggak sanggup jawab karena tenggorokannya kaya tercekat dan suaranya mungkin bakal pecah kalau maksain ngomong.

Tapi dia terharu pak Seungwoo yang terkenal rese dan nyebelin bisa anggap semua bawahannya adalah keluarga dan mendukung mereka bahkan waktu udah nggak kerja buat dia lagi.

Kok ada ya laki-laki se-soft ini yang casingnya kaya bulu landak waktu berdiri. Ya ampun jadi pengen bungkus bawa pulang. Eh salah maksudnya jadi pengen lebih setia sama si bos. Setia kerja bareng loh ya bukan setia mendampingi sampai hari tua.

"Heh udah peluk-peluknya. Modus kamu." Tegur pak Seungwoo tiba-tiba yang bikin Seungyoun gelagapan lepas pelukannya dengan muka yang merah sampai telinga.

"Ecieeee mukanya merah tercyduk modus hahaha....."

"Tau ah bapak rese."











.
Apa yg pak Seungwoo bilang di chapter ini adalah apa yg pernah bos aku bilang sebelumnya ke aku di real life. Padahal aku anggap dia manusia paling absurd dan moody di tempat kerja sampe kubikinkan ff ini buat nistain dia. Nggak nyangka dan terkenang bgt beliau bisa ngomong gitu. Sempet mau peluk juga kaya Youn tapi tau diri ntar dikata-katain karyawan lain lagi hahaha.....

Semoga kalian dapat hal baik yang bisa diambil dari chapter ini ya. Nggak semua orang yg kita anggap buruk itu ternyata bener2 buruk. Dan nggak semua hal dilakuin dengan itung-itungan ya. bye, see you next chapt😚

BOSS-RyeonseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang