34

1K 109 2
                                    

~Hyunjin POV~

Perlahan mataku terbuka dan menampilkan sekeliling yang terlihat buram. Aku mengerjap beberapa kali untuk dapat menajamkan kembali penglihatanku. Kemudian aku duduk di atas tempat tidur dengan bersusah payah karena rasa pening di kepalaku. Aku memijit pelipisku yang terasa sakit beberapa kali sambil bersandar pada kepala tempat tidur.

Saat aku tengah terfokus pada rasa pusingku, tiba-tiba aku di kejutkan dengan suara pintu yang terbuka. Aku langsung menghadap ke arah pintu dan mendapati seorang wanita yang berpakaian dress selutut berwarna putih khas pakaian pelayan Belanda seperti pelayan di rumah Chris.

Wanita pelayan itu tersenyum ramah padaku seraya membawa kereta dorong berisi makanan. Ia kemudian berhenti tepat di sampingku lalu ia mengambil meja kayu berukuran kecil dan memposisikan meja di atas paha. Lalu pelayan ini menaruh makanan di atas meja yang kini berada di atas pahaku.

"Untuk apa?" tanyaku pada pelayan ini.

"Ini untuk makan siang Anda, Tuan Muda" kata pelayan itu dan aku pun langsung menepis tangannya saat hendak kembali menaruh makanan di atas meja.

Meski makanan itu terlihat lezat, tapi aku sama sekali tidak teetarik. Bahkan meski aku memyadari perutku yang bergemuruh karena rasa lapar, aku sama sekali tidak berminat untuk mencicipi makanan itu sedikitpun.

Aku masih ingat kejadian dulu saat aku di rumah Kai. Kai menghidangkan aku makan malam yang lezat namun kemudian aku malah jatuh pingsan dan berakhir terikat di sebuah kamar. Aku tidak ingin hal itu terjadi kembali padaku, terlebih lagi saat ini aku diculik. Akan banyak kemungkinan buruk yang bisa menimpaku.

"Sebenarnya ini sudah sore, Tuan Muda. Anda pasti lapar, karena itu Anda harus makan" kata pelayan ini lagi dengan ramah.

"Aku tidak lapar" ucapku menolak.

"Saya yakin anda sedang lapar. Jangan menolak, Anda bisa sakit jika telat makan" kata pelayan ini lagi begitu perhatian atau mungkin perhatiannya direkayasa agar aku mau memakan makanan yang kemungkinan terdapat obat di dalamnya.

"Aku tidak mau makan" tolakku lagi.

"Tapi Tuan Muda, Anda harus.."

"Aku tidak mau makan!" ucapku tegas memotong kalimat dari si pelayan.

Pelayan itu kemudian diam tak melanjutkan perkataannya dan mengambil kembali semua makanan beserta meja yang ada di pahaku kembali ke kereta dorongnya. Aku mengalihkan perhatianku ke arah jendela kamar, dan aku langsung terkejut sampai mataku terbelalak lebar.

Aku langsung turun dari tempat tidur dan berdiri di depan jendela untuk melihat ke luar. Mulutku terbuka karena tak menyangka kalau aku sedang melihat laut yang terlihat biru apalagi di sore hari seperti ini.

"Ini dimana?" tanyaku pada pelayan itu.

Pelayan itu kemudian tersenyum ramah lalu menjawab pertanyaanku

"Ini di pulau Nihoulland. Pulau pribadi milik Tuan Besar Kang Daniel"

Aku sangat terkejut mendengat jawaban dari pelayan itu. Aku tidak menyangka kalau akan berada di sebuah pulau pribadi. Dan dari jawaban itu pula, aku menjadi sangat panik karena berpikiran bahwa aku tidak lagi berada di Belanda.

"Apa ini masih di Belanda?" aku bertanya dengan panik dan lagi-lagi balasan dari si pelayan selalu tersenyum ramah.

"Ini masih di Belanda, Tuan Muda. Tuan Besar Daniel bekerja sama dengan salah satu distrik pariwisata dan mendapat ijin langsung dari pemerintah untuk membuat pulau buatan di Belanda" setelah mendengar penjelasan dari pelayan itu, aku dapat bernafas sedikit lebih lega karena aku masih berada di kawasan Belanda.

҂Big Boss (Chanjin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang