09

2.7K 239 0
                                    

~Bangchan POV~

Aku dan keempat anak buahku yaitu Irene, Woojin, Changbin dan Felix sedang berada digarasi rumah papa berdiskusi tentang apa yang baru saja telah terjadi. Setelah menyuruh Hyunjin untuk kembali masuk ke dalam rumah, aku membicarakan kejadian barusan dengan keempat anak buah andalanku ini.

"Kita harus segera membuang mobil ini karena aku tidak ingin polisi melacak plat nomornya" perintahku meski kurasa tidak mungkin membuang tiga mobil mewah koleksi milik papa yang kupinjam.

"Tidak perlu, Chris" jawab Irene membuatku bingung kenapa ia mengusulkan hal seperti itu.

"Sebelum berangkat, pagi-pagi sekali aku sudah menukar plat nomor yang asli dengan yang palsu. Jadi plat yang kita gunakan saat ini adalah palsu, kita hanya perlu mengubah platnya saja Chris" jelas Irene membuatku kagum karena Irene mempersiapkan dengan matang sejak tadi.

"Irene, Woojin dan Changbin kalian urus mobilnya sedangkan Felix ikut keruang kerjaku. Setelah kalian bertiga selesai, segera keruang kerjaku" perintahku dan mereka dengan kompak menjawab baik Boss padaku.

Setelah itu aku dan Felix pergi meninggalkan mereka bertiga dan menuju keruang kerjaku. Sesampainya di ruang kerja aku duduk dikursiku sedangkan Felix duduk dikursi yang ada didepan mejaku. Felix membuka laptopnya yang selalu ia bawa kemana-mana.

"Cari siapa orang yang telah berani melaporkan semua ini" perintahku pada Felix dan ia segera mengutak-atik laptopnya dengan rumus-rumus yang tidak kumengerti.

"Boss, aku menemukannya" kata Felix padaku serta menyodorkan laptopnya padaku agar aku juga bisa melihatnya.

"Berdasarkan IP Address ponsel yang digunakan serta laporan masuk pada saat telpon berlangsung, orang yang menghubungi polisi adalah orang yang berasal dari rumah ini" jelas Felix yang membuatku sangat kesal.

Aku melihat laptop milik Felix yang menunjukkan bahwa nomor telpon yang terhubung dengan polisi adalah nomor telpon rumah disini. Itu artinya seseorang telah menghianatiku entah itu anak buahku atau anak buah papa atau justru orang lain yang sengaja menggunakan telpon rumah dari sini agar dapat mengadu domba seisi rumah ini. Sial aku tidak dapat berpikir dengan jernih dalam kondisi kesal seperti ini.

"Pastikan dimana lokasi telpon rumah itu" perintahku agar aku bisa memastikan siapa yang telah melaporkan transaksiku hari ini kepada polisi.

Felix kembali mengutak-atik laptopnya dan disaat bersamaan, Woojin, Changbin dan Irene masuk ke dalam ruang kerjaku. Mereka bertiga berdiri disisi kanan dan kiri meja kerjaku.

"Tepatnya adalah telpon dari lantai dua kamar nomor 8" kata Felix saat ia sudah menemukan pelakunya dan aku langsung bisa tau siapa yang yang berada diruangan itu.

Aku tidak tau dari mana ia mengetahui rencanaku untuk menjual Heuningkai hari ini, tapi yang pasti jika ia dibiarkan maka ia akan terus membahayakan bisnisku. Ya, dia adalah Jisung salah satu hadiah dari papa yang dengan beraninya melaporkan transaksiku kepada polisi.

"Bukankah dikamar itu hanya ada satu bocah yaitu Jisung" sambung Irene dan aku hanya mengangguk membenarkan perkataannya. Jisung berada dikamar itu namun ia sama sekali tidak dapat keluar dari kamar itu karena pintu kamarnya aku kunci dari luar.

"Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang Boss" tanya Lino padaku.

"Kepolisian mana saja yang telah mengetahui hal ini?" tanyaku pada Felix dan ia kembali mengutak-atik laptopnya.

"Setelah aku membajak server kepolisian dimana mereka menerima telpon dari sini, kantor polisi yang dihubungi hanyalah kantor cabang didaerah selatan. Tapi ada konteks pengiriman dari kantor cabang tersebut ke kantor ditingkat atasnya sehingga sampai saat ini ada dua distrik kepolisian yang sudah tau bahwa Boss adalah seorang mafia" jawab Felix membuatku harus mengumpat kesal. Hanya satu telpon dari seorang bocah sudah membuatku begitu kerepotan sampai aku harus menghadapi dua distrik kepolisian sekaligus.

҂Big Boss (Chanjin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang