29

2K 192 9
                                    

~Bangchan POV~

Setelah mendengar laporan anak buahku dari telpon bahwa tempat ini di serang, dengan cepat aku keluar dari ruang kerja meninggalkan Hyunjin seorang diri. Aku berlari keluar dari ruang kerja dan melihat ke sekitar untuk menemukan musuh yang mungkin ada di lantai dua, namun aku tidak menemukan siapapun di lantai dua. Aku turun melewati tangga dengan terburu-buru. Sampai di lantai satu, salah seorang maid disini menghampiriku.

"Semua orang berkumpul di luar, Tuan" kata maid ini melapor padaku. Aku menjadi bingung kenapa semua orang berada di luar bukannya seharusnya ada yang menjaga di bagian dalam.

"Kenapa semua di luar?" tanyaku pada maid ini.

"Yang diserang adalah gedung sebelah dan musuh aktif menyerang bagian luar" ucap maid ini lagi.

Lalu dengan cepat aku berlari menuju ke ruang tamu kemudian membuka pintu untuk menyusul ke luar. Di luar, rupanya beberapa anak buahku sudah sibuk menembaki para musuh yang banyak berdatangan.

Kemudian disisi kiri, aku melihat Irene yang sedang mengayunkan tombaknya membunuh satu persatu dari beberapa orang yang mengepungnya. Karena melihat jumlah orang yang mengepung Irene lebih dari 20 orang, aku pun menghampiri Irene dan berdiri di belakangnya lalu ikut membantu dengan menembaki mereka satu persatu.

"Irene, dimana yang lain?" tanyaku dengan berteriak karena suara bising dari berbagai tembakan baik dari musuh maupun dariku dan anak buahku.

"Aku menugaskan Jisung dan Felix disisi kanan lalu Chagbin disisi kiri" jawab Irene yang juga dengan berteriak.

Meski dua puluh orang yang menyerangku dan Irene sudah tumbang, tapi mereka tidak ada habisnya. Saat dua puluh orang mati, muncul lagi orang lain yang juga menyerang. Bahkan di sekelilingku juga dipenuhi dengan pemandangan pertarungan baik dengan pedang, tombak, cambuk, maupun senapan dan pistol. Situasi saat ini lebih dapat disebut sebagai peperangan dari pada pertarungan biasa.

"Berapa jumlah mereka?" tanyaku dengan berteriak.

"Aku tidak tau! yang pasti mereka lebih dari seratus orang" Irene menjawab.

Yang di serang adalah tempat istirahat para anak buahku yang lain, dari situ aku dapat menyimpulkan bahwa musuh berniat untuk mengurangi jumlah anak buah yang kupunya dengan menyerang gedung tempat istirahat mereka.

Tapi musuhku terlalu bodoh karena tidak mempertimbangkan seberapa kuat seorang dari anak buahku. Lihat saja saat ini, aku dan Irene saja bahkan melumpuhkan puluhan orang tanpa terluka sedikitpun. Selesai dengan orang-orang yang menyerangku, aku kembali memeriksa sekeliling dan sudah tidak ada lagi yang menyerang.

"Periksa berapa banyak anak buahku yang tumbang" perintahku pada Irene.

Irene pun segera melakukan apa yang kuperintahkan sedangkan aku pergi untuk memeriksa di tempat yang lain. Aku beralih ke samping kiri dari rumahku dan menemukan Changbin yang memimpin beberapa anak buahku dan baru saja selesai menghabisi musuh.

Selalu menjadi ciri khas dari Changbin bahwa setiap kali ia bertarung pasti musuhnya tidak akan mati dengan normal. Saat ini saja seluruh mayat yang dibunuh olehnya termutilasi dengan sadis.

Tidak hanya kepala yang terpenggal tapi tangan, kaki, dan pinggangnya pun terpotong-potong. Darah segar membanjiri tempat ini dan bau anyir sangat menyengat di hidung. Aku pun menghampiri Changbin yang sedang membersihkan pedangnya dengan tissue.

"Bagaimana disini?" tanyaku pada Changbin.

"Semuanya beres Boss. Aku sudah menghubungi Felix dan dia bilang disisi kanan sudah aman. Dan tidak ada seorang pun dari anak buah Boss yang tumbang disini" Changbin melapor.

҂Big Boss (Chanjin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang