15

2.6K 216 15
                                    

~Bangchan POV~

Pagi hari aku terbangun dari tidur dengan posisi memeluk Hyunjin. Hyunjin telentang dan masih memejamkan matanya. Aku segera bangkit dari tidurku lalu turun dari tempat tidur dan mengambil bathrobe lalu mandi. Selesai mandi, aku kembali ke kamar dan melihat Hyunjin yang masih terlelap.

Mulut Hyunjin terbuka sehingga ia bernafas bukan dengan hidung tapi dengan mulutnya. Aku duduk di tepi tempat tidur menghadap ke arah Hyunjin lalu aku mengguncangkan tubuhnya agar dia juga terbangun. Sekali dua kali aku mengguncang tubuhnya tapi dia sama sekali tidak bergeming dan hal itu membuatku sangat kesal.

"BANGUNLAH BOCAH!!" teriakku sambil mengguncang kembali tubuh Hyunjin dengan kasar.

"Aahh... Chrish.. hah" aku berpikiran bahwa pasti saat ini Hyunjin sedang bermimpi karena itulah dia mendeaah dengan nafas yang terengah-engah.

"BANGUNLAH!!!" teriakku lagi tapi Hyunjin masih terus bergumam tak jelas.

Aku mendekatkan tubuhku agar aku bisa menampar wajahnya tetapi niatan itu berubah saat aku melihat wajah Hyunjin yang memerah dan berkeringat. Rasa kesalku berubah menjadi khawatir, niat awal untuk menamparnya kini berubah menjadi menempelkan punggung tanganku di keningnya. Aku merasakan suhu tubuh Hyunjin yang begitu panas.

Seketika itu aku terkejut dan juga khawatir pada Hyunjin yang sedang sakit. Aku segera mengganti bajuku dengan celana hitam dan kemeja putih yang ditutup dengan jas warna hitam. Selesai mengganti pakaian, aku merapikan rambutku yang acak-acakan karena basah selesai berkeramas. Aku menghubungi dokter pribadi Bang bernama Woojin yang juga berada di Korea saat ini.

"Maaf tuan Bangchan saat ini saya sedang ada janji dengan seorang pasien yang akan melakukan check up" kata Dokter Woojin di ujung telpon.

"Persetan dengan pasienmu itu! Datang kemari atau kupenggal kepalamu!" marahku padanya.

"Ba.. baiklah aku akan datang segera" jawab Dokter Woojin lalu aku menutup panggilannya.

Aku benar-benar panik karena Hyunjin tiba-tiba sakit padahal semalam ia terlihat biasa saja. Apa mungkin karena aku terlalu kasar padanya? Ah sialan kenapa aku harus peduli bocah yang hanya seorang budak untukku. Aku benar-benar tidak mengerti dengan diriku sendiri dan semua itu tidak lain karena Hyunjin. Setelah menghubungi Dokter Woojin, aku keluar dari kamar dan melihat Irene yang berjalan melewati kamarku.

"Irene!" panggilku lalu Irene menoleh lalu menghampiriku.

"Hyunjin sakit, kau jaga dia sampai Dokter Woojin datang" perintahku tapi bukannya menjawab Irene malah tersenyum tidak jelas padaku.

"Apa ada yang lucu dariku?" tanyaku menghentikan senyum Irene yang memiliki maksud tersembunyi tapi tidak dapat kuketahui.

"Tidak ada. Hanya saja kau begitu perhatian padanya" jawab Irene.

"Aku hanya bersikap seperti biasanya" bantahku dan Irene kembali tersenyum disertai tawa kecil.

"Apakah kau ingat Chan? Saat usiamu 23 tahun, Boss besar juga menghadiahkan seorang bocah lelaki berusia 17 tahun yang akhirnya kau jadikan budak seks untukmu" tentu saja aku ingat hal itu tapi aku tidak mengerti kenapa Irene tiba-tiba mengungkit hal itu saat ini.

"Lalu?" tanyaku tak mengerti dengan apa yang sebenarnya ingin Irene sampaikan.

"Kau menjadikannya sebagai budak sexmu sampai-sampai dia menjadi trauma karena perlakuan kasarmu. Lalu bocah itu juga sering sakit-sakitan karenamu sampai akhirnya bocah itu menjadi gila dan mati" aku semakin tidak mengerti kenapa Irene tiba-tiba menjelaskan hal itu padaku.

"Apa sebenarnya yang ingin kau sampaikan padaku?" tanyaku to the point karena aku tidak ingin mendengarkan penjelasan Irene jika itu hanya hal yang tak penting seperti masa laluku dengan bocah gila itu.

҂Big Boss (Chanjin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang